Defisit anggaran ancam investasi

Selasa, 23 April 2013 - 09:37 WIB
Defisit anggaran ancam...
Defisit anggaran ancam investasi
A A A
Realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) melaju lebih cepat dibandingkan penanaman modal asing (PMA).

Realisasi investasi pada kuartal pertama 2013 tercatat PMDN bertumbuh sekitar 39,6 persen dari Rp19,7 triliun pada 2012 menjadi Rp27,5 triliun, sedangkan PMA hanya meningkat sekitar 27,7 persen menjadi sebesar Rp65,5 triliun dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar Rp51,5 triliun.

Dengan demikian, total realisasi investasi triwulan pertama tahun ini naik sekitar 30,6 persen menjadi sebesar Rp93 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan realisasi investasi domestik yang lebih signifikan dibandingkan investasi dari luar negeri, menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri, disebabkan supply change dari PMA yang mendongkrak pertumbuhan investasi di dalam negeri, hal ini disebut spin over effect.

Asing masuk membawa supply change yang berpengaruh pada perkembangan industri di dalam negeri. “Memang kita berharap seperti itu,” kata Chatib ketika merilis pertumbuhan realisasi investasi kuartal pertama 2013, kemarin.

Yang menarik, wilayah yang menjadi tujuan investasi tidak sepenuhnya didominasi Pulau Jawa. Berdasarkan data BKPM, dari total realisasi investasi sebesar Rp93 triliun, Pulau Jawa kebagian Rp48,6 triliun (52,3 persen) atau terjadi penurunan sekitar 0,5 persen dari periode yang sama tahun lalu sekitar 52,8 persen, dan luar Pulau Jawa mengalir Rp44,4 triliun (47,7 persen) atau tumbuh 0,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sekitar 47,2 persen.

Realisasi investasi tersebut telah menyumbang sekitar 23,8 persen dari target investasi yang dipatok tahun ini. Dilihat dari negara asal investor yang berinvestasi di Indonesia, terjadi pergeseran.

Kalau selama ini Singapura selalu mencatatkan diri pada urutan pertama, kini tergusur oleh Jepang. Kali ini realisasi investasi dari Negeri Matahari Terbit itu tercatat USD1,2 miliar atau sekitar 16,3 persen dari total investasi asing.

Sementara Singapura hanya mencapai USD600 juta atau 8,7 persen dari keseluruhan realisasi investasi dari luar negeri. Investasi Jepang yang melaju belakangan ini terkait dengan sektor automotif yang terus bertumbuh dalam tiga tahun terakhir. Negara lainnya yang ikut menikmati pertumbuhan ekonomi domestik adalah China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Inggris.

Pertumbuhan realisasi investasi yang cukup menggembirakan tersebut senantiasa harus dikawal dengan cermat. Pasalnya, meningkatnya kepercayaan investor baik dari luar negeri maupun di dalam negeri kini dihantui oleh defisit anggaran. Defisit anggaran yang tinggi berpotensi menimbulkan persepsi negatif oleh investor. Jika itu terjadi maka jangan berharap target realisasi investasi tahun ini bakal bisa terpenuhi.

Selain itu, pemerintah juga punya pekerjaan rumah mengembalikan neraca perdagangan mencatat surplus tahun ini, dan mewaspadai risiko inflasi yang mulai meningkat akibat harga sejumlah bahan pangan yang cenderung tidak stabil belakangan ini.

Belum lama ini, Kementerian Keuangan telah memublikasikan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada kuartal pertama 2013 telah mengalami defisit sebesar Rp17,9 triliun. Defisit tersebut lahir dari ketidakseimbangan antara belanja negara sebesar Rp271,9 triliun dan pendapatan negara dan hibah yang baru mencapai Rp254 triliun.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yang merangkap sebagai pelaksana tugas menteri keuangan menyadari betul ancaman itu, akan memprioritaskan solusi mengatasi defisit anggaran negara dengan tiga jurus, yakni menaikkan lifting minyak, diversifikasi energi, penghematan konsumsi BBM. Dan, tentu saja pemerintah jangan lupa hemat anggaran.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6128 seconds (0.1#10.140)