Penghargaan untuk SBY tak ubah intoleransi agama

Jum'at, 21 Juni 2013 - 11:54 WIB
Penghargaan untuk SBY...
Penghargaan untuk SBY tak ubah intoleransi agama
A A A
Sindonews.com - Pemberian World Statesman Award untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) dinilai tak berpengaruh terhadap toleransi beragama.

Menurut anggota Komisi III DPR RI Eva Kusuma Sundari, tingkat intoleransi beragama di tanah air terus meningkat, terakhir masalah pemindahan pengungsi Syiah ke Rusun Puspa Agro, Sidoarjo, Jawa Timur.

"Award tidak merubah keadaan karena memang pemberian tidak berbasis prestasi apapun bahkan bertolak belakang dari fakta beberapa ekskalasi intoleransi yang meningkat," kata Eva saat dihubungi, Jumat (21/6/2013).

Dirinya berpendapat, penghargaan yang diterima kepala negara justru merupakan dorongan agar SBY bisa menyelesaikan intoleransi beragama, namun hal itu tidak berhasil.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menilai kasus pemindahan jamaah Syiah Sampang ke Sidoarjo sebagai bukti Ketua Umum Partai Demokrat itu belum dapat bertindak mengenai intoleransi agama.

"Ada pemaksaan harapan (menghibur diri) agar award mendorong presiden melakukan tindakan-tindakan kongkrit penyelesaian-penyelesaian."

"Tetapi kasus Sampang membuka mata bahwa award tidak membawa pengaruh juga pada personal presiden untuk mengambil tindakan-tindakan konkrit bagi permasalahan intoleransi," pungkasnya.

Sebelumnya, jemaah Syiah Sampang direlokasi dari GOR Sampang ke Rusun Puspa Agro karena dekat dengan kampung halamannya.

Mereka merasa dipaksa pindah ke Rusun Pusa Agro, karena saat berada di GOR ada pengunjukrasa dan kyai yamg diizinkan masuk ke GOR.

Pengungsi sempat terkecoh karena saat berada di GOR dan ada unjukrasa, mendapat informasi kalau Gubernur Jatim Soekarwo akan merelokasi pengungsi ke Puspa Agro.

Menurut salah seorang pengungsi, Iqlil, Gubernur tidak pernah meminta pengungsi untuk pindah.

Iqlil dan beberapa orang lainnya, diboyong terlebih dulu ke Puspa Agro karena mendengar kabar kalau Gubernur akan merelokasi pengungsi.

"Saya rombongan pertama tiba pukul 14.00 WIB bersama dengan beberapa pengungsi lainnya," ujar pria berprawakan kurus itu.

Pengungsi juga tidak diberitahu sampai kapan mereka akan ditempatkan di Rusun yang dikelola BUMD milik Pemprov Jatim itu.
Namun, jika tidak ada kejelasan tidak menutup kemungkinan pengungsi akan melarikan diri dan kembali ke kampung halaman mereka.

"Kami tidak tahu sampai kapan akan berada disini (Puspa Agro, red). Tapi niat kami sudah bulat kembali ke kampung halaman," tandas Iqlil.‬
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0536 seconds (0.1#10.140)