Wacana capres gabungan partai Islam tak efektif
A
A
A
Sindonews.com - Wacana agar partai berbasis Islam bergabung mengusung seorang calon presiden (capres) dinilai kurang efektif. Pasalnya, selain perilaku masyarakat yang berubah juga karena sulit untuk menggabungkan partai-partai Islam Indonesia.
Pengamat Politik Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS), Toto Sugiarto mengatakan, gagasan gabungan partai Islam mengusulkan satu capres merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan. Namun menurutnya perkembangan terakhir menunjukkan politik Islam sudah tidak lagi menjadi preferensi mayoritas pemilih.
"Jadi saya rasa kurang efektif karena selain saat ini pemilih sudah tidak berdasarkan agama juga sulit menyatukan partai Islam. Agak sulit menyatukan mereka dalam satu tubuh. Partai Islam tidak dalam satu ideologi," katanya saat dihubungi SINDO, di Jakarta, Kamis (29/8/2013) malam.
Selain itu, dia mengatakan bahwa saat ini sulit bagi partai Islam untuk menandingi kekuatan partai berbasis nasional. Namun, sekali lagi dia mengatakan gagasan tersebut boleh-boleh saja untuk diwujudkan.
"Kita lihat PDIP dan Golkar sedang kuat-kuatnya. Saya pikir gagasan itu untuk menandingi boleh-boleh saja," katanya.
Ditanyakan apakah jika terbentuk capres gabungan Partai Islam akan sama kuatnya seperti Tahun 1999. Dimana Gusdur berhasil menjadi presiden karena diusung poros tengah yang terdiri dari berbagai partai Islam, Toto mengatakan akan berbeda. Hal ini terjadi karena pada masa itu partai Islam sedang pada kondisi yang sedang menguat.
"Lebih karena memang sedang menguatnya politik Islam Muhamadiyah dengan PAN dan NU PKB. Itu sangat solid. Sekarang kondisi berbeda. Partai Islam suaranya semakin rendah dan di papan bawah survei," katanya.
Pengamat Politik Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS), Toto Sugiarto mengatakan, gagasan gabungan partai Islam mengusulkan satu capres merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan. Namun menurutnya perkembangan terakhir menunjukkan politik Islam sudah tidak lagi menjadi preferensi mayoritas pemilih.
"Jadi saya rasa kurang efektif karena selain saat ini pemilih sudah tidak berdasarkan agama juga sulit menyatukan partai Islam. Agak sulit menyatukan mereka dalam satu tubuh. Partai Islam tidak dalam satu ideologi," katanya saat dihubungi SINDO, di Jakarta, Kamis (29/8/2013) malam.
Selain itu, dia mengatakan bahwa saat ini sulit bagi partai Islam untuk menandingi kekuatan partai berbasis nasional. Namun, sekali lagi dia mengatakan gagasan tersebut boleh-boleh saja untuk diwujudkan.
"Kita lihat PDIP dan Golkar sedang kuat-kuatnya. Saya pikir gagasan itu untuk menandingi boleh-boleh saja," katanya.
Ditanyakan apakah jika terbentuk capres gabungan Partai Islam akan sama kuatnya seperti Tahun 1999. Dimana Gusdur berhasil menjadi presiden karena diusung poros tengah yang terdiri dari berbagai partai Islam, Toto mengatakan akan berbeda. Hal ini terjadi karena pada masa itu partai Islam sedang pada kondisi yang sedang menguat.
"Lebih karena memang sedang menguatnya politik Islam Muhamadiyah dengan PAN dan NU PKB. Itu sangat solid. Sekarang kondisi berbeda. Partai Islam suaranya semakin rendah dan di papan bawah survei," katanya.
(kri)