Tikaman Mengerikan Radikalisme

Sabtu, 26 Oktober 2019 - 08:15 WIB
Tikaman Mengerikan Radikalisme
Tikaman Mengerikan Radikalisme
A A A
Faisal Ismail
Guru Besar Pascasarjana FIAI
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

Kamis, 10 Oktober 2019 merupakan hari sangat kelam bagi mantan Menko Polhukam Wiranto. Secara mendadak sontak, ia ditusuk oleh seorang pria kelahiran Medan yang kemudian diketahui bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara, 31. Akibat terkena tikaman di perut bagian bawah, Wiranto terjatuh. Ajudan Wiranto dan tokoh masyarakat Fuad Syauki juga terluka terkena tusukan senjata tajam. Sementara itu istri Abu Rara, Fitriani Andriana, 20, kelahiran Brebes, dengan juga ikut beraksi dan menusuk punggung Kapolsek Menes Kompol Dariyanto. Peristiwa penusukan ini terjadi di alun-alun Menes, Pandeglang, setelah Wiranto selesai menghadiri acara di Universitas Mathlaul Anwar.

Kedua pelaku penusukan, Syahril Alamsyah dan Fitri Andriana, adalah pasangan suami-istri yang diduga telah terpapar ideologi kelompok radikalis-teroris Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS). Kedua pelaku sudah ditangkap dan diamankan sesaat setelah kejadian. Kita serahkan dan percayakan sepenuhnya kepada petugas kepolisian untuk segera mengungkap kepada publik motif penyerangan itu agar publik mengetahui motif yang sebenarnya.

Sebagaimana telah disebutkan, kedua pelaku penusukan itu diduga telah terpapar radikalisme ISIS pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi. Apakah sebenarnya radikalisme itu? Menurut The Random House Dictionary of the English Language (halaman 1592), radikalisme adalah (1) the holding or following of radical or extreme views or principles ; (2) the principles or practices of radicals . Artinya (1) memegangi dan mengikuti pandangan atau prinsip yang bersifat radikal dan ekstrem; (2) prinsip atau praktik yang dipegangi dan dilakukan oleh kaum radikal.

Secara mudah dan kasatmata, radikalisme dapat dilihat dari pola kepenganutan seseorang (sekelompok orang) dalam pandangan dan paham keagamaan. Di kalangan komunitas agama tertentu, pandangan radikal dan garis keras ini memakai label agama yang mereka tafsirkan sesuai kepentingan paham radikal dan garis keras gerakan mereka. Dengan demikian, radikalisme dan ekstremisme (serta terorisme) sebagai paham dan ideologi saling bertautan dan berkorelasi satu sama lain. Bagi kaum radikalis, ekstremis, dan teroris, orang-orang lain (kelompok-kelompok lain) yang tidak sepaham dan tidak seideologi dengan mereka dianggap thaghut yang harus disingkirkan dan disikat. ISIS dan gerakan-gerakan turunannya dapat disebut sebagai kelompok pengusung radikalisme, ektremisme, dan terorisme. Mereka mengusung ide untuk mendirikan negara khilafah, yakni suatu sistem kenegaraan yang tidak mengenal nasionalisme, demokrasi, negara bangsa (nation state ).

Korelasi Radikalisme, Ektremisme, dan Terorisme

Beberapa waktu lalu, diberitakan secara luas di media massa bahwa ISIS secara sadis memenggal kepala beberapa jurnalis (termasuk jurnalis Amerika Serikat), menawan 229 anak, melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak sealiran, menebar teror, menyebar kebencian dan permusuhan, serta melakukan pembantaian yang mengerikan di Irak dan Suriah terhadap kelompok (termasuk anak-anak, kaum wanita, dan orang-orang lanjut usia) yang tidak seideologi dengan mereka. Kutukan dari masyarakat internasional terhadap kekejaman ISIS datang dari berbagai belahan dunia. AS dan sekutu Baratnya (seperti Inggris, Prancis, dan Jerman) serta negara-negara Arab-muslim saling bekerja sama melakukan tindakan dan ‘serangan’ terhadap basis kekuatan ISIS. Komunitas Kurdi di Irak juga angkat senjata melawan kekejaman ISIS. Kota Kobani yang semula jatuh ke tangan ISIS, kini telah direbut kembali oleh para pejuang Kurdi dari tangan ISIS. Serangan militer AS dan sekutu Baratnya dan negara-negara Arab-muslim sudah memperlihatkan hasilnya yang menyebabkan kekuatan ISIS mulai melemah.

Di Indonesia, gerakan teror ISIS pernah terjadi. Pada tanggal 14 Januari 2016, kelompok teroris melancarkan aksinya dengan melakukan peledakan bom di depan Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Peledakan bom ini dilakukan oleh tujuh orang teroris. Dalam peledakan bom ini, delapan orang tewas (empat pelaku teror itu sendiri dan empat orang lainnya adalah warga sipil). Ledakan bom Thamrin ini juga melukai 24 orang yang sedang berada di lokasi kejadian ketika bom itu diledakkan oleh teroris. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa peledakan bom di Plaza Sarinah itu. Peristiwa terakhir adalah kasus penyerangan dan penusukan terhadap Wiranto pada Kamis, 10 Oktober 2019.

Terorisme sama sekali tidak bersumber dan tidak berakar dari ajaran agama (Islam). Tidak ada satu ayat pun dalam Alquran yang mengajarkan dan menyuruh pemeluknya untuk menjadi radikalis-teroris dan membunuh orang lain tanpa hak. Juga, tidak ada satu hadis pun dari Nabi Muhammad yang mengajarkan dan menyerukan kepada pengikutnya untuk menjadi radikalis-teroris. Radikalisme dan terorisme sama sekali tidak ada kaitan dengan agama (apa pun nama agama itu) karena agama yang dipercayai dan diyakini dari Tuhan itu sudah pasti mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kerukunan, toleransi, tolong menolong, cinta, dan kasih sayang.

Kelompok radikalis-teroris hanya menggunakan dan mengatasnamakan agama dalam menjustifikasi tindakan dan aksi teror mereka. Kelompok radikalis-teroris menjustifikasi dan menyucikan tindakan dan aksi teror mereka atas nama agama. Pesan, ajaran, visi dan misi suci agama telah disalahpahami, didistorsi, dan disalahgunakan oleh kelompok radikalis-teroris demi membenarkan tindakan dan aksi teror mereka. Upaya-upaya deradikalisasi harus selalu dilakukan dengan cara mendidik dan menanamkan pengertian terutama kepada generasi muda bahwa setiap tindakan teror adalah bertentangan dengan nilai-nilai suci agama mana pun. Semua elemen masyarakat bermoral harus selalu berkoordinasi dan berkooperasi untuk terus melawan paham ini. Radikalisme, ekstremisme, dan terorisme adalah musuh bersama karena itu harus dicegah, ditangkal, dilawan, dan diberantas.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7098 seconds (0.1#10.140)