Buka Rakernas PDIP, Megawati Ingatkan Pentingnya Riset
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 1 di Jakarta International Expo (JExpo), Kemayoran, Jakarta mulai Jumat (10/1/2020) hingga Minggu (12/1/2020).
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya menekankan pentingnya riset sebagai acuan fundamental dalam pembangunan bangsa.
Menurut dia, Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tidak hanya menjadi bangsa yang merdeka, namun Indonesia harus benar-benar menjadi negara yang berdaulat. Karena itu, Megawati mengingatkan para kadernya untuk merumuskan langkah dan strategi politik partai dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020.
"PDIP sungguh-sungguh dapat menjadi partai pelopor yang mampu mewujudkan pokok-pokok perjuangan.Berjuanglah untuk PDIP menjadi partai pelopor dengan lima disiplin yaitu dispilin ideologi, disiplin teori dan pemikiran, disiplin organisasi, disiplin tindakan, dan disiplin gerakan," tutur Mega. (Baca Juga: Hasto Dampingi Megawati Lihat Pameran Rempah-rempah)
Dia mengatakan, kemenangan elektoral bisa dipastikan adalah kerja politik konkret bagi rakyat bangsa dan negara.
"Jangan berpolitik dengan cara pragmatis dengan menjadi politisi populis yang sibuk obok-obok emosi warga, tapi tak ada keputusan politik nyata bagi rakyat itu sendiri. Kalau kita, bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat bangsa dan negara. Banyak kader yang dapat melaksanakan hal itu. Bagi yang belum, segeralah bergegaslah mengikuti kawan-kawan yang lain," serunya.
Karena itu, Megawati mengingatkan para kader untuk menghentikan politik yang hanya berwacana. "Stop berwacana politik. Rumuskan politik legislasi, politik anggaran yang jadi prioritas perjuangan kita. Rumuskan prioritas industri nasional untuk mewujudkan Indonesia berdikari. Semua harus dipastikan untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat," katanya.
Dia meminta tiga pilar partai, yakni eksekutif, legislatif dan pengurus partai untuk mengusahakan pembangunan infrastruktur dan memenuhi cita-cita rakyat Indonesia seperti yang digambarkan Bung Karno.
Mega mengatakan, setelah PDIP menang dalam dua pemilu berturut-tuurut, muncul pertanyaan yang selalu menghentak dirinya yakni makna sesungguhnya sebuah kemenangan politik.
"Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa? Apakah menang pemilu berupa kemenangan elektoral jadi tujuan akhir bagi partai? Kegelisahan-kegelisahan tersebut selalu melingkari diri saya," katanya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya mengatakan, selama ini selama bertahun-tahun ekonomi Indonesia hanya berbasi komoditas.
"Bahan mentah yang selalu kita ekspor, raw material sehingga ke depan kita ingin semuanya diolah minimal menjadi barang setengah jadi atau barang jadi melalui hilirasisasi industri seperti yang disampaikan Bu Mega," katanya.
Dia mencontohkan, Indonesia memiliki 13 juta kebun kelapa sawit yang setiap tahun berproduksi sekitar 46 juta ton. Namun, selama ini kebanyakan hanya untuk ekspor bahan mentah. "Jangan lagi kita mengekspor CPO ini terus-terusan. Harus mulai kita ubah kepada barang setengah jadi atau barang jadi. Ini yang telah kita lakukan. Karena kalau tidak, kita selalu dimainkan pasar," urainya.
Ke depan, kata Jokowi, dengan menjadikan CPO menjadi B30, Indonesia bisa menghemat sekitar Rp110 triliun per tahun. Mantinya kalau sampai kepada B50, bisa lebih Rp20 triliun. "Itu yang riset siapa? Oleh profesor-profesor di ITB. Bukan dari negara lain. Memang lama, sudah lama diriset namun untuk masuk ke industri, masuk ke hitung-hitungan ekonomi memang baru 2-3 tahun yang lalu ketemunya," katanya.
Hadir dalam Rakernas tersebut Wapres KH Ma'ruf Amin, dan sejumlah mantan wapres di antaranya Jusuf Kalla, Boediono, Tri Sutrisno. Hadir pula Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI La Nyalla Matalilli, dan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Hadir pula para ketua umum partai politik dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya menekankan pentingnya riset sebagai acuan fundamental dalam pembangunan bangsa.
Menurut dia, Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tidak hanya menjadi bangsa yang merdeka, namun Indonesia harus benar-benar menjadi negara yang berdaulat. Karena itu, Megawati mengingatkan para kadernya untuk merumuskan langkah dan strategi politik partai dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020.
"PDIP sungguh-sungguh dapat menjadi partai pelopor yang mampu mewujudkan pokok-pokok perjuangan.Berjuanglah untuk PDIP menjadi partai pelopor dengan lima disiplin yaitu dispilin ideologi, disiplin teori dan pemikiran, disiplin organisasi, disiplin tindakan, dan disiplin gerakan," tutur Mega. (Baca Juga: Hasto Dampingi Megawati Lihat Pameran Rempah-rempah)
Dia mengatakan, kemenangan elektoral bisa dipastikan adalah kerja politik konkret bagi rakyat bangsa dan negara.
"Jangan berpolitik dengan cara pragmatis dengan menjadi politisi populis yang sibuk obok-obok emosi warga, tapi tak ada keputusan politik nyata bagi rakyat itu sendiri. Kalau kita, bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat bangsa dan negara. Banyak kader yang dapat melaksanakan hal itu. Bagi yang belum, segeralah bergegaslah mengikuti kawan-kawan yang lain," serunya.
Karena itu, Megawati mengingatkan para kader untuk menghentikan politik yang hanya berwacana. "Stop berwacana politik. Rumuskan politik legislasi, politik anggaran yang jadi prioritas perjuangan kita. Rumuskan prioritas industri nasional untuk mewujudkan Indonesia berdikari. Semua harus dipastikan untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat," katanya.
Dia meminta tiga pilar partai, yakni eksekutif, legislatif dan pengurus partai untuk mengusahakan pembangunan infrastruktur dan memenuhi cita-cita rakyat Indonesia seperti yang digambarkan Bung Karno.
Mega mengatakan, setelah PDIP menang dalam dua pemilu berturut-tuurut, muncul pertanyaan yang selalu menghentak dirinya yakni makna sesungguhnya sebuah kemenangan politik.
"Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa? Apakah menang pemilu berupa kemenangan elektoral jadi tujuan akhir bagi partai? Kegelisahan-kegelisahan tersebut selalu melingkari diri saya," katanya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya mengatakan, selama ini selama bertahun-tahun ekonomi Indonesia hanya berbasi komoditas.
"Bahan mentah yang selalu kita ekspor, raw material sehingga ke depan kita ingin semuanya diolah minimal menjadi barang setengah jadi atau barang jadi melalui hilirasisasi industri seperti yang disampaikan Bu Mega," katanya.
Dia mencontohkan, Indonesia memiliki 13 juta kebun kelapa sawit yang setiap tahun berproduksi sekitar 46 juta ton. Namun, selama ini kebanyakan hanya untuk ekspor bahan mentah. "Jangan lagi kita mengekspor CPO ini terus-terusan. Harus mulai kita ubah kepada barang setengah jadi atau barang jadi. Ini yang telah kita lakukan. Karena kalau tidak, kita selalu dimainkan pasar," urainya.
Ke depan, kata Jokowi, dengan menjadikan CPO menjadi B30, Indonesia bisa menghemat sekitar Rp110 triliun per tahun. Mantinya kalau sampai kepada B50, bisa lebih Rp20 triliun. "Itu yang riset siapa? Oleh profesor-profesor di ITB. Bukan dari negara lain. Memang lama, sudah lama diriset namun untuk masuk ke industri, masuk ke hitung-hitungan ekonomi memang baru 2-3 tahun yang lalu ketemunya," katanya.
Hadir dalam Rakernas tersebut Wapres KH Ma'ruf Amin, dan sejumlah mantan wapres di antaranya Jusuf Kalla, Boediono, Tri Sutrisno. Hadir pula Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI La Nyalla Matalilli, dan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Hadir pula para ketua umum partai politik dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju.
(dam)