Harga Masker dan Sanitizer Mahal, Ngabalin Salahkan Media Sosial
A
A
A
JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menyebut langka dan mahalnya masker serta sanitizer merupakan dampak dari dahsyatnya media sosial. Sebab, media sosial menggiring kepanikan dan menjadikan masker dan sanitizer barang yang langka dan mahal.
"Ini masker ini tidak lepas dari dahsyatnya informasi lewat sosial media, orang ini tidak pernah melihat masker ini sebagai suatu benda yang intan berlian masker biasa tapi dengan begitu informasi media sosial yang begini gencarnya sampai toko-toko semua tidak ada masker," ujar Ngabalin dalam diskusi di kawasan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020). (Baca Juga: Pengamat: Tak Pelu Berdebat Soal Masker untuk Orang Sakit atau Sehat).
Ngabalin pun juga kaget dengan harga masker dan sanitizer yang sangat mahal. Hal itu efek dari oknum yang menimbun kedua barang yang dianggap penting untuk mencegah penularan virus Corona itu.
"Kalau orang menimbun itu masker dimana-mana bagaimana bisa ada masker yang dari Rp2.500 bisa naik sampai begitu mahal satu dus Rp1 juta. Allahuakbar minta ampun stres semua orang," katanya.
Dirinya menegaskan masyarakat dan semua pihak lainnya harus membaca maupun melihat informasi dari media mainstream nasional. Karena selain sudah terpercaya, informasi yang disampaikan juga sangat valid.
"Itu yang tadi saya bilang kalau informasi itu datang dari antum (menunjuk rekan Wartawan) inikan media massa mainstream jelas ini namanya media apa koran apa ini nama jelas tapi kalau media sosial mahluk dari logam batu mana menulisnya, dia bikin kacau tambah dengan kita semua orang punya gadget," tegasnya.
Ngabalin juga sempat menyebut terkait masker bukan permasalahan yang datang dari pemerintah. Karena pemeritah sudah melakukan hal-hal lain yang lebih penting terkait virus Corona ini. "Jadi bukan urusan pemerintah, urusan pemerintah itu adalah harus segera, makanya departemen kesehatan sudah datang ke pasar-pasar," katanya. (Baca Juga: Operasi Pasar Masker Buat Publik Salah Kaprah Soal Pencegahan Corona)
"Kita juga imbau kepada polisi supaya melihat ini (penimbunan) jangan juga sampai dengan masuk ke dalam urusan dipidanakan dan lain-lain sebagainya. Dikasih tau karena situasinya kan situasi lagi begini, jadi kita konsentrasi urus masalah ini jangan juga teman-teman penjual retail itu jadi masalah kasian," tuturnya.
"Ini masker ini tidak lepas dari dahsyatnya informasi lewat sosial media, orang ini tidak pernah melihat masker ini sebagai suatu benda yang intan berlian masker biasa tapi dengan begitu informasi media sosial yang begini gencarnya sampai toko-toko semua tidak ada masker," ujar Ngabalin dalam diskusi di kawasan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020). (Baca Juga: Pengamat: Tak Pelu Berdebat Soal Masker untuk Orang Sakit atau Sehat).
Ngabalin pun juga kaget dengan harga masker dan sanitizer yang sangat mahal. Hal itu efek dari oknum yang menimbun kedua barang yang dianggap penting untuk mencegah penularan virus Corona itu.
"Kalau orang menimbun itu masker dimana-mana bagaimana bisa ada masker yang dari Rp2.500 bisa naik sampai begitu mahal satu dus Rp1 juta. Allahuakbar minta ampun stres semua orang," katanya.
Dirinya menegaskan masyarakat dan semua pihak lainnya harus membaca maupun melihat informasi dari media mainstream nasional. Karena selain sudah terpercaya, informasi yang disampaikan juga sangat valid.
"Itu yang tadi saya bilang kalau informasi itu datang dari antum (menunjuk rekan Wartawan) inikan media massa mainstream jelas ini namanya media apa koran apa ini nama jelas tapi kalau media sosial mahluk dari logam batu mana menulisnya, dia bikin kacau tambah dengan kita semua orang punya gadget," tegasnya.
Ngabalin juga sempat menyebut terkait masker bukan permasalahan yang datang dari pemerintah. Karena pemeritah sudah melakukan hal-hal lain yang lebih penting terkait virus Corona ini. "Jadi bukan urusan pemerintah, urusan pemerintah itu adalah harus segera, makanya departemen kesehatan sudah datang ke pasar-pasar," katanya. (Baca Juga: Operasi Pasar Masker Buat Publik Salah Kaprah Soal Pencegahan Corona)
"Kita juga imbau kepada polisi supaya melihat ini (penimbunan) jangan juga sampai dengan masuk ke dalam urusan dipidanakan dan lain-lain sebagainya. Dikasih tau karena situasinya kan situasi lagi begini, jadi kita konsentrasi urus masalah ini jangan juga teman-teman penjual retail itu jadi masalah kasian," tuturnya.
(kri)