Manfaat dari limbah sisik ikan
A
A
A
Sindonews.com - Keberadaan limbah sisik ikan ini masih belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Padahal sisik ikan mengandung zat kitin dan kitosan yang dapat dijadikan sebagai adsorben ion logam berat seperti tembaga (Cu), kromium (Cr), katmium (Cd) dan merkuri (Hg).
Hal ini disampaikan oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nuke Ajeng Prabawati. Menurutnya, banyaknya konsumsi ikan di masyarakat sehingga menghasilkan limbah sisik ikan yang cukup melimpah itulah yang membuat Nuke bersama tiga orang temannya yakni Setiawati, Dini Permatasari dan Chanel Trihandoko membuat sisik ikan menjadi adsorben.
"Di era modern ini, perkembangan industri sangat pesat, terutama industri pelapisan logam atau electroplating. Industri electroplating ini banyak menghasilkan limbah berupa ion logam berat, salah satunya ion logam kromium. Padahal ion logam Cr dapat mencemari lingkungan dan jika terakumulasi di dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian," ucapnya, di UNY, Yogyakarta, Senin (22/7/2013).
Nuke menjelaskan, kitin dan kitosan merupakan adsorben yang dapat menyerap logam berat. Kitin dan kitosan dapat ditemukan pada limbah pengolahan hasil laut seperti cangkang udang, kepiting dan sisik ikan.
“Rencana awalnya kami ingin menggunakan sisik ikan bandeng. Namun karena kesulitan dalam mencari sisik ikan bandeng dikarenakan sisiknya yang lembut dan kecil-kecil, maka kami menggantinya dengan sisik ikan kakap karena sisik ikan kakap lebih besar dan lebih mudah dicari daripada sisik ikan bandeng,” lanjutnya.
Dipaparkan Dini, dari hasil penelitian yang telah mereka lakukan memperlihatkan bahwa adsorben dari sisik ikan memiliki daya serap optimal terhadap ion logam Cr (VI) pada pH 3 dengan daya adsorbsi sebesar 55 persen dan pada konsentrasi adsorbat 25 ppm dengan daya adsorbsi sebesar 34,87 persen. "Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menyerap ion logam Cr (VI) untuk mengolah limbah cair industri," imbuhnya.
Dini menjelaskan, mekanisme adsorbsi oleh arang aktif dari sisik ikan yang mereka buat tersebut adalah penyerapan molekul ion logam dalam pori-pori dari arang aktif sehingga dapat terpisah dari cairannya. Karenanya, jika pori-pori adsorben ini belum terbuka secara sempurna, daya adsorbsinya juga akan berkurang.
"Pada penerapan di lapangan hal ini dapat diatasi dengan melakukan adsorbsi berulang hingga kadar Cr (VI) dalam limbah cair tidak melebihi ambang batas yang diizinkan,” tuturnya.
Hal ini disampaikan oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nuke Ajeng Prabawati. Menurutnya, banyaknya konsumsi ikan di masyarakat sehingga menghasilkan limbah sisik ikan yang cukup melimpah itulah yang membuat Nuke bersama tiga orang temannya yakni Setiawati, Dini Permatasari dan Chanel Trihandoko membuat sisik ikan menjadi adsorben.
"Di era modern ini, perkembangan industri sangat pesat, terutama industri pelapisan logam atau electroplating. Industri electroplating ini banyak menghasilkan limbah berupa ion logam berat, salah satunya ion logam kromium. Padahal ion logam Cr dapat mencemari lingkungan dan jika terakumulasi di dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian," ucapnya, di UNY, Yogyakarta, Senin (22/7/2013).
Nuke menjelaskan, kitin dan kitosan merupakan adsorben yang dapat menyerap logam berat. Kitin dan kitosan dapat ditemukan pada limbah pengolahan hasil laut seperti cangkang udang, kepiting dan sisik ikan.
“Rencana awalnya kami ingin menggunakan sisik ikan bandeng. Namun karena kesulitan dalam mencari sisik ikan bandeng dikarenakan sisiknya yang lembut dan kecil-kecil, maka kami menggantinya dengan sisik ikan kakap karena sisik ikan kakap lebih besar dan lebih mudah dicari daripada sisik ikan bandeng,” lanjutnya.
Dipaparkan Dini, dari hasil penelitian yang telah mereka lakukan memperlihatkan bahwa adsorben dari sisik ikan memiliki daya serap optimal terhadap ion logam Cr (VI) pada pH 3 dengan daya adsorbsi sebesar 55 persen dan pada konsentrasi adsorbat 25 ppm dengan daya adsorbsi sebesar 34,87 persen. "Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menyerap ion logam Cr (VI) untuk mengolah limbah cair industri," imbuhnya.
Dini menjelaskan, mekanisme adsorbsi oleh arang aktif dari sisik ikan yang mereka buat tersebut adalah penyerapan molekul ion logam dalam pori-pori dari arang aktif sehingga dapat terpisah dari cairannya. Karenanya, jika pori-pori adsorben ini belum terbuka secara sempurna, daya adsorbsinya juga akan berkurang.
"Pada penerapan di lapangan hal ini dapat diatasi dengan melakukan adsorbsi berulang hingga kadar Cr (VI) dalam limbah cair tidak melebihi ambang batas yang diizinkan,” tuturnya.
(maf)