SBY saat ini mirip Soeharto jelang lengser
A
A
A
Sindonews.com - Rangkaian pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan para tokoh berlatar militer belakangan ini mendapat sorotan banyak kalangan.
Seperti diketahui, pada Senin 11 Maret 2013 Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dan pada Rabu 13 Maret 2013 tujuh mantan jenderal dipanggil SBY di Istana Kepresidenan.
Lewat akun twitter-nya, Sosiolog dari Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola mengatakan bahwa rangkaian pertemuan dengan sejumlah jenderal kembali membuktikan sinyalemen bahwa para elite militer sekarang adalah hasil didikan unggulan masa orde baru (Orba).
"Perhatikan skenario yang ditempuh SBY mirip dengan manufer Soeharto (Mantan Presiden era orba) jelang lengser sebagai Presiden. Kedua-duanya sangat jeli pilah-pilah rekan sejati saat kritis," ujar Thamrin lewat akun Twitter, @tamrintomagola, Kamis (14/3/2013).
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa ada lima pilar Orba. Yakni militer angkatan darat (AD), mafia Berkeley, Golkar, Birokrasi dan Taipan Hitam yang dikomandoi oleh Soeharto.
Dia menambahkan, saat kritis, Soeharto ditinggal empat pilar Orba diantaranya. Soeharto ditinggal jenderal merah putih, tehnokrat, birokrat dan taipan hitam. "Soeharto berupaya pegang Harmoko/Golkar, Militer Hijau dan ICMI," katanya.
Ketika kian jelas, sambung dia, jangkar-jangkar politik yang terakhir itu pun, satu per-satu meninggalkan Soeharto. Sehingga, Soeharto tidak punya pilihan lain, kecuali lengser dengan damai.
"SBY sekarang persis ada di titik dimana Soeharto mulai memilah-milah kawan dan lawan dengan menggoreng mereka dalam manufer 'mundur secara damai dan terhormat',"tambahnya.
"SBY seperti Soeharto, tahu persis 'Who to Turn to when the going gets tough and the tough gets going'. SBY cepat baca dinamika peta kekuatan rill," sambungnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, peta kekuatan militer, pendanaan dan keluarga cendekiawan pendukung kian terbaca jelas. Berbagai pertemuan antara ketiga pihak itu semakin terpantau.
"Dalam kubu militer ada dua kutub yakni Prabowo berhadapan dengan pihak pokoke bukan Prabowo. Cendekiawan terbelah, yang ideologis dengan yang oportunis-pragmatis,"tuturnya.
Dia menuturkan, pihak pendana politik tinggal tunggu perkembangan was-was amati siapa sedang diatas angin. Sehingga bisa berjudi pasang modal di pihak itu.
"SBY dari Istana Merdeka dengan cerdik mengelola pemanasan politik ini. Sesudah ketemu Prabowo, SBY ketemu tujuh jenderal lain yang berseberangan. Jelas sekali,"jelasnya.
Sekedar informasi, tujuh purnawirawan TNI dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sore kemarin. Tujuh mantan Jenderal atau purnawirawan TNI itu adalah Luhut Panjaitan, Subagyo HS, Fahrul Rozi, Agus Wijoyo, Johny Josephus, Sumardi dan Suaidi Marasabessy.
Seperti diketahui, pada Senin 11 Maret 2013 Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dan pada Rabu 13 Maret 2013 tujuh mantan jenderal dipanggil SBY di Istana Kepresidenan.
Lewat akun twitter-nya, Sosiolog dari Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola mengatakan bahwa rangkaian pertemuan dengan sejumlah jenderal kembali membuktikan sinyalemen bahwa para elite militer sekarang adalah hasil didikan unggulan masa orde baru (Orba).
"Perhatikan skenario yang ditempuh SBY mirip dengan manufer Soeharto (Mantan Presiden era orba) jelang lengser sebagai Presiden. Kedua-duanya sangat jeli pilah-pilah rekan sejati saat kritis," ujar Thamrin lewat akun Twitter, @tamrintomagola, Kamis (14/3/2013).
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa ada lima pilar Orba. Yakni militer angkatan darat (AD), mafia Berkeley, Golkar, Birokrasi dan Taipan Hitam yang dikomandoi oleh Soeharto.
Dia menambahkan, saat kritis, Soeharto ditinggal empat pilar Orba diantaranya. Soeharto ditinggal jenderal merah putih, tehnokrat, birokrat dan taipan hitam. "Soeharto berupaya pegang Harmoko/Golkar, Militer Hijau dan ICMI," katanya.
Ketika kian jelas, sambung dia, jangkar-jangkar politik yang terakhir itu pun, satu per-satu meninggalkan Soeharto. Sehingga, Soeharto tidak punya pilihan lain, kecuali lengser dengan damai.
"SBY sekarang persis ada di titik dimana Soeharto mulai memilah-milah kawan dan lawan dengan menggoreng mereka dalam manufer 'mundur secara damai dan terhormat',"tambahnya.
"SBY seperti Soeharto, tahu persis 'Who to Turn to when the going gets tough and the tough gets going'. SBY cepat baca dinamika peta kekuatan rill," sambungnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, peta kekuatan militer, pendanaan dan keluarga cendekiawan pendukung kian terbaca jelas. Berbagai pertemuan antara ketiga pihak itu semakin terpantau.
"Dalam kubu militer ada dua kutub yakni Prabowo berhadapan dengan pihak pokoke bukan Prabowo. Cendekiawan terbelah, yang ideologis dengan yang oportunis-pragmatis,"tuturnya.
Dia menuturkan, pihak pendana politik tinggal tunggu perkembangan was-was amati siapa sedang diatas angin. Sehingga bisa berjudi pasang modal di pihak itu.
"SBY dari Istana Merdeka dengan cerdik mengelola pemanasan politik ini. Sesudah ketemu Prabowo, SBY ketemu tujuh jenderal lain yang berseberangan. Jelas sekali,"jelasnya.
Sekedar informasi, tujuh purnawirawan TNI dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sore kemarin. Tujuh mantan Jenderal atau purnawirawan TNI itu adalah Luhut Panjaitan, Subagyo HS, Fahrul Rozi, Agus Wijoyo, Johny Josephus, Sumardi dan Suaidi Marasabessy.
(kri)