Kombinasi olahraga & teknologi sains picu prestasi
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI tengah berupaya melakukan peningkatan prestasi olahraga. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Kemenpora akan menjalankan program sains sport utamanya pada perguruan tinggi yang memiliki fakultas keolahragaan.
"Salah satu sasaran kami untuk melaksanakan sains sport ini tentu UNY (Universitas Negeri Yogyakarta)," ujar Menpora Roy Suryo, usai memberikan orasi ilmiah pada pembukaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) mahasiswa UNY di GOR kampus setempat, di Yogyakarta, Senin (19/8/2013).
"Karena kami menyadari peran kampus Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) tidak hanya melatih fisik para atlet saja, tetapi bisa dijadikan tempat pembinaan dan mendektesi bakat atlet sejak awal," imbuhnya.
Menurut Roy, pencetak prestasi olahraga saat ini tidak hanya bisa berdasarkan bakat olahraga saja, tapi juga wajib dipadukan dengan teknologi sains. Menurutnya, kampus sebagai tempat pusat ilmu pengetahuan mampu membantu pengembangan olahraga.
"Kami berencana segera merealisasika program sains sport ini. Tinggal menunggu disahkannya peraturan menteri (Permen) terlebih dahulu. Bila Permennya sudah keluar, maka petunjuk teknis dan pelaksanaannya segera dibuat. Termasuk bagaimana nanti merancang kurikulum sains sport ini nantinya," jelasnya.
Roy mengatakan, untuk implementasi sains sport, pihaknya telah mencari kurikulum yang bisa diadopsi untuk diterapkan di kampus-kampus keolahragaan. Saat ini sudah ada contoh kurikulum asal Belanda. Hanya saja, untuk menerapkan kurikulum tersebut masih melihat standar kesiapan sarana olahraga yang dimiliki kampus maupun yang ada di sekitar kampus.
"Untuk Fakultas Ilmu Keolahragaan di UNY sendiri sebenarnya sudah memiliki standar yang diharapkan. Tapi untuk di kota lain seperti Pekanbaru dan Samarinda, fasilitas olahraga yang memadai masih terlalu jauh dengan kampus. Bahkan di Sleman saja, Stadion Maguwoharjo letaknya masih cukup jauh dengan kampus, sehingga pengelolaannya kurang maksimal," jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY, Rumpis Agus Sudarko MS menjelaskan, lemahnya pembinaan atlet di Indonesia disebabkan minimnya pemanfaatan tekonologi yang ada. Ini diperparah dengan tidak pernah cocoknya pemikiran dari dalam kampus dengan pelatih-pelatih yang ada di pusat-pusat pelatihan.
"Dengan adanya sains sport keberadaan atlet yang berbakat bisa diukur dan dilatih menjadi atlet profesional nantinya," terang Rumpis.
"Salah satu sasaran kami untuk melaksanakan sains sport ini tentu UNY (Universitas Negeri Yogyakarta)," ujar Menpora Roy Suryo, usai memberikan orasi ilmiah pada pembukaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) mahasiswa UNY di GOR kampus setempat, di Yogyakarta, Senin (19/8/2013).
"Karena kami menyadari peran kampus Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) tidak hanya melatih fisik para atlet saja, tetapi bisa dijadikan tempat pembinaan dan mendektesi bakat atlet sejak awal," imbuhnya.
Menurut Roy, pencetak prestasi olahraga saat ini tidak hanya bisa berdasarkan bakat olahraga saja, tapi juga wajib dipadukan dengan teknologi sains. Menurutnya, kampus sebagai tempat pusat ilmu pengetahuan mampu membantu pengembangan olahraga.
"Kami berencana segera merealisasika program sains sport ini. Tinggal menunggu disahkannya peraturan menteri (Permen) terlebih dahulu. Bila Permennya sudah keluar, maka petunjuk teknis dan pelaksanaannya segera dibuat. Termasuk bagaimana nanti merancang kurikulum sains sport ini nantinya," jelasnya.
Roy mengatakan, untuk implementasi sains sport, pihaknya telah mencari kurikulum yang bisa diadopsi untuk diterapkan di kampus-kampus keolahragaan. Saat ini sudah ada contoh kurikulum asal Belanda. Hanya saja, untuk menerapkan kurikulum tersebut masih melihat standar kesiapan sarana olahraga yang dimiliki kampus maupun yang ada di sekitar kampus.
"Untuk Fakultas Ilmu Keolahragaan di UNY sendiri sebenarnya sudah memiliki standar yang diharapkan. Tapi untuk di kota lain seperti Pekanbaru dan Samarinda, fasilitas olahraga yang memadai masih terlalu jauh dengan kampus. Bahkan di Sleman saja, Stadion Maguwoharjo letaknya masih cukup jauh dengan kampus, sehingga pengelolaannya kurang maksimal," jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY, Rumpis Agus Sudarko MS menjelaskan, lemahnya pembinaan atlet di Indonesia disebabkan minimnya pemanfaatan tekonologi yang ada. Ini diperparah dengan tidak pernah cocoknya pemikiran dari dalam kampus dengan pelatih-pelatih yang ada di pusat-pusat pelatihan.
"Dengan adanya sains sport keberadaan atlet yang berbakat bisa diukur dan dilatih menjadi atlet profesional nantinya," terang Rumpis.
(maf)