Ciptakan Inovasi, Indonesia Harus Siapkan SDM Unggul Sejak Dini
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR, pada Jumat 16 Agustus 2019, memiliki poin penting tentang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul untuk Inovasi.
Dalam pidatonya ini, Jokowi menegaskan, pentingnya meningkatkan SDM yang ada di Indonesia. Dengan SDM yang berkualitas diharapkan mampu menciptakan inovasi baru untuk bersiap menghadapi ekonomi global.
Presiden Jokowi menjelaskan, tidak hanya membutuhkan SDM yang unggul, namun juga berhati mulia, berdedikasi, dan berideologi Pancasila. Lebih lanjut Jokowi menegaskan, dengan adanya SDM yang memadai, ke depannya Indonesia dapat keluar dari kutukan sumber daya alam.
Jokowi mencontohkan di masa pemerintahannya, Indonesia mampu mendorong penggunaan energi alternatif melalui program B20, dan akan bergerak menuju B30. Dalam hal ini Jokowi juga merasa optimistis Indonesia dapat mencapai program B100 di tahun yang akan datang.
Selain itu, Jokowi juga sudah memulai pengembangan mobil listrik. Tidak hanya mengacu pada pengembangan mobil listrik namun presiden juga berencana membangun industri mobil listrik.
Sehubungan dengan pidato Presiden Jokowi tersebut, Samsul B Ibrahim, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Teman Jokowi dalam bincang santai tentang Refleksi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 yang ke 74 tahun di Jakarta pada 17 Agustus 2019.
"Untuk Optimistis Indonesia Maju, sudah saatnya negeri ini memiliki SDM unggul dan berinovasi yang mampu bersaing secara global," kata Samsul, Selasa (10/8/2019).
Pria asal Aceh ini lalu mengutip penjelasan dari Rokhmin Dahuri yang menjadi pembicara pada Tasyakuran HUT ke-74 RI di Rumah Akuakultur Terpadu Al-Balad, Depok, pada Jumat, 16 Agustus 2019.
Lebih rinci Samsul mengulas paparan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 itu yang mengangkat tema 'Pembangunan Agro-Maritim Berbasis Industri 4.0 dan IMTAQ Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan, Meningkatkan Daya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Secara Berkelanjutan'.
Samsul menilai, paparan Prof Rokhmin menjadi signifikan dengan poin pidato kenegaraan Presiden Jokowi. Menurut Samsul, senada dengan paparan Rokhmin bahwa kondisi sosial ekonomi yang ada di Indonesia memiliki banyak masalah dalam hal pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan sosial, disparitas pembangunan antar wilayah, penderita gizi buruk, daya saing dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah dan kerusakan lingkungan.
Samsul mengutip penjelasan Rokhmin, Indonesia belum maju dan sejahtera sampai saat ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi masih rendah di bawah tujuh persen per tahun, tenaga kerja kurang berkualitas, kurang inklusif dan unsustainable.
"Seperti kata Pak Rokhmin, sektor primer seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pertambangan sebagian besar dikerjakan secara tradisional," papar Samsul.
Sementara Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan SDM berkualitas harus dipersiapkan sejak dini.
Dia pun menjelaskan, salah satu proses penting untuk menghasilkan SDM unggul adalah memastikan setiap bayi yang lahir adalah dari seorang ibu yang sehat secara fisik, mental, dan sosial.
"Harapannya, bayi tersebut terbebas dari stunting dan ketika tumbuh, mereka terpenuhi hak-haknya dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi," ungkapnya dalam Konferensi Pers terkait Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di kantornya, Jakarta.
Pasalnya jelas Pribudiarta, berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016, 1 dari 3 atau 33,33 % (prevalensi) atau sekitar 33,2 juta perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik/seksual dan 1 dari 10 perempuan di usia tersebut mengalami kekerasan di 12 bulan terakhir.
Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 mencatat 2 dari 3 anak-anak atau 66,67 % (prevalensi) anak-anak atau sekitar 53,06 juta anak-anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.
"Kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja cenderung tidak berdiri sendiri tetapi bersifat tumpang tindih di antara jenis kekerasan, mencakup kekerasan fisik, emosional, dan seksual," jelas Pribudiarta.
Dalam pidatonya ini, Jokowi menegaskan, pentingnya meningkatkan SDM yang ada di Indonesia. Dengan SDM yang berkualitas diharapkan mampu menciptakan inovasi baru untuk bersiap menghadapi ekonomi global.
Presiden Jokowi menjelaskan, tidak hanya membutuhkan SDM yang unggul, namun juga berhati mulia, berdedikasi, dan berideologi Pancasila. Lebih lanjut Jokowi menegaskan, dengan adanya SDM yang memadai, ke depannya Indonesia dapat keluar dari kutukan sumber daya alam.
Jokowi mencontohkan di masa pemerintahannya, Indonesia mampu mendorong penggunaan energi alternatif melalui program B20, dan akan bergerak menuju B30. Dalam hal ini Jokowi juga merasa optimistis Indonesia dapat mencapai program B100 di tahun yang akan datang.
Selain itu, Jokowi juga sudah memulai pengembangan mobil listrik. Tidak hanya mengacu pada pengembangan mobil listrik namun presiden juga berencana membangun industri mobil listrik.
Sehubungan dengan pidato Presiden Jokowi tersebut, Samsul B Ibrahim, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Teman Jokowi dalam bincang santai tentang Refleksi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 yang ke 74 tahun di Jakarta pada 17 Agustus 2019.
"Untuk Optimistis Indonesia Maju, sudah saatnya negeri ini memiliki SDM unggul dan berinovasi yang mampu bersaing secara global," kata Samsul, Selasa (10/8/2019).
Pria asal Aceh ini lalu mengutip penjelasan dari Rokhmin Dahuri yang menjadi pembicara pada Tasyakuran HUT ke-74 RI di Rumah Akuakultur Terpadu Al-Balad, Depok, pada Jumat, 16 Agustus 2019.
Lebih rinci Samsul mengulas paparan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 itu yang mengangkat tema 'Pembangunan Agro-Maritim Berbasis Industri 4.0 dan IMTAQ Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan, Meningkatkan Daya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Secara Berkelanjutan'.
Samsul menilai, paparan Prof Rokhmin menjadi signifikan dengan poin pidato kenegaraan Presiden Jokowi. Menurut Samsul, senada dengan paparan Rokhmin bahwa kondisi sosial ekonomi yang ada di Indonesia memiliki banyak masalah dalam hal pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan sosial, disparitas pembangunan antar wilayah, penderita gizi buruk, daya saing dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah dan kerusakan lingkungan.
Samsul mengutip penjelasan Rokhmin, Indonesia belum maju dan sejahtera sampai saat ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi masih rendah di bawah tujuh persen per tahun, tenaga kerja kurang berkualitas, kurang inklusif dan unsustainable.
"Seperti kata Pak Rokhmin, sektor primer seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pertambangan sebagian besar dikerjakan secara tradisional," papar Samsul.
Sementara Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan SDM berkualitas harus dipersiapkan sejak dini.
Dia pun menjelaskan, salah satu proses penting untuk menghasilkan SDM unggul adalah memastikan setiap bayi yang lahir adalah dari seorang ibu yang sehat secara fisik, mental, dan sosial.
"Harapannya, bayi tersebut terbebas dari stunting dan ketika tumbuh, mereka terpenuhi hak-haknya dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi," ungkapnya dalam Konferensi Pers terkait Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di kantornya, Jakarta.
Pasalnya jelas Pribudiarta, berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016, 1 dari 3 atau 33,33 % (prevalensi) atau sekitar 33,2 juta perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik/seksual dan 1 dari 10 perempuan di usia tersebut mengalami kekerasan di 12 bulan terakhir.
Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 mencatat 2 dari 3 anak-anak atau 66,67 % (prevalensi) anak-anak atau sekitar 53,06 juta anak-anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.
"Kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja cenderung tidak berdiri sendiri tetapi bersifat tumpang tindih di antara jenis kekerasan, mencakup kekerasan fisik, emosional, dan seksual," jelas Pribudiarta.
(maf)