Hasil survei, korupsi di Indonesia masih tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Tranparency International Indonesia (TII) meluncurkan Corruption Perception Index (CPI) atau indeks persepsi korupsi 2012 yang disurvei oleh TI. Hasilnya cukup mencegangkan. Indonesia masih menjadi negara korup dengan korupsi yang semakin parah.
Sekretaris Jenderal TII Natalia Soebagjo menyatakan, survei CPI tahun 2012 ini dilakukan terhadap 174 negara di dunia. Tahun ini kata dia, Indonesia memiliki skor CPI 32 dengan peringkat 118. Artinya, dengan skor 32 itu Indonesia belum dapat ke luar dari situasi korupsi yang sudah mengakar.
"Meski sudah diubah metode CPI, Indonesia masih berada di bawah dan masih jauh dari perjuangan melawan korupsi. Bahkan masih berada di jajaran negara dengan korupsi yang cukup tinggi. Kalau tahun lalu (2011) CPI 3,0 dan sekarang 32, CPI kita menurun," kata Natalia dalam konfrensi persnya di acara Peluncuran CPI 2012 di Hotel Century, Jakarta, Kamis (6/12/12).
Dia menuturkan, tahun 2012 ini memiliki beberapa perbedaan dalam metode. Tahun lalu, metodenya tidak dapat diperbandingkan antar waktu. Metode ini tidak dapat dijadikan instrumen yang tepat untuk mengukur perubahan situasi korupsi suatu negara.
"Metode CPI yang baru di tahun ini memungkinkan perbandingan antar waktu, dengan melakukan agregasi terhadap skor dari indeks-indeks sumber dan bukan melakukan agregasi terhadap urutan (ranking) dari negara-negara pada indeks-indeks sumber," paparnya.
Dia menambahkan, perbedaan lainnya, adalah penggunaan angka skor. Tahun lalu, ukurannya dengan 0-10, sedangkan tahun ini dengan 0-100. Lanjutnya, perbedaan penggunaan skor, bukan berarti indeks Indonesia lebih baik.
Dia menuturkan, survei CPI itu dilakukan pada pelayanan publik, administrasi publik, dan pemerintahan. Yang dilibatkan yakni dari kalangan usahawan untuk menilai dengan 13 ukuran.
"CPI ini hanya gambaran saat ini, kita gunakan sebaik mungkin. Tapi jangan terlalu pesimistis dalam pemberantasan korupsi," ujarnya.
Dia membeberkan, di posisi ASEAN, Indonesia sendiri buruk jika dibandingkan dengan Singapura (skor 87, peringkat 5), Brunei Darussalam (skor 55, peringkat 46), Malaysia (skor 49, peringkat 54), Thailand (skor 37, peringkat 88), dan Filipina (skor 34, peringkat 108). Diakatakan olehnya, Indonesia berada di atas Vietnam (skor 31, peringkat 123), dan Myanmar (skor 15, peringkat 172).
"Ini untuk memacu dan memberantas korupsi sampai secara masif. Kita harusnya balapan dengan Malaysia dan Filipina," tandasnya.
Sekretaris Jenderal TII Natalia Soebagjo menyatakan, survei CPI tahun 2012 ini dilakukan terhadap 174 negara di dunia. Tahun ini kata dia, Indonesia memiliki skor CPI 32 dengan peringkat 118. Artinya, dengan skor 32 itu Indonesia belum dapat ke luar dari situasi korupsi yang sudah mengakar.
"Meski sudah diubah metode CPI, Indonesia masih berada di bawah dan masih jauh dari perjuangan melawan korupsi. Bahkan masih berada di jajaran negara dengan korupsi yang cukup tinggi. Kalau tahun lalu (2011) CPI 3,0 dan sekarang 32, CPI kita menurun," kata Natalia dalam konfrensi persnya di acara Peluncuran CPI 2012 di Hotel Century, Jakarta, Kamis (6/12/12).
Dia menuturkan, tahun 2012 ini memiliki beberapa perbedaan dalam metode. Tahun lalu, metodenya tidak dapat diperbandingkan antar waktu. Metode ini tidak dapat dijadikan instrumen yang tepat untuk mengukur perubahan situasi korupsi suatu negara.
"Metode CPI yang baru di tahun ini memungkinkan perbandingan antar waktu, dengan melakukan agregasi terhadap skor dari indeks-indeks sumber dan bukan melakukan agregasi terhadap urutan (ranking) dari negara-negara pada indeks-indeks sumber," paparnya.
Dia menambahkan, perbedaan lainnya, adalah penggunaan angka skor. Tahun lalu, ukurannya dengan 0-10, sedangkan tahun ini dengan 0-100. Lanjutnya, perbedaan penggunaan skor, bukan berarti indeks Indonesia lebih baik.
Dia menuturkan, survei CPI itu dilakukan pada pelayanan publik, administrasi publik, dan pemerintahan. Yang dilibatkan yakni dari kalangan usahawan untuk menilai dengan 13 ukuran.
"CPI ini hanya gambaran saat ini, kita gunakan sebaik mungkin. Tapi jangan terlalu pesimistis dalam pemberantasan korupsi," ujarnya.
Dia membeberkan, di posisi ASEAN, Indonesia sendiri buruk jika dibandingkan dengan Singapura (skor 87, peringkat 5), Brunei Darussalam (skor 55, peringkat 46), Malaysia (skor 49, peringkat 54), Thailand (skor 37, peringkat 88), dan Filipina (skor 34, peringkat 108). Diakatakan olehnya, Indonesia berada di atas Vietnam (skor 31, peringkat 123), dan Myanmar (skor 15, peringkat 172).
"Ini untuk memacu dan memberantas korupsi sampai secara masif. Kita harusnya balapan dengan Malaysia dan Filipina," tandasnya.
(kur)