AHY Ditantang Berani Ambil Panggung Politik Agar Tak Tenggelam
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyatakan, berdasarkan riset lembaganya, elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terbilang moncer. Maka tak berlebihan, jika Partai Demokrat menjadikannya sebagai ketua umum partai dan menempatkan AHY sebagai figur yang potensial untuk bertarung di 2024. (Baca juga: Sah, AHY Terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat)
"Ini adalah tantangan bagi AHY apakah nanti mampu menakhodai dan membawa partai berlambang mercy melaju kencang dan sukses mengantarkan partai Demokrat menjadi partai papan atas," kata Pangi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (17/3/2020). (Baca juga: Gantikan SBY, AHY Ajak Seluruh Kader untuk Bersama Bangun Demokrat)
Menurut Pangi, langkah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berhenti sebagai Ketua Umum Demokrat dan menyerahkan regenerasi kepemimpinan kepada putranya, AHY sudah tepat. Mengingat, mayoritas partai-partai besar masih dikuasi elit dengan berusia tua. (Baca juga: 10 Program AHY, Modernisasi Partai hingga Menang Pilkada dan Pilpres 2024)
Di saat bersamaan, SBY memilih menyiapkan anaknya untuk menjadi pemimpin politik di tingkat nasional. Untuk itu, AHY harus mengambil panggung dan momentum supaya masuk pada radar top of mind atau masuk pada gelombang pembicaraan publik. "Kalau tidak maka AHY bisa tenggelam," tutur Pangi.
Pangi mengatakan, jika dicermati dan diperhatikan secara jeli, racikan elektoral AHY mulai bagus, karena selalu berupaya masuk pada isu-isu strategis, dan kebijakan yang mampu memainkan emosi publik. "Ini kan hanya soal bagaimana mengelola emosi publik, bagaimana berselancar pada narasi keadillan, kesejahteraan dan harmoni masyarakat," ujar dia.
Di sisi lain, AHY juga harus mampu memetakan dan membaca emosi publik dan bagaimana menjembataninya, sehingga merasa terwakili yang menjadi problem sehari hari-hari yang dihadapi masyarakat, merasa mereka terwakili aspirasi dan suaranya.
Pangi meyakini AHY mencoba masuk ke radar isu dan pusaran isu itu biar makin moncer. Namun jika salah mengelola dan memainkan narasinya justru bisa tenggelam ditarik pusaran air. Jadi harus pintar dan piawai betul memainkan bandul politik. Jika salah melangkah sedikit bisa blunder dan justru bukannya menaikkan elektabilitas justru mendowngrade elektabilitas.
"AHY termasuk yang populer namun belum bisa menandingi Sandi, Anies, Prabowo. Namun populer saja tidak cukup, harus ada nilai tambah dan nilai jual sehingga laku di pasar, sejuah ini saya melihat belum menonjol, belum maksimal bagaimana membranding AHY sehingga ketokohannya mampu atau setidaknya satu level dengan bapaknya," kata dia. rakhmat
"Ini adalah tantangan bagi AHY apakah nanti mampu menakhodai dan membawa partai berlambang mercy melaju kencang dan sukses mengantarkan partai Demokrat menjadi partai papan atas," kata Pangi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (17/3/2020). (Baca juga: Gantikan SBY, AHY Ajak Seluruh Kader untuk Bersama Bangun Demokrat)
Menurut Pangi, langkah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berhenti sebagai Ketua Umum Demokrat dan menyerahkan regenerasi kepemimpinan kepada putranya, AHY sudah tepat. Mengingat, mayoritas partai-partai besar masih dikuasi elit dengan berusia tua. (Baca juga: 10 Program AHY, Modernisasi Partai hingga Menang Pilkada dan Pilpres 2024)
Di saat bersamaan, SBY memilih menyiapkan anaknya untuk menjadi pemimpin politik di tingkat nasional. Untuk itu, AHY harus mengambil panggung dan momentum supaya masuk pada radar top of mind atau masuk pada gelombang pembicaraan publik. "Kalau tidak maka AHY bisa tenggelam," tutur Pangi.
Pangi mengatakan, jika dicermati dan diperhatikan secara jeli, racikan elektoral AHY mulai bagus, karena selalu berupaya masuk pada isu-isu strategis, dan kebijakan yang mampu memainkan emosi publik. "Ini kan hanya soal bagaimana mengelola emosi publik, bagaimana berselancar pada narasi keadillan, kesejahteraan dan harmoni masyarakat," ujar dia.
Di sisi lain, AHY juga harus mampu memetakan dan membaca emosi publik dan bagaimana menjembataninya, sehingga merasa terwakili yang menjadi problem sehari hari-hari yang dihadapi masyarakat, merasa mereka terwakili aspirasi dan suaranya.
Pangi meyakini AHY mencoba masuk ke radar isu dan pusaran isu itu biar makin moncer. Namun jika salah mengelola dan memainkan narasinya justru bisa tenggelam ditarik pusaran air. Jadi harus pintar dan piawai betul memainkan bandul politik. Jika salah melangkah sedikit bisa blunder dan justru bukannya menaikkan elektabilitas justru mendowngrade elektabilitas.
"AHY termasuk yang populer namun belum bisa menandingi Sandi, Anies, Prabowo. Namun populer saja tidak cukup, harus ada nilai tambah dan nilai jual sehingga laku di pasar, sejuah ini saya melihat belum menonjol, belum maksimal bagaimana membranding AHY sehingga ketokohannya mampu atau setidaknya satu level dengan bapaknya," kata dia. rakhmat
(cip)