Agun Gunandjar Bantah Maju Caketum Golkar untuk Memecah Suara
A
A
A
JAKARTA - Politikus Senior Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa menampik anggapan yang menyebut dirinya maju sebagai salah satu calon ketua umum (caketum) sebagai pemecah suara pada Musyawarah Nasional (Munas) pada 3-6 Desember nanti.
Agun menyatakan diri akan maju sebagai salah satu Caketum Golkar menantang sejumlah nama lain seperti calon petahana Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ridwan Hisjam, dan Indra Bambang Utoyo.
Agun menegaskan tujuan dirinya maju sebagai caketum agar Munas Golkar nanti sesuai dengan azas demokrasi. Dengan begitu, Munas tak hanya menyelamatkan Golkar tetapi juga marwah partai politik di depan publik.
”Mekanisme ini perlu dibangun untuk kembali membangun kepercayaan publik kepada parpol. Selama ini kan anggapannya kalau partai tuh selalu kongkalikong. Enggak heran kalau pemilu banyak yang golput karena ketidakpercayaan pada calon,” tuturnya kepada wartawan, Selasa (26/11/2019).
Adapun mengenai syarat 30% dukungan jika ingin bertarung dalam pemilihan Ketua Umum Golkar disebut Agun tak bisa ditafsirkan dengan surat dukungan. Diketahui, kubu Airlangga Hartarto ingin syarat 30% dukungan dinyatakan lewat surat berkop surat dan ditandatangani.
”Salah kalau ditafsirkan 30 persen itu melalui surat dukungan. Saya akan menuntut kalau itu dilakukan. 30 persen itu didapat dalam tahap penjaringan yang dilakukan secara langsung di bilik suara, bukan lewat secarik kertas dukungan. Setelah itu, barulah tahap pemilihan digelar,” ucap dia.
Agun pun menjelaskan teknisnya. Menurut dia, setelah pendaftaran dan verifikasi calon, kandidat yang maju akan menyampaikan visi misi. Pemilih kemudian dipersilakan masuk ke bilik suara untuk tahap penjaringan. Kandidat yang bisa melenggang ke tahap pemilihan adalah mereka yang berhasil meraup 30% dari seluruh suara.
”Itulah cara yang sesuai dengan azas jurdil dan luber. Kalau proses yang dipaksakan dengan cara-cara rekayasa, lewat surat dukungan, hari ini saya declare, apakah saya lolos dalam penjaringan atau tidak, tapi kalau praktik itu yang dilakukan, saya akan gugat ke Menkumham sebagaimana UU Parpol. Bahkan ada kemungkinan saya akan gugat ke MK (Mahkamah Konstitusi) karena pemilu saja luber jurdil, itu ada di konstitusi, itu langsung tidak bisa diwakilkan, tidak bisa lewat surat pernyataan, tapi langsung di bilik suara," jelas dia.
Dia pun meminta semua pihak yang hendak mencalonkan diri untuk membuktikan dukungan di bilik suara saja. Menurutnya, saling klaim suara seperti yang terjadi saat ini adalah gejala yang tak baik. Agun pun mengaku tak mempersiapkan secara khusus untuk Munas nanti.
Kendati begitu, dia optimistis kalau kiprahnya di Golkar pasti menjadi penilaian sendiri bagi para kader yang suaranya akan dititipkan kepada DPD I dan DPD II masing-masing. Untuk diketahui, di legislatif, Agun sudah enam periode diutus oleh partai beringin.
"Nanti dukungannya berapa banyak, akan diketahui di bilik suara Munas. Jadi buktikan saja di bilik suara, hentikan intimidasi, tinggal kita lihat saja. Siapa pun nanti yang terpilih itulah yang terbaik. Kan ada tahapannya, mulai dari debat, penyampaian visi misi, kader kan enggak menilai seketika, tapi ada perjalanan panjang dan kontribusi di partai yang sama-sama kita sudah tahu," ucap dia.
Agun menyatakan diri akan maju sebagai salah satu Caketum Golkar menantang sejumlah nama lain seperti calon petahana Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ridwan Hisjam, dan Indra Bambang Utoyo.
Agun menegaskan tujuan dirinya maju sebagai caketum agar Munas Golkar nanti sesuai dengan azas demokrasi. Dengan begitu, Munas tak hanya menyelamatkan Golkar tetapi juga marwah partai politik di depan publik.
”Mekanisme ini perlu dibangun untuk kembali membangun kepercayaan publik kepada parpol. Selama ini kan anggapannya kalau partai tuh selalu kongkalikong. Enggak heran kalau pemilu banyak yang golput karena ketidakpercayaan pada calon,” tuturnya kepada wartawan, Selasa (26/11/2019).
Adapun mengenai syarat 30% dukungan jika ingin bertarung dalam pemilihan Ketua Umum Golkar disebut Agun tak bisa ditafsirkan dengan surat dukungan. Diketahui, kubu Airlangga Hartarto ingin syarat 30% dukungan dinyatakan lewat surat berkop surat dan ditandatangani.
”Salah kalau ditafsirkan 30 persen itu melalui surat dukungan. Saya akan menuntut kalau itu dilakukan. 30 persen itu didapat dalam tahap penjaringan yang dilakukan secara langsung di bilik suara, bukan lewat secarik kertas dukungan. Setelah itu, barulah tahap pemilihan digelar,” ucap dia.
Agun pun menjelaskan teknisnya. Menurut dia, setelah pendaftaran dan verifikasi calon, kandidat yang maju akan menyampaikan visi misi. Pemilih kemudian dipersilakan masuk ke bilik suara untuk tahap penjaringan. Kandidat yang bisa melenggang ke tahap pemilihan adalah mereka yang berhasil meraup 30% dari seluruh suara.
”Itulah cara yang sesuai dengan azas jurdil dan luber. Kalau proses yang dipaksakan dengan cara-cara rekayasa, lewat surat dukungan, hari ini saya declare, apakah saya lolos dalam penjaringan atau tidak, tapi kalau praktik itu yang dilakukan, saya akan gugat ke Menkumham sebagaimana UU Parpol. Bahkan ada kemungkinan saya akan gugat ke MK (Mahkamah Konstitusi) karena pemilu saja luber jurdil, itu ada di konstitusi, itu langsung tidak bisa diwakilkan, tidak bisa lewat surat pernyataan, tapi langsung di bilik suara," jelas dia.
Dia pun meminta semua pihak yang hendak mencalonkan diri untuk membuktikan dukungan di bilik suara saja. Menurutnya, saling klaim suara seperti yang terjadi saat ini adalah gejala yang tak baik. Agun pun mengaku tak mempersiapkan secara khusus untuk Munas nanti.
Kendati begitu, dia optimistis kalau kiprahnya di Golkar pasti menjadi penilaian sendiri bagi para kader yang suaranya akan dititipkan kepada DPD I dan DPD II masing-masing. Untuk diketahui, di legislatif, Agun sudah enam periode diutus oleh partai beringin.
"Nanti dukungannya berapa banyak, akan diketahui di bilik suara Munas. Jadi buktikan saja di bilik suara, hentikan intimidasi, tinggal kita lihat saja. Siapa pun nanti yang terpilih itulah yang terbaik. Kan ada tahapannya, mulai dari debat, penyampaian visi misi, kader kan enggak menilai seketika, tapi ada perjalanan panjang dan kontribusi di partai yang sama-sama kita sudah tahu," ucap dia.
(kri)