Blusukan ala SBY
A
A
A
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) blusukan ke kampung nelayan di Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten pada Jumat pekan lalu. Kunjungan SBY yang mendadak ini mengundang berbagai spekulasi banyak kalangan karena sangat berbeda dengan sebelumnya yang cenderung elitis dan formal.
Apa yang dilakukan SBY ini juga dinilai terlambat dan terkesan meniru gaya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang suka blusukan ke kampung. Fenomena ini tentu menarik perhatian publik. Apalagi, kebijakan blusukan ala SBY ini akan terus dilakukan hingga akhir masa jabatannya. Ada sejumlah analisis terkait alasan munculnya kebijakan blusukanala SBY ini.
Pertama ,apa yang dilakukan SBY ini diyakini terkait agenda Pemilu 2014. SBY memang tidak mungkin mencalonkan diri lagi karena konstitusi kita telah membatasi jabatan presiden tidak boleh lebih dari dua periode. Namun, kebijakan SBY ini bisa diterjemahkan sebagai upaya untuk mendongkrak citra Partai Demokrat yang sedang terpuruk karena ada sejumlah kader terlibat kasus korupsi.
SBY sangat menyadari kondisi partai yang didirikannya ini sedang tidak bagus. Kebijakan SBY ini menjadi salah satu cara mengembalikan elektabilitas partainya tersebut. Bagaimanapun Partai Demokrat tak bisa dilepaskan dari sosok SBY sebagai Ketua Dewan Pembina.
Kedua, terkait agenda politik pribadi SBY di Pemilu 2014.SBY tetap ingin mempertahankan eksistensi Cikeas di panggung politik nasional seusai dirinya tidak lagi menjabat presiden. Keberadaan Ibu Negara Ani Yudhoyono yang selalu mendampingi Presiden SBY, termasuk dalam kunjungan ke kampung nelayan ini, bisa dimaknai sebagai upaya untuk melaksanakan misi tersebut. Apalagi, akhir-akhir ini nama Ani Yudhoyono terus muncul sebagai salah satu kandidat capres 2014.
Ketiga, kebijakan SBY ini juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk meninggalkan kesan yang baik pada akhir jabatannya. Selain itu juga sebagai upaya menurunkan tensi politik yang mulai memanas menjelang Pemilu 2014. Dengan kunjungan-kunjungan tidak formal dan simpatik seperti itu, masyarakat tidak melulu diberi suguhan isu-isu politik.
Bagi pemimpin, menemui masyarakat di bawah memang sangat penting. Namun, akan lebih penting lagi bila kebijakan turun ke bawah itu benar-benar difungsikan untuk menyerap aspirasi dan mengetahui permasalahan di bawah serta untuk memantau apakah kebijakan yang telah dibuat itu berfungsi baik atau tidak.
Bukan blusukan yang memiliki makna bersayap demi pencitraan agar dekat dengan rakyat untuk kepentingan jangka pendek, Pemilu 2014. Terlepas dari agenda politik pribadi maupun Partai Demokrat, kebijakan turun ke bawah ala SBY ini patut diapresiasi. Apa yang dilakukan SBY ini diharapkan memberi inspirasi bagi pemimpin lainnya. Tidak ada kata terlambat untuk blusukan ke masyarakat demi kemajuan bangsa. Jangan pula ada gengsi disebut meniru orang lain.
Mencontoh sesuatu yang baik tentu tidak masalah karena pada dasarnya pemimpin memang harus selalu dekat dengan rakyatnya. Karena itu, blusukan ke bawah penting dilakukan seorang pemimpin. Dari situ pemimpin bisa tahu permasalahan yang ada di lapangan secara detail dan akurat.Selain itu juga dapat menjadi wahana untuk mengecek laporan hasil pembangunan yang dilaksanakan selama ini.
Sudah seharusnya pemimpin jangan hanya menerima masukan dari para bawahannya yang seringkali isinya tak sesuai fakta lapangan atau asal bapak senang (ABS). Bayangkan bila seorang pemimpin membuat kebijakan yang didasarkan pada laporan yang tidak sesuai fakta, tentu kebijakan yang dihasilkannya juga akan salah sasaran.
Apa yang dilakukan SBY ini juga dinilai terlambat dan terkesan meniru gaya Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang suka blusukan ke kampung. Fenomena ini tentu menarik perhatian publik. Apalagi, kebijakan blusukan ala SBY ini akan terus dilakukan hingga akhir masa jabatannya. Ada sejumlah analisis terkait alasan munculnya kebijakan blusukanala SBY ini.
Pertama ,apa yang dilakukan SBY ini diyakini terkait agenda Pemilu 2014. SBY memang tidak mungkin mencalonkan diri lagi karena konstitusi kita telah membatasi jabatan presiden tidak boleh lebih dari dua periode. Namun, kebijakan SBY ini bisa diterjemahkan sebagai upaya untuk mendongkrak citra Partai Demokrat yang sedang terpuruk karena ada sejumlah kader terlibat kasus korupsi.
SBY sangat menyadari kondisi partai yang didirikannya ini sedang tidak bagus. Kebijakan SBY ini menjadi salah satu cara mengembalikan elektabilitas partainya tersebut. Bagaimanapun Partai Demokrat tak bisa dilepaskan dari sosok SBY sebagai Ketua Dewan Pembina.
Kedua, terkait agenda politik pribadi SBY di Pemilu 2014.SBY tetap ingin mempertahankan eksistensi Cikeas di panggung politik nasional seusai dirinya tidak lagi menjabat presiden. Keberadaan Ibu Negara Ani Yudhoyono yang selalu mendampingi Presiden SBY, termasuk dalam kunjungan ke kampung nelayan ini, bisa dimaknai sebagai upaya untuk melaksanakan misi tersebut. Apalagi, akhir-akhir ini nama Ani Yudhoyono terus muncul sebagai salah satu kandidat capres 2014.
Ketiga, kebijakan SBY ini juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk meninggalkan kesan yang baik pada akhir jabatannya. Selain itu juga sebagai upaya menurunkan tensi politik yang mulai memanas menjelang Pemilu 2014. Dengan kunjungan-kunjungan tidak formal dan simpatik seperti itu, masyarakat tidak melulu diberi suguhan isu-isu politik.
Bagi pemimpin, menemui masyarakat di bawah memang sangat penting. Namun, akan lebih penting lagi bila kebijakan turun ke bawah itu benar-benar difungsikan untuk menyerap aspirasi dan mengetahui permasalahan di bawah serta untuk memantau apakah kebijakan yang telah dibuat itu berfungsi baik atau tidak.
Bukan blusukan yang memiliki makna bersayap demi pencitraan agar dekat dengan rakyat untuk kepentingan jangka pendek, Pemilu 2014. Terlepas dari agenda politik pribadi maupun Partai Demokrat, kebijakan turun ke bawah ala SBY ini patut diapresiasi. Apa yang dilakukan SBY ini diharapkan memberi inspirasi bagi pemimpin lainnya. Tidak ada kata terlambat untuk blusukan ke masyarakat demi kemajuan bangsa. Jangan pula ada gengsi disebut meniru orang lain.
Mencontoh sesuatu yang baik tentu tidak masalah karena pada dasarnya pemimpin memang harus selalu dekat dengan rakyatnya. Karena itu, blusukan ke bawah penting dilakukan seorang pemimpin. Dari situ pemimpin bisa tahu permasalahan yang ada di lapangan secara detail dan akurat.Selain itu juga dapat menjadi wahana untuk mengecek laporan hasil pembangunan yang dilaksanakan selama ini.
Sudah seharusnya pemimpin jangan hanya menerima masukan dari para bawahannya yang seringkali isinya tak sesuai fakta lapangan atau asal bapak senang (ABS). Bayangkan bila seorang pemimpin membuat kebijakan yang didasarkan pada laporan yang tidak sesuai fakta, tentu kebijakan yang dihasilkannya juga akan salah sasaran.
(hyk)