Antisipasi Wabah Virus Corona, Pemerintah Siapkan Rumah Sakit Rujukan
A
A
A
JAKARTA - Penyebaran virus corona ke sejumlah negara membuat banyak orang khawatir. Berbagai upaya dilakukan pemerintah pusat dan daerah serta kalangan media mengantisipasi mewabahnya virus mematikan itu di Indonesia.
Terakhir, seorang warga negara China dan warga Dago, Bandung, Jawa Barat, menjalani proses observasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Keduanya menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan ciri-ciri menyerupai suspect pasien corona. Namun, setelah dilakukan tes laboratorium oleh Puslitbangkes, keduanya dinyatakan negatif.
Penanganan secara cepat yang dilakukan RSHS mengantisipasi virus korona patut diapresiasi. Walaupun virus ini belum diketahui secara tepat penanganan dan obatnya, RSHS telah berupaya melakukan isolasi pasien. Tujuannya, pasien sembuh dan virus tidak menyebar.
Direktur Utama RSHS Bandung Nina Susana Dewi mengatakan, kesiapsiagaan RSHS tak lepas dari fasilitas penahanan infeksi virus yang dimiliki RSHS. Fasilitas tersebut bernama Ruang Infeksi Khusus Kemuning (RIKK). Fasilitas ini disediakan khusus untuk penahanan terhadap virus mematikan seperti flu burung, SARS (Severe Acute Respiratory Syn -drome), MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan layak untuk penanganan virus corona dari China.
RIKK Hasan Sadikin berada dibangunan khusus yang tidak terjangkau oleh keramaian. Akses masuk ke ruang tersebut sangat terbatas. Tim medis yang menangani pasien juga mengenakan pakaian khusus. ”Suhu udara RIKK juga diatur sedemikian rupa agar virus tidak menyebar. Memang, biaya operasional ruangan ini sangat mahal,” kata dia.
Menurut Direktur Medik & Keperawatan RSHS Nucki Nursjamsi, tidak sembarang pasien bisa langsung masuk ke ruang isolasi RIKK. Ada beberapa tahapan yang mesti dilewati hingga pasien divonis mahal tahapan observasi virus tertentu.
Misalnya, untuk pasien yang diduga terkait virus corona harus memiliki empat kriteria. Pertama, orang dalam pemantauan, yaitu pasien dengan riwayat demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, serta pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan gambaran radiologi. Pasien ini juga memiliki riwayat perjalanan ke China atau negara terjangkit dalam rentang waktu 14 hari sebelum timbul gejala.
Kriteria kedua adalah pasien dalam pengawasan. Pasien ini telah memenuhi semua persyaratan orang dalam pemantauan ditambah memiliki riwayat paparan langsung dengan positif corona serta pernah melakukan perjalanan ke Wuhan dan demam di atas 38 derajat Celsius.
Ketiga, kasus probabel, yaitu dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019-nCov, tetapi inkonklusif atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif. Keempat, pasien dengan status telah terkoordinasi positif corona.
Selain RSHS, RSUP Dr Sarjito Yogyakarta juga telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi wabah virus corona, mulai sumber daya manusia (SDM), peralatan, hingga ruangan isolasi.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengatakan sudah melakukan simulasi penanganan, ruangan khusus isolasi, hingga petugas kesehatan. Simulasi penanganan melibatkan banyak unsur mulai petugas parkir, satuan pengamanan (satpam), tenaga kesehatan dan medis (dokter), serta ruangan isolasi sampai jajaran direktur utama. ”Setidaknya ada 200 petugas yang siap siaga menangani virus yang masuk dalam kelompok Airborne ini,” kata Banu, Jumat (31/1/2020).
Dia menjelaskan, saat melakukan simulasi sekaligus untuk inventarisasi alat medis, sumber daya manusia, obat-obatan, dan peralatan apa yang kurang. Setelah melalui check list, ternyata semua sudah siap memberikan penanggulangan terhadap virus corona maupun virus sejenis.
”Saat simulasi kita bukan corona, tetapi Marscov. Ini satu tipe dengan corona tetapi lebih mematikan Marscov. Itulah dari sisi kesiapan kita,” jelasnya.
Untuk peralatan, RSUP Sardjito juga cukup komplet, misalnya infus dan ventilator. Bahkan, mereka sudah menyiapkan ruang isolasi bertekanan negatif yang mana satu ruangan tidak tercampur dengan ruangan udara mana pun. Isolasi ruangan negatif ini diolah mesin disedot, diolah lagi sampai bersih, termasuk udara yang masuk bersih. ”Untuk ruangan, kami sudah menyiapkan 87 ruangan. Teknologi yang kami miliki juga sudah siap menampung,” paparnya.
Untuk SOP penanganan, jika ada pasien yang masuk dan ditengarai suspect virus corona maka semua petugas klinik harus memakai alat perlindungan diri (APD) komplet. Namun jika tidak, hanya dengan menggunakan masker. Yang penting, petugas tidak bersinggungan langsung dengan orang yang terindikasi.
RSUP Dr Sardjito sendiri hingga sekarang menangani dua pasien terindikasi virus corona. Satu pasien dewasa dan satu pasien anak. Mereka masuk pada Selasa (28/1/2020). Pasien dewasa punya riwayat bepergian ke China, sementara pasien anak merupakan warga China yang datang ke Indonesia. Namun dari hasil laboratorium, hasilnya negatif. Keduanya pun sudah boleh pulang.
Terakhir, seorang warga negara China dan warga Dago, Bandung, Jawa Barat, menjalani proses observasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Keduanya menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan ciri-ciri menyerupai suspect pasien corona. Namun, setelah dilakukan tes laboratorium oleh Puslitbangkes, keduanya dinyatakan negatif.
Penanganan secara cepat yang dilakukan RSHS mengantisipasi virus korona patut diapresiasi. Walaupun virus ini belum diketahui secara tepat penanganan dan obatnya, RSHS telah berupaya melakukan isolasi pasien. Tujuannya, pasien sembuh dan virus tidak menyebar.
Direktur Utama RSHS Bandung Nina Susana Dewi mengatakan, kesiapsiagaan RSHS tak lepas dari fasilitas penahanan infeksi virus yang dimiliki RSHS. Fasilitas tersebut bernama Ruang Infeksi Khusus Kemuning (RIKK). Fasilitas ini disediakan khusus untuk penahanan terhadap virus mematikan seperti flu burung, SARS (Severe Acute Respiratory Syn -drome), MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan layak untuk penanganan virus corona dari China.
RIKK Hasan Sadikin berada dibangunan khusus yang tidak terjangkau oleh keramaian. Akses masuk ke ruang tersebut sangat terbatas. Tim medis yang menangani pasien juga mengenakan pakaian khusus. ”Suhu udara RIKK juga diatur sedemikian rupa agar virus tidak menyebar. Memang, biaya operasional ruangan ini sangat mahal,” kata dia.
Menurut Direktur Medik & Keperawatan RSHS Nucki Nursjamsi, tidak sembarang pasien bisa langsung masuk ke ruang isolasi RIKK. Ada beberapa tahapan yang mesti dilewati hingga pasien divonis mahal tahapan observasi virus tertentu.
Misalnya, untuk pasien yang diduga terkait virus corona harus memiliki empat kriteria. Pertama, orang dalam pemantauan, yaitu pasien dengan riwayat demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, serta pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan gambaran radiologi. Pasien ini juga memiliki riwayat perjalanan ke China atau negara terjangkit dalam rentang waktu 14 hari sebelum timbul gejala.
Kriteria kedua adalah pasien dalam pengawasan. Pasien ini telah memenuhi semua persyaratan orang dalam pemantauan ditambah memiliki riwayat paparan langsung dengan positif corona serta pernah melakukan perjalanan ke Wuhan dan demam di atas 38 derajat Celsius.
Ketiga, kasus probabel, yaitu dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019-nCov, tetapi inkonklusif atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif. Keempat, pasien dengan status telah terkoordinasi positif corona.
Selain RSHS, RSUP Dr Sarjito Yogyakarta juga telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi wabah virus corona, mulai sumber daya manusia (SDM), peralatan, hingga ruangan isolasi.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengatakan sudah melakukan simulasi penanganan, ruangan khusus isolasi, hingga petugas kesehatan. Simulasi penanganan melibatkan banyak unsur mulai petugas parkir, satuan pengamanan (satpam), tenaga kesehatan dan medis (dokter), serta ruangan isolasi sampai jajaran direktur utama. ”Setidaknya ada 200 petugas yang siap siaga menangani virus yang masuk dalam kelompok Airborne ini,” kata Banu, Jumat (31/1/2020).
Dia menjelaskan, saat melakukan simulasi sekaligus untuk inventarisasi alat medis, sumber daya manusia, obat-obatan, dan peralatan apa yang kurang. Setelah melalui check list, ternyata semua sudah siap memberikan penanggulangan terhadap virus corona maupun virus sejenis.
”Saat simulasi kita bukan corona, tetapi Marscov. Ini satu tipe dengan corona tetapi lebih mematikan Marscov. Itulah dari sisi kesiapan kita,” jelasnya.
Untuk peralatan, RSUP Sardjito juga cukup komplet, misalnya infus dan ventilator. Bahkan, mereka sudah menyiapkan ruang isolasi bertekanan negatif yang mana satu ruangan tidak tercampur dengan ruangan udara mana pun. Isolasi ruangan negatif ini diolah mesin disedot, diolah lagi sampai bersih, termasuk udara yang masuk bersih. ”Untuk ruangan, kami sudah menyiapkan 87 ruangan. Teknologi yang kami miliki juga sudah siap menampung,” paparnya.
Untuk SOP penanganan, jika ada pasien yang masuk dan ditengarai suspect virus corona maka semua petugas klinik harus memakai alat perlindungan diri (APD) komplet. Namun jika tidak, hanya dengan menggunakan masker. Yang penting, petugas tidak bersinggungan langsung dengan orang yang terindikasi.
RSUP Dr Sardjito sendiri hingga sekarang menangani dua pasien terindikasi virus corona. Satu pasien dewasa dan satu pasien anak. Mereka masuk pada Selasa (28/1/2020). Pasien dewasa punya riwayat bepergian ke China, sementara pasien anak merupakan warga China yang datang ke Indonesia. Namun dari hasil laboratorium, hasilnya negatif. Keduanya pun sudah boleh pulang.
(ysw)