Politikus Gerindra Bawa Bukti Lanjutan Dugaan Predatory Pricing

Senin, 09 September 2019 - 14:14 WIB
Politikus Gerindra Bawa...
Politikus Gerindra Bawa Bukti Lanjutan Dugaan Predatory Pricing
A A A
JAKARTA - Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Andre Rosiade bersama FSP ISI (Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia), kembali mendatangi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dalam rangka menyerahkan bukti lanjutan.

Bukti lanjutan yang dikumpulkan berupa bukti penjualan semen Conch asal Tongkok di pasar ritel yang harganya jauh di bawah harga pokok produksi dan struktur harga produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi semen yang kita gunakan sehari-hari.

(Baca juga: Buktikan Predatory Pricing, Politikus Gerindra Sambangi KPPU)

Andre mengatakan, hal yang terpenting dalam membuktikan ada tidaknya pelanggaran pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 1999 terkait jual rugi atau predatory pricing adalah dengan menyelidiki struktur biaya perusahaan.

"Industri semen adalah industri yang kompetitif, harga bahan baku antar pabrik relative sama. Maka aneh bila harga jual Semen Tiongkok ini lebih rendah dari Harga Pokok Produksi. Untuk itu kami sangat yakin bahwa dapat diduga terjadi praktik jual rugi yang dilakukan oleh semen Tiongkok ini," kata Andre di Kantor KPPU, Jakarta, Senin (9/9/2019).

Anggota DPR terpilih periode 2019-2024 ini menjelaskan, berdasarkan simulasi yang dibuat oleh serikat pekerja, harga yang ditawarkan oleh semen Tiongkok jauh lebih rendah dari harga modalnya.

"Harga modal per sak semen (50 Kg) Rp53.000, namun semen Tiongkok menjualnya diharga Rp45.000. Data yang kami gunakan adalah data riil pasar," jelasnya.

Praktik jual rugi yang dilakukan oleh semen Tiongkok ini, kata Andre, memang seolah-olah menguntungkan konsumen dijangka pendek karena murahnya harga semen. Namun lanjut dia, perhatikan jangka panjangnya sebagai contoh kasus matinya Semen Tarjun Indocement di Kalimantan Selatan.

"Semen Tarjun Indocement dulu menjual semennya diharga Rp53.000,- sedangkan harga Semen Tiongkok saat itu di Kalimantan dijual harga Rp50.000,- tapi begitu Tarjun di Kalimantan Selatan pabriknya mati harga semen Tiongkok dikerek diangka Rp65.000,-," paparnya.

"Inilah yang kita takutkan bila nanti semen lokal kita mati, mereka bisa naikkan harga seenaknya. Kedaulatan kita terancam. Presiden harus perhatikan ini. Kami berharap KPPU dapat segera menindaklanjuti bukti-bukti ini, Industri strategis kita dalam bahaya," imbuh Andre.

Anehnya Andre menyebutkan, di tengah laporan yang dilakukan ke KPPU olehnya, dalam dua minggu ini harga Semen Tiongkok di pasar ritel mengalami kenaikan sekitar 7-10%.

"Tapi begitu kami mencoba untuk beli dalam jumlah lebih banyak ternyata harga penawaran bisa jauh lebih murah dari harga yang diumumkan padahal harga bahan baku seperti batubara dan transportasi sama sekali tidak mengalami kenaikan," tandasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0816 seconds (0.1#10.140)