Megawati Dianugerahi Tokoh Pelopor Penguatan dan Modernisasi BMKG
A
A
A
JAKARTA - Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri menerima anugerah kehormatan 'Tokoh Pelopor Penguatan dan Modernisasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika untuk Kemanusiaan dan Lingkungan'.
Anugerah itu diserahkan langsung oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam upacara yang dilaksanakan di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019) sore.
Menurut Dwikorita, BMKG saat ini akan segera mampu memberi peringatan dini tsunami paling lama 2 menit atau 120 detik setelah gempa terjadi. Namun, pada 2004 lalu saat bencana tsunami di Aceh dan Nias terjadi, kemampuan BMKG adalah dua jam alias 7.200 detik.
Semua lompatan kemampuan itu, kata Dwikorita, tak mungkin terjadi bila bukan karena peran Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI kelima. Dwikorita pun lalu bercerita soal Indonesia menghadapi banjir yang menewaskan 22 orang di Jakarta pada 2002 lalu.
Saat itu, kenang Dwikorita, curahan hujan sangat tinggi sementara kapasitas BMKG yang masih berada di bawah Departemen Perhubungan sangat terbatas. Megawati disebutnya mampu melihat ke depan.
Dengan berbasis pengamatan atas fenomena perubahan iklim akibat kerusakan lingkungan sekaligus aktivitas kegempaaan, Megawati bervisi bahwa BMKG wajib berperan vital. Yakni untuk bisa memprediksi bencana dan memberi peringatan dini yang akurat kepada masyarakat.
"Di sinilah Ibu Megawati menunjukkan betapa nilai-nilai kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi pertimbangan utama dalam membuat keputusan," ujar Dwikorita dalam sambutannya.
Maka Megawati membuat Keputusan Presiden Nomor 46 dan Nomor 48 Tahun 2002. BMKG lalu diubah menjadi lembaga pemerintahan nondepartemen yang artinya langsung di bawah presiden.
"Keputusan Ibu Megawati mengeluarkan Keppres ini jadi tonggak penting BMKG menjadi seperti saat ini. Peran BMKG jadi lebih berdaya mendukung pembangunan nasional dengan layanan informasi," jelas Dwikorita.
Saat ini, BMKG memasuki modernisasi tahap II seperti dirancang sejak awal oleh Pemerintahan era Megawati itu. Tujuannya demi meningkatkan kehandalan layanan meteorologi dan geofisika untuk masyarakat.
Dengan pemberian anugerah ini, kata Dwikorita, pihaknya ingin menyebarluaskan magnet citra kepeloporan berlandaskan nilai kemanusiaan yang dipancarkan oleh Megawati.
"Semoga aura kepeloporan dan spirit yang Ibu Megawati pancarkan dapat menginspirasi dan memotivasi kita semua," ungkap Dwikorita.
Selain Dwikorita, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) Bagus Paruhito dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo juga sama-sama menekankan arti penting perhatian Megawati yang sejak awal ingin membawa Indonesia mampu menghadapi berbagai ancaman bencana yang ada.
Sebab Indonesia memang berada di area cincin api Pasifik (Pacific Ring of Fire) yang membuat seluruh wilayah Indonesia memang rawan bencana gempa alam, tsunami, dan banjir.
"Semoga kita semakin maju dan handal dalam memperkuat kemampuan nasional dalam menghadapi kebencanaan," ujar Ketua BNPB Doni Monardo.
Di acara itu, hadir sejumlah petinggi negara. Di antaranya adalah Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Riset Bambang Soemantri Brodjonegoro, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Sementara Megawati didampingi sejumlah pengurus PDIP. Antara lain Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Tri Rismaharini dan Ribka Tjiptaning.
Anugerah itu diserahkan langsung oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam upacara yang dilaksanakan di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019) sore.
Menurut Dwikorita, BMKG saat ini akan segera mampu memberi peringatan dini tsunami paling lama 2 menit atau 120 detik setelah gempa terjadi. Namun, pada 2004 lalu saat bencana tsunami di Aceh dan Nias terjadi, kemampuan BMKG adalah dua jam alias 7.200 detik.
Semua lompatan kemampuan itu, kata Dwikorita, tak mungkin terjadi bila bukan karena peran Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI kelima. Dwikorita pun lalu bercerita soal Indonesia menghadapi banjir yang menewaskan 22 orang di Jakarta pada 2002 lalu.
Saat itu, kenang Dwikorita, curahan hujan sangat tinggi sementara kapasitas BMKG yang masih berada di bawah Departemen Perhubungan sangat terbatas. Megawati disebutnya mampu melihat ke depan.
Dengan berbasis pengamatan atas fenomena perubahan iklim akibat kerusakan lingkungan sekaligus aktivitas kegempaaan, Megawati bervisi bahwa BMKG wajib berperan vital. Yakni untuk bisa memprediksi bencana dan memberi peringatan dini yang akurat kepada masyarakat.
"Di sinilah Ibu Megawati menunjukkan betapa nilai-nilai kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi pertimbangan utama dalam membuat keputusan," ujar Dwikorita dalam sambutannya.
Maka Megawati membuat Keputusan Presiden Nomor 46 dan Nomor 48 Tahun 2002. BMKG lalu diubah menjadi lembaga pemerintahan nondepartemen yang artinya langsung di bawah presiden.
"Keputusan Ibu Megawati mengeluarkan Keppres ini jadi tonggak penting BMKG menjadi seperti saat ini. Peran BMKG jadi lebih berdaya mendukung pembangunan nasional dengan layanan informasi," jelas Dwikorita.
Saat ini, BMKG memasuki modernisasi tahap II seperti dirancang sejak awal oleh Pemerintahan era Megawati itu. Tujuannya demi meningkatkan kehandalan layanan meteorologi dan geofisika untuk masyarakat.
Dengan pemberian anugerah ini, kata Dwikorita, pihaknya ingin menyebarluaskan magnet citra kepeloporan berlandaskan nilai kemanusiaan yang dipancarkan oleh Megawati.
"Semoga aura kepeloporan dan spirit yang Ibu Megawati pancarkan dapat menginspirasi dan memotivasi kita semua," ungkap Dwikorita.
Selain Dwikorita, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) Bagus Paruhito dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo juga sama-sama menekankan arti penting perhatian Megawati yang sejak awal ingin membawa Indonesia mampu menghadapi berbagai ancaman bencana yang ada.
Sebab Indonesia memang berada di area cincin api Pasifik (Pacific Ring of Fire) yang membuat seluruh wilayah Indonesia memang rawan bencana gempa alam, tsunami, dan banjir.
"Semoga kita semakin maju dan handal dalam memperkuat kemampuan nasional dalam menghadapi kebencanaan," ujar Ketua BNPB Doni Monardo.
Di acara itu, hadir sejumlah petinggi negara. Di antaranya adalah Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Riset Bambang Soemantri Brodjonegoro, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Sementara Megawati didampingi sejumlah pengurus PDIP. Antara lain Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Tri Rismaharini dan Ribka Tjiptaning.
(kri)