Mudik selamat

Jum'at, 26 Juli 2013 - 10:00 WIB
Mudik selamat
Mudik selamat
A A A
Mudik lagi, mudik lagi. Pekan depan tradisi yang menyertai datangnya Idul Fitri kembali terasa, terutama di Pulau Jawa. Jala utama menuju Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama di kawasan pantura, akan kembali dijejali angkutan umum dan kendaraan lain, termasuk motor.

Rasa lelah di sepanjang perjalanan akan dilibas dengan rasa sukacita untuk segera dengan orang tua, saudara, dan keluarga besar di kampung halaman. Dengan demikian, siapa pun berharap bisa selamat sampai tujuan. Begitu pun keluarga di rumah, juga ingin bertemu dengan sanak saudaranya yang merantau di Jakarta atau kota lain dengan selamat pula sehingga bisa saling bersilaturahmi. Sayangnya, semangat mudik sering kali sangat berlebihan.

Pemudik alpa memikirkan keselamatan selama di jalanan, terutama pengendara motor. Pemudik motor memang patut mendapat perhatian. Sebab faktanya, merekalah yang paling banyak mendapat korban. Pada tahun 2012 lalu, misalnya. Berdasarkan analisis dan evaluasi kepolisian terhadap Operasi Ketupat 2012, jumlah kecelakaan selama musim mudik mencapai 5.233 kasus. Dari jumlah tersebut, korban meninggal dunia mencapai 908 orang, 710 di antaranya adalah pemudik motor.

Sisanya dari berbagai jenis kendaraan lain. Mudik menggunakan motor memang sangat berisiko. Bayangkanlah, bagaimana menggunakan kendaraan roda dua tersebut pada situasi panas atau hujan menempuh jarak yang sangat jauh. Di perjalanan, mereka harus berhadapan macet berjam-jam; dan pada kondisi lancar, mereka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Apalagi jika terpaksa mengendarai sendiri karena yang dibonceng anak-istri. Sudah pasti akan sangat capek luar biasa.

Dari sinilah risiko itu muncul. Kondisi fisik dan pikiran yang ”tidak penuh” tentu mengurangi konsentrasi berkendaraan. Bahkan, ancaman mudik tahun ini semakin meningkat akibat anomali cuaca. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mengingatkan, musim kemarau basah yang terjadi kali ini akan menyebabkan arus mudik diwarnai cuaca yang tidak menentu, dan ancaman terjadinya tanah longsor di jalanan kawasan pegunungan.

Mengingat fakta tersebut, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Mabes Polri sudah me-warning akan menindak pengendaraan roda dua yang mengangkut penumpang dan barang bawaan secara berlebihan. Tindakan tegas dimaksud diberlakukan dengan memberikan tilang hingga memaksa pemudik menurunkan kelebihan keluarga, kerabat, atau teman yang diboncengnya. Begitu pun barang bawaannya.

Peringatan Korlantas bisa dipahami sebagai shock therapy demi mengantisipasi dan menekan angka kecelakaan. Melihat ancaman demikian, apakah masih ada yang tetap nekat mudik menggunakan motor atau bahkan membonceng anak istri. Pasalnya, hal tersebut sama hanya mempertaruhkan jiwa orang yang disayangi di jalanan. Harapannya, siapa pun kembali mempertimbangkan masak-masak rencana mudik dengan motor, kalau perlu membatalkan dan berganti menggunakan angkutan yang lebih aman.

Kalau tiket kereta api sudah habis, pemudik bisa menggunakan bus umum yang persediaannya masih banyak. Apalagi, belakangan ini kian banyak ormas, partai politik, atau perusahaan yang mengerahkan bus untuk mudik gratis, sehingga siapa pun bisa pulang kampung dengan seluruh anggota keluarganya tanpa biaya sepeser pun.

Atau, jika memaksa membawa motor ke kampung halaman dengan tujuan agar bisa keliling kampung untuk bersilaturahmi, Kementerian Perhubungan berencana mengangkut 30.000 motor secara gratis tahun ini, dengan alokasi di antaranya melalui kereta api sebanyak 11.000 motor, kapal laut dan kapal penyeberangan 18.000 motor, dan menggunakan truk sebanyak 1.000 motor lebih.

Sekali lagi, mari berpikir masak-masak untuk pulang kampung dengan menggunakan kendaraan bermotor karena fakta menunjukkan hal tersebut sangat berisiko. Mari mudik dengan selamat agar bisa berkumpul dan bersilaturahmi bersama keluarga dan merasakan kebahagiaan bersama!
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1083 seconds (0.1#10.140)