PSSI dan Ujian Iwan Bule
A
A
A
Masyarakat pencinta sepakbola Tanah Air menitipkan banyak harapan pada Mochamad Iriawan yang resmi menjabat Ketua Umum PSSI periode 2019-2023. Mantan Kapolda Metro Jaya ini diharapkan mampu membawa perubahan besar pada persepakbolaan Tanah Air yang hingga kini tak putus dirundung masalah.
Persoalan persepakbolaan nasional tak hanya soal Timnas Indonesia yang minim prestasi, namun banyak hal lain yang menyangkut pengelolaan organisasi, di antaranya jadwal kompetisi yang sering berubah-ubah, skandal pengaturan skor, hingga kekerasan suporter.
Iriawan terpilih melalui Kongres Luar Biasa (KLB) Pemilihan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (2/11/2019). Jenderal purnawirawa polisi bintang tiga yang akrab disapa Iwan Bule ini unggul mutlak atas dua calon ketua umum lainnya, Rahim Soekasah dan Arif Putra Wicaksono. Iwan Bule meraih 82 suara dari total 85 voters .
Iwan akan dibantu dua wakil ketua umum dan 12 komite ekskutif (exco). Melihat besar dan solidnya dukungan pemilik suara terhadapnya, seharusnya itu akan memudahkan Iwan Bule dalam menjalankan roda organisasi serta mewujudkan program serta visi misi yang disampaikannya saat kampanye.
Dalam kampanyenya, Iwan Bule sempat menargetkan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Ini lebih cepat yang ditargetkan PSSI sebelumnya, yakni lolos Piala Dunia pada 2034. Namanya saja kampanye, wajar jika target ambisius seperti itu diusung sebagai jualan.
Namun, fokus utama saat ini seharusnya bukan pada target untuk lolos Piala Dunia tujuh tahun mendatang mengingat untuk lolos Piala Asia saja Timnas masih sangat kesulitan.
Sebelum berbicara target ambisius, pertama-tama yang paling dituntut dari seorang ketua umum PSSI adalah keikhlasan dan ketulusannya untuk bekerja membangun sepakbola nasional. Ini penting karena sudah menjadi rahasia umum jabatan ketua umum PSSI sering diburu orang karena posisinya yang strategis.
Disinyalir selama ini posisi sebagai ketua umum PSSI diincar tak lebih hanya sebagai batu loncatan untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan politik. Akankah Iwan Bule nantinya benar-benar fokus mewakafkan diri untuk memajukan sepakbola dan tidak tergoda dengan politik, misalnya menjadi calon di pilkada? Waktu jua yang akan menjawab,
Masalah utama mengapa Timnas Indonesia sejauh ini masih terus kemarau prestasi adalah pembinaan yang tidak optimal. Padahal, timnas yang kuat hanya bisa dibentuk melalui pembinaan usia muda dengan skema yang tepat dan berjenjang.
Pembinaan sejak usia dini ini harus bisa dijalankan dengan konsisten dan sabar. Maka sudah tepat ketika Iwan Bule dalam visi misinya mengusung program modernisasi pembinaan dan digitalisasi pengelolaan sepakbola. Tinggal bagaimana ia dan jajarannya nanti konsisten dalam implementasinya.
Pemain-pemain muda yang lahir dari pembinaan berjenjang selanjutnya membutuhkan kompetisi yang sehat, dalam artian memiliki sistem dan pola yang kontinyu alias tidak mudah berubah-ubah. Tantangan Iwan Bule berikutnya adalah menciptakan kompetisi yang profesional, bukan yang tambal sulam.
Kita menunggu kinerja Iwan Bule dalam menakhodai PSSI. Perlu memberi kesempatan untuk membuktikan apa yang telah dijanjikannya. Di tangannya kita mengharapkan PSSI menjadi organisasi yang transparan.
Selain pembinaan usia muda, diharapkan ia juga membangun infrastruktur sepakbola. Salah satu tantangan berat yang langsung dihadapinya adalah menyelenggarakan Piala Dunia U-20 pada 2021 di mana Indonesia ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah. Melalui ajang ini kita berharap tidak hanya sukses sebagai tuan rumah melainkan juga mampu mengukir prestasi membanggakan.
Persoalan persepakbolaan nasional tak hanya soal Timnas Indonesia yang minim prestasi, namun banyak hal lain yang menyangkut pengelolaan organisasi, di antaranya jadwal kompetisi yang sering berubah-ubah, skandal pengaturan skor, hingga kekerasan suporter.
Iriawan terpilih melalui Kongres Luar Biasa (KLB) Pemilihan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (2/11/2019). Jenderal purnawirawa polisi bintang tiga yang akrab disapa Iwan Bule ini unggul mutlak atas dua calon ketua umum lainnya, Rahim Soekasah dan Arif Putra Wicaksono. Iwan Bule meraih 82 suara dari total 85 voters .
Iwan akan dibantu dua wakil ketua umum dan 12 komite ekskutif (exco). Melihat besar dan solidnya dukungan pemilik suara terhadapnya, seharusnya itu akan memudahkan Iwan Bule dalam menjalankan roda organisasi serta mewujudkan program serta visi misi yang disampaikannya saat kampanye.
Dalam kampanyenya, Iwan Bule sempat menargetkan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Ini lebih cepat yang ditargetkan PSSI sebelumnya, yakni lolos Piala Dunia pada 2034. Namanya saja kampanye, wajar jika target ambisius seperti itu diusung sebagai jualan.
Namun, fokus utama saat ini seharusnya bukan pada target untuk lolos Piala Dunia tujuh tahun mendatang mengingat untuk lolos Piala Asia saja Timnas masih sangat kesulitan.
Sebelum berbicara target ambisius, pertama-tama yang paling dituntut dari seorang ketua umum PSSI adalah keikhlasan dan ketulusannya untuk bekerja membangun sepakbola nasional. Ini penting karena sudah menjadi rahasia umum jabatan ketua umum PSSI sering diburu orang karena posisinya yang strategis.
Disinyalir selama ini posisi sebagai ketua umum PSSI diincar tak lebih hanya sebagai batu loncatan untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan politik. Akankah Iwan Bule nantinya benar-benar fokus mewakafkan diri untuk memajukan sepakbola dan tidak tergoda dengan politik, misalnya menjadi calon di pilkada? Waktu jua yang akan menjawab,
Masalah utama mengapa Timnas Indonesia sejauh ini masih terus kemarau prestasi adalah pembinaan yang tidak optimal. Padahal, timnas yang kuat hanya bisa dibentuk melalui pembinaan usia muda dengan skema yang tepat dan berjenjang.
Pembinaan sejak usia dini ini harus bisa dijalankan dengan konsisten dan sabar. Maka sudah tepat ketika Iwan Bule dalam visi misinya mengusung program modernisasi pembinaan dan digitalisasi pengelolaan sepakbola. Tinggal bagaimana ia dan jajarannya nanti konsisten dalam implementasinya.
Pemain-pemain muda yang lahir dari pembinaan berjenjang selanjutnya membutuhkan kompetisi yang sehat, dalam artian memiliki sistem dan pola yang kontinyu alias tidak mudah berubah-ubah. Tantangan Iwan Bule berikutnya adalah menciptakan kompetisi yang profesional, bukan yang tambal sulam.
Kita menunggu kinerja Iwan Bule dalam menakhodai PSSI. Perlu memberi kesempatan untuk membuktikan apa yang telah dijanjikannya. Di tangannya kita mengharapkan PSSI menjadi organisasi yang transparan.
Selain pembinaan usia muda, diharapkan ia juga membangun infrastruktur sepakbola. Salah satu tantangan berat yang langsung dihadapinya adalah menyelenggarakan Piala Dunia U-20 pada 2021 di mana Indonesia ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah. Melalui ajang ini kita berharap tidak hanya sukses sebagai tuan rumah melainkan juga mampu mengukir prestasi membanggakan.
(nag)