Mudik selamat itu harus
A
A
A
PUNCAK mudik Lebaran telah tiba. Jumat hari ini hingga hari Minggu mendatang diperkirakan akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan bagi masyarakat, terutama warga DKI Jakarta dan sekitarnya, yang ingin pulang kampung ke daerah masing-masing.
Apalagi, mereka yang ingin balik ke Jawa Tengah. Kepadatan arus mudik terjadi pada hari tersebut karena Jumat merupakan hari terakhir kerja, sedangkan hari Senin hingga Rabu pekan depan merupakan hari libur bersama. Mereka yang selama bekerja keras mencari penghidupan di Jakarta, pasti sudah tidak sabar lagi bertemu kedua orang tua dan sanak keluarga di kampung halaman.
Aliran kendaraan menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah pasti akan menumpuk di Cikampek-Mutiara-Jomin. Selanjutnya, kendaraan akan merayap hingga Cirebon. Jika Cikampek- Mutiara-Jomin sudah buntu, aliran kendaraan akan dialirkanke jalur alternatif Cikampek-Subang-Sadang-Cikamurang Kadipaten.
Pada arus mudik 2012 lalu, jalur alternatif tersebut ternyata juga tidak mampu menampung tumpahan aneka kendaraan bermotor, sehingga polisi mengarahkan ke jalur di selatannya, Purwakarta- Wanayas-Jalan Cagak. Jalur berliku di pegunungan itu pun kewalahan, sehingga kemacetan pun tidak terhindarkan. Adapun jalur selatan yang melewati Nagreg kondisinya tidak kalah parahnya. Berdasarkan data kepolisian, tahun lalu kemacetan mudik di jalur pantura terjadi hingga 24 jam atau sehari penuh.
Pada mudik 2013 ini, kondisi pasti akan lebih parah. Polda Jawa Barat yang memegang kendali pengamanan arus mudik di wilayah itu memang sudah menargetkan kemacetan maksimal hanya 16 jam, tetapi melihat fakta yang ada kemacetan tampaknya lebih “mengerikan”. Lihat saja kondisi jalan raya pantura yang masih acak adul, karena proyek “abadi” perbaikan ternyata tidak kunjung selesai.
Belum lagi jalan yang baru saja dilapisi aspal ternyata kembali mengelupas, baik karena kualitas maupun beban yang ditanggung. Belum lagi terkait adanya ledakan kendaraan. Data 2012 lalu menunjukkan kendaraan yang digunakan mudik mencapai 6,3 juta kendaraan. Tahun ini jumlah itu diperkirakan melonjak hingga 7 juta unit. Dengan fakta seperti itu, bisa dibayangkan bagaimana suasana arus mudik yang bakal terjadi pada Jumat, Sabtu, dan Minggu ini.
Lelah, mengantuk, stres bercampur baur menjadi satu. Jika kondisi tersebut terjadi pada sopir, dampaknya adalah konsentrasi drop dan peluang terjadinya kecelakaan pun meningkat. Ancaman semakin meningkat jika kendaraan dalam kondisi tidak fit. Karena itu, melihat kondisi yang akan terjadi, para pemudik harus mengantisipasi bagaimana bisa mudik selamat sebab kecelakaan bukanlah nasib.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sudah mengingatkan bahwa tugas manusia itu ikhtiar. Jika sudah ikhtiar maksimal tapi masih celaka, itu baru namanya nasib. Dalam konteks berlalu lintas, tugas manusia adalah berusaha untuk tertib agar tidak sampai celaka. Berusaha tertib bisa dimaksud sebagai persiapan paripurna menghadapi kondisi terburuk arus mudik, mulai kesiapan fisik, perbekalan, hingga kondisi kendaraan bermotor.
Tertib juga bisa diartikan jangan memaksa jika kondisi tubuh lelah dan mengantuk, tapi istirahatlah. Atau, kalau bisa, jadikanlah arus mudik sebagai wisata, sehingga kondisi apa pun yang terjadi bisa dinikmati. Nikmati suasana jalanan, suasana hutan, persawahan. Mampirlah ke tempat-tempat wisata, restoran yang menyajikan makanan khas daerah, pusat oleholeh, atau bahkan berziarah di makam-makam waliyullah yang tersebar di sepanjang pantura.
Toh, hari H Lebaran tidak mepet. Intinya adalah bagaimana semua pihak berikhtiar, termasuk kesiapan aparat keamanan, agar angka kecelakaan lalu lintas tidak lagi memecahkan rekor seperti tiap arus mudik Lebaran, dengan puncaknya pada mudik Lebaran 2013 yang memakan 869 korban meninggal dunia. Semoga!
Apalagi, mereka yang ingin balik ke Jawa Tengah. Kepadatan arus mudik terjadi pada hari tersebut karena Jumat merupakan hari terakhir kerja, sedangkan hari Senin hingga Rabu pekan depan merupakan hari libur bersama. Mereka yang selama bekerja keras mencari penghidupan di Jakarta, pasti sudah tidak sabar lagi bertemu kedua orang tua dan sanak keluarga di kampung halaman.
Aliran kendaraan menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah pasti akan menumpuk di Cikampek-Mutiara-Jomin. Selanjutnya, kendaraan akan merayap hingga Cirebon. Jika Cikampek- Mutiara-Jomin sudah buntu, aliran kendaraan akan dialirkanke jalur alternatif Cikampek-Subang-Sadang-Cikamurang Kadipaten.
Pada arus mudik 2012 lalu, jalur alternatif tersebut ternyata juga tidak mampu menampung tumpahan aneka kendaraan bermotor, sehingga polisi mengarahkan ke jalur di selatannya, Purwakarta- Wanayas-Jalan Cagak. Jalur berliku di pegunungan itu pun kewalahan, sehingga kemacetan pun tidak terhindarkan. Adapun jalur selatan yang melewati Nagreg kondisinya tidak kalah parahnya. Berdasarkan data kepolisian, tahun lalu kemacetan mudik di jalur pantura terjadi hingga 24 jam atau sehari penuh.
Pada mudik 2013 ini, kondisi pasti akan lebih parah. Polda Jawa Barat yang memegang kendali pengamanan arus mudik di wilayah itu memang sudah menargetkan kemacetan maksimal hanya 16 jam, tetapi melihat fakta yang ada kemacetan tampaknya lebih “mengerikan”. Lihat saja kondisi jalan raya pantura yang masih acak adul, karena proyek “abadi” perbaikan ternyata tidak kunjung selesai.
Belum lagi jalan yang baru saja dilapisi aspal ternyata kembali mengelupas, baik karena kualitas maupun beban yang ditanggung. Belum lagi terkait adanya ledakan kendaraan. Data 2012 lalu menunjukkan kendaraan yang digunakan mudik mencapai 6,3 juta kendaraan. Tahun ini jumlah itu diperkirakan melonjak hingga 7 juta unit. Dengan fakta seperti itu, bisa dibayangkan bagaimana suasana arus mudik yang bakal terjadi pada Jumat, Sabtu, dan Minggu ini.
Lelah, mengantuk, stres bercampur baur menjadi satu. Jika kondisi tersebut terjadi pada sopir, dampaknya adalah konsentrasi drop dan peluang terjadinya kecelakaan pun meningkat. Ancaman semakin meningkat jika kendaraan dalam kondisi tidak fit. Karena itu, melihat kondisi yang akan terjadi, para pemudik harus mengantisipasi bagaimana bisa mudik selamat sebab kecelakaan bukanlah nasib.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sudah mengingatkan bahwa tugas manusia itu ikhtiar. Jika sudah ikhtiar maksimal tapi masih celaka, itu baru namanya nasib. Dalam konteks berlalu lintas, tugas manusia adalah berusaha untuk tertib agar tidak sampai celaka. Berusaha tertib bisa dimaksud sebagai persiapan paripurna menghadapi kondisi terburuk arus mudik, mulai kesiapan fisik, perbekalan, hingga kondisi kendaraan bermotor.
Tertib juga bisa diartikan jangan memaksa jika kondisi tubuh lelah dan mengantuk, tapi istirahatlah. Atau, kalau bisa, jadikanlah arus mudik sebagai wisata, sehingga kondisi apa pun yang terjadi bisa dinikmati. Nikmati suasana jalanan, suasana hutan, persawahan. Mampirlah ke tempat-tempat wisata, restoran yang menyajikan makanan khas daerah, pusat oleholeh, atau bahkan berziarah di makam-makam waliyullah yang tersebar di sepanjang pantura.
Toh, hari H Lebaran tidak mepet. Intinya adalah bagaimana semua pihak berikhtiar, termasuk kesiapan aparat keamanan, agar angka kecelakaan lalu lintas tidak lagi memecahkan rekor seperti tiap arus mudik Lebaran, dengan puncaknya pada mudik Lebaran 2013 yang memakan 869 korban meninggal dunia. Semoga!
(nfl)