Gaya Hidup dan Ancaman Diabetes

Kamis, 29 Agustus 2019 - 09:05 WIB
Gaya Hidup dan Ancaman...
Gaya Hidup dan Ancaman Diabetes
A A A
GAYA Hidup Picu Diabetes. Topik ini menjadi judul laporan utama KORAN SINDO edisi Rabu (28/8). Topik ini dipilih untuk memotret kenyataan yang kian mengkhawatirkan mengenai penyakit yang jumlah penderitanya terus meningkat setiap tahun ini.

Penyakit yang juga disebut kencing manis ini memang wajib diwaspadai, terutama oleh masyarakat perkotaan karena kini menjadi penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah stroke dan jantung.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut masyarakat dunia yang menderita diabetes diperkirakan sudah mencapai 422 juta jiwa. Angka ini empat kali lebih banyak dari 30 tahun lalu.

Indonesia menduduki peringkat keenam dunia dengan jumlah diabetes terbesar, yakni 10,3 juta jiwa. Bahkan, penderita diperkirakan akan mencapai 30 juta orang pada 2030.

Khusus di Jakarta, data dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Tahun 2018 menunjukkan, prevalensi diabetes meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa penduduk.

Artinya, sekitar 250.000 penduduk di DKI Jakarta menderita diabetes. Jumlah ini belum menggambarkan fakta sesungguhnya karena sebagian warga tidak sadar menderita sebab belum memeriksakan diri. Dari 10,5 juta penduduk Ibu Kota, baru sekitar 5,3% atau 566.000 yang sudah melakukan pengecekan diabetes.

Selain kesadaran memeriksakan diri yang rendah, pelayanan kesehatan yang belum memadai juga diduga memberi pengaruh pada tingginya prevalensi diabetes. Saat ini pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas belum cukup untuk mengobati diabetes.

Melihat tren jumlah penderita yang meningkat, maka dibutuhkan kepedulian yang tinggi untuk dapat mengendalikan penyakit ini. Apalagi, diabetes tidak hanya persoalan kesehatan.

Penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah tinggi ini juga menimbulkan beban ekonomi yang besar. Sebagai gambaran kita bisa melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) untuk menangani penyakit ini, terutama jika terjadi komplikasi yang memicu penyakit lain seperti liver, jantung, dan ginjal.

Tahun lalu, menurut Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Primer BPJS Kesehatan Dwi Martiningsih, negara mengeluarkan dana hingga Rp15,4 triliun untuk penyakit kronis. Tertinggi diabetes yakni mencapai Rp6,1 triliun. Angka ini diperkirakan akan terus membengkak seiring dengan peningkatan prevalensi diabetes sebagaimana terjadi di Jakarta.

Untuk itu, gaya hidup sehat adalah jawaban untuk bisa terhindar dari penyakit ini. Selain menghentikan kebiasaan merokok, berolahraga secara teratur adalah salah satu solusi untuk menjauhkan diri dari diabetes.

Mengapa olahraga? Sebab, aktivitas olah fisik ini yang dapat membantu tubuh kita melawan lemak, meningkatkan massa otot, meningkatkan keseimbangan, mengurangi stres, termasuk mengurangi kebutuhan tubuh kita akan insulin.

Namun, karena alasan kesibukan masyarakat kota dalam beraktivitas, tidak sedikit yang kemudian merasa malas ketika diminta oleh dokter berolahraga sebagai solusi untuk tetap sehat.

Anggapannya adalah olahraga butuh waktu dan persiapan khusus, sedangkan rutinitas sehari-hari sudah menggerus waktu, terutama mereka yang bekerja kantoran. Anggapan keliru ini mesti diubah.

Sehat adalah pilihan yang dimulai dengan memunculkan kesadaran pada diri sendiri. Banyak pilihan olahraga yang bisa dilakukan selain berolahraga berat seperti berlari, berenang, bersepeda, atau senam.

Berjalan kaki selama 30 menit setiap hari juga sangat baik untuk membakar lemak tubuh. Bahkan, menaiki anak tangga untuk menuju lantai tempat kerja juga termasuk aktivitas fisik yang dianjurkan.

Kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya kini memiliki trotoar atau jalur pedestrian yang luas dan lebar. Selain itu, taman kota yang hijau yang dilengkapi fasilitas olahraga juga bisa ditemukan di banyak titik.

Fasilitas publik yang nyaman seperti ini seharusnya menjadi stimulus bagi warga kota untuk gemar melatih fisik demi terbebas dari berbagai penyakit, terutama diabetes. Terhindar dari penyakit akibat gaya hidup yang salah sangat penting.

Selain meminimalkan risiko kematian, terbebas dari diabetes juga akan meningkatkan kualitas hidup sehingga manusia menjadi lebih produktif.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0962 seconds (0.1#10.140)