Dari Korsel Megawati Blak-blakan soal Pemindahan Ibu Kota ke Kaltim

Rabu, 28 Agustus 2019 - 06:52 WIB
Dari Korsel Megawati...
Dari Korsel Megawati Blak-blakan soal Pemindahan Ibu Kota ke Kaltim
A A A
KOREA SELATAN - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri menyatakan mendukung penuh keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke daerah Penajem Paser Utara dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Dukungan tersebut diberikan semata-mata agar perencanaan pembangunan memerhatikan sebuah visi jangka panjang.

"Kalau saya itu, pemerintah tentunya kalau sudah memutuskan sesuatu, harusnya dengan alasan yang baik. Makanya, sebagai ketua umum dari sebuah partai yang sekarang menjadi pemenang (pemilu), saya hanya mengusulkan dan menyarankan, tolong dilihat dengan baik dan untuk waktu jangka panjang," ujar Megawati menjawab pertanyaan media di sela-sela kunjungannya ke Korea Selatan, Selasa (27/8/2019).

Megawati menilai, ketika bicara ibu kota maka akan dihadapkan dengan yang namanya fungsi dan tempat. Kemudian harus jangka panjang bicara kehendak dan kemauan dari rencana pemindahan tersebut.

Secara prinsip, Megawati ingin ibu kota baru tidak lagi diberi beban seperti Jakarta. Dimana semuanya campur aduk menjadi satu sehingga cenderung semrawut antara kota pemerintahan, kota bisnis, kota manufaktur, dan lain-lain. (Baca juga: Prabowo Dukung Pemindahan Ibu Kota Dengan 4 Catatan)

Presiden RI Kelima itu menyebutkan, dulu disebut Jakarta sebenarnya hanyalah wilayah Menteng, Jakarta Pusat. Mereka yang tinggal di situ dikenal sebagai Anmen alias Anak Menteng. Tidak ada Jakarta yang namanya Kebayoran, Tebet, dan wilayah lainnya.

Karena hidup di wilayah itu dan berada di sekitar Istana Kepresidenan dari sejak kecil, Megawati mengaku melihat perkembangan Jakarta dilakukan tanpa sebuah tata kota yang baik. Ke depan, ibu kota baru tak boleh mengulangi pengalaman Jakarta itu.

"Artinya tata ruangnya ditentukan dengan baik, untuk jangka panjang. Jadi harus komit ya. Kalau sejak awal ditentukan untuk ruang terbuka, ya untuk ruang terbuka, enggak boleh berubah. Kalau untuk pertanian ya pertanian," ucap Megawati. (Baca juga: Menteri PUPR: Ibu Kota Baru Ikon Kota Cerdas dan Modern)

Megawati ingin Indonesia mencontoh ibu kota Australia, Canberra yang relatif sepi karena memang fungsinya hanya untuk daerah pemerintahan. Demikian juga Ibu Kota Amerika Serikat, Washington DC. "Ya memang begitu. Kalau mau ramai-ramai, sebetulnya dekat saja tinggal pergi, misalnya ke New York," bebernya.

Dengan kondisi yang demikian, lanjut Megawati, maka rencana pemindahan ibu kota harus dengan pemikiran yang matang. Megawati pun menegaskan bawah Kaltim merupakan daerah penghasil tambang dan mineral, sehingga perlu dipikirkan konsekuensi logisnya.

"Konsekuensi logisnya bagaimana, ini juga kan harus dibuat peraturan-peraturan yang mengikat. Sehingga tidak terganggu di masa yang akan datang. Ya ibu kota is ibu kota," kata perempuan yang akrab disapa Bu Mega ini. (Baca juga: 300 Ribu Hektare Disiapkan untuk Ibu Kota Baru)

Maksud Bu Mega, kalau memang untuk ibu kota pemerintahan jangan didorong untuk ekonomi?" tanya wartawan. "Iya. Nanti sama saja dengan Jakarta. Saya lihat dulu ada kehendak Jakarta jadi kota megapoltan. Pertanyaan saya, megapolitan itu opo toh? Kan begitu. Kan mesti ada kriteria, sangat menentukan dengan nama yang diinginkan," jawab Megawati.

Megawati mengharapkan ada blueprint pengembangan bukan hanya wilayah Kaltim yang hendak dijadikan ibu kota. Namun juga wilayah lainnya di Pulau Kalimantan yang kerap juga disebut sebagai Borneo itu.

Soal pengadaan air, Megawati berharap benar-benar diperhatikan. Sebab, dulu Kalimantan adalah wilayah sawah tadah hujan. "Itu air darimana?" kata Megawati. (Baca juga: Ridwan Kamil Nilai Desain Ibu Kota Baru Banyak Kekurangan)

Selain itu, Mega juga mengingatkan semua pihak agar rencana pemindahan ibu kota dilakukan dengan tidak sembarangan. Artinya, hal seperti analisa mengenai dampak dan lingkungan (amdal) harus benar-benar dilakukan. Misalnya, saat ada rencana reklamasi air laut, tak pernah didalami biota laut apa saja di dalam wilayah air yang hendak ditimbun. Akhirnya manggrove rusak yang pada ujungnya mematikan biota laut.

"Artinya, buat apa membangun kalau merusak lingkungan?" tanya wartawan lagi."Iya. Katanya kita go green, mau konsekuen atau tidak? Kan itu saja. Masa kita mau bangun high rise building (di Kaltim)? Belum lagi connect dengan masalah ring of fire kita. Jadi itu harus melihat dengan baik melalui BMKG. Saya mengerti Kalimantan itu salah satu pulau yang tua, sehingga tidak ada gunung. Tapi kan sulitnya tanahnya gambut. Begitulah kurang lebih hitung menghitungnya," pungkas Megawati.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7056 seconds (0.1#10.140)