Imam Shamsi Ali: Tulisan yang Beredar Itu Bukan Tulisan Saya
Imam Shamsi Ali: Tulisan yang Beredar Itu Bukan Tulisan Saya
A
A
A
NEW YORK - Imam Besar Masjid New York, Imam Shamsi Ali kembali menulis klarifikasi terkait tulisan hoaks yang mengatasnamakan dirinya yang kembali diviralkan.
"Berhubung kebohongan ini kembali diviralkan, rasanya perlu saya klarifikasi kembali. Ini bukan pertama kali saya klarifikasi. Tapi yang kesekian kalinya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (7/3/2020). (Baca juga: Shamsi Ali Sarankan Umat Berhati-hati Pilih Perusahaan Syariah)
Presiden Nusantara Foundation dan Pendiri Pondok Pesantren Nur Inka Nusantara Madani di Amerika Serikat itu menuturkan bahwa tulisan yang mengatasnamakan dirinya itu diviralkan pertama kali di tahun 2016 lalu. Entah mengapa tulisan itu kembali diviralkan saat ini. Dan sejak saat itu, dia mengaku telah memberikan klarifikasi. "Saya hanya tidak faham kenapa kembali diviralkan. Berhubung karena banyak yang menanyakan, berikut Saya sampaikan klarifikasi itu lagi," tuturnya.
1. Tulisan yang beredar itu bukan tulisan saya (Shamsi Ali). Walaupun ada satu dua kalimat yang dikutip dari tulisan saya.
2. Saya tidak pernah menuliskan nama sebagai “KH Syamsi Ali”. Selama ini teman-teman di US memberikan tambahan depan nama saya "Imam" dan nama saya selalu "Shamsi Ali".
3. Bahasa saya dalam penulisan tidak pernah bernada menghujat dan membangkitkan kemarahan dan permusuhan. Karena sejatinya saya yang mendakwahkan sopan santun, persatuan, dan berpikiran positif.
4. Saya tidak pernah menghujat dan menjelekkan pemerintah, walaupun mungkin mengeritik dan mengingatkan jika ada hal-hal yang saya anggap tidak sesuai. Sebaliknya mendukung semua kerja dan usaha mereka yang tidak merugikan umat, bangsa dan negara, serta untuk kepentingan umum masyarakat.
5. Perihal pernyataan Ketua Dewan Gereja New York tentang Ahok, itu sekedar harapan seseorang untuk kelompoknya. Tapi bukan kebijakan Dewan Gereja "mengkader" seseorang untuk menjadi presiden. Sederhanannya, kira-kira persis jika ada orang Islam yang mengatakan: mari kita doakan agar Shamsi Ali menjadi wali kota New York. Itu harapan umat untuk saya. Dan itu sangat wajar karena semua orang punya social solidarity (solidaritas sosial) untuk melihat kelompoknya sukses dan menang.
6. Saya meminta kepada yang menulis dan menyebarkan “kebohongan” ini untuk berhenti dan meminta maaf. Bahkan jika pun konten tulisan ini benar, menuliskannya atas nama orang lain (saya) adalah kebohongan dan pengkhianatan itu sendiri.
"Akhirnya saya ingatkan bahwa dalam Islam itu “tujuan dan cara” selalu singkron. Tujuan mulia tidak akan tercapai dengan cara yang salah. Jangan-jangan tulisan ini punya tujuan yang dianggap baik. Tapi mencaplok nama orang adalah kebatilan. Dan itu paradoks!," tegasnya.
"Berhubung kebohongan ini kembali diviralkan, rasanya perlu saya klarifikasi kembali. Ini bukan pertama kali saya klarifikasi. Tapi yang kesekian kalinya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (7/3/2020). (Baca juga: Shamsi Ali Sarankan Umat Berhati-hati Pilih Perusahaan Syariah)
Presiden Nusantara Foundation dan Pendiri Pondok Pesantren Nur Inka Nusantara Madani di Amerika Serikat itu menuturkan bahwa tulisan yang mengatasnamakan dirinya itu diviralkan pertama kali di tahun 2016 lalu. Entah mengapa tulisan itu kembali diviralkan saat ini. Dan sejak saat itu, dia mengaku telah memberikan klarifikasi. "Saya hanya tidak faham kenapa kembali diviralkan. Berhubung karena banyak yang menanyakan, berikut Saya sampaikan klarifikasi itu lagi," tuturnya.
1. Tulisan yang beredar itu bukan tulisan saya (Shamsi Ali). Walaupun ada satu dua kalimat yang dikutip dari tulisan saya.
2. Saya tidak pernah menuliskan nama sebagai “KH Syamsi Ali”. Selama ini teman-teman di US memberikan tambahan depan nama saya "Imam" dan nama saya selalu "Shamsi Ali".
3. Bahasa saya dalam penulisan tidak pernah bernada menghujat dan membangkitkan kemarahan dan permusuhan. Karena sejatinya saya yang mendakwahkan sopan santun, persatuan, dan berpikiran positif.
4. Saya tidak pernah menghujat dan menjelekkan pemerintah, walaupun mungkin mengeritik dan mengingatkan jika ada hal-hal yang saya anggap tidak sesuai. Sebaliknya mendukung semua kerja dan usaha mereka yang tidak merugikan umat, bangsa dan negara, serta untuk kepentingan umum masyarakat.
5. Perihal pernyataan Ketua Dewan Gereja New York tentang Ahok, itu sekedar harapan seseorang untuk kelompoknya. Tapi bukan kebijakan Dewan Gereja "mengkader" seseorang untuk menjadi presiden. Sederhanannya, kira-kira persis jika ada orang Islam yang mengatakan: mari kita doakan agar Shamsi Ali menjadi wali kota New York. Itu harapan umat untuk saya. Dan itu sangat wajar karena semua orang punya social solidarity (solidaritas sosial) untuk melihat kelompoknya sukses dan menang.
6. Saya meminta kepada yang menulis dan menyebarkan “kebohongan” ini untuk berhenti dan meminta maaf. Bahkan jika pun konten tulisan ini benar, menuliskannya atas nama orang lain (saya) adalah kebohongan dan pengkhianatan itu sendiri.
"Akhirnya saya ingatkan bahwa dalam Islam itu “tujuan dan cara” selalu singkron. Tujuan mulia tidak akan tercapai dengan cara yang salah. Jangan-jangan tulisan ini punya tujuan yang dianggap baik. Tapi mencaplok nama orang adalah kebatilan. Dan itu paradoks!," tegasnya.
(shf)
Explore More