Ajak Jaga Persatuan, OSO Kisahkan Dialog Soekarno-Presiden Yugoslavia
A
A
A
PEKANBARU - Penyebaran paham radikalisme dinilai sudah sangat meresahkan. Jika tidak diantisipasi sejak dini, bukan tidak mungkin paham ini akan merusak seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu target penyebaran paham radikalisme adalah para mahasiswa. Karena itu, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang (OSO) meminta agar kampus bergerak cepat menangkal penyebaran radikalisme.
"Sudah banyak contohnya negara yang hancur akibat ulah sekelompok atau segelintir orang ini," ungkap OSO saat memberikan kuliah umum di Universitas Riau (Unri) di Pekanbaru, Riau, Rabu (7/8/2019).
Menurut OSO, salah satu cara mengantipasi perpecahan yakni dengan berpegang teguh pada ideologi bangsa, Pancasila. OSO pun bercerita mengenai kesaktian Pancasila.
Dia mengungkapkan, Presiden pertama RI Soekarno pernah bertemu Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito. Saat itu, lanjutnya, Bung Karno bertanya kepada Broz Tito ketika meninggal nanti apa yang akan diwariskan kepada rakyatnya.
"Dijawab oleh Broz Tito bahwa dia sudah menyiapkan lahan dan pertahanan yang kuat sehingga rakyat akan aman," ungkap OSO.
Kemudian, Broz Tito kembali bertanya ke Bung Karno hal yang sama. "Dijawab oleh Bung Karno bahwa Indonesia tidak akan mati, sebab dia sudah wariskan sesuatu yang kuat, yakni Pancasila," ujarnya.
Benar saja, lanjutnya, sekarang terbukti. Negara Yugoslavia terbelah-belah dan rakyatnya hidup susah. Sedangkan Indonesia, meski terdiri atas berbagai macam suku, adat, budaya, dan agama sampai saat ini masih bersatu.
"Orang dari Aceh sampai Papua sampai sekarang hidup damai dan tenteram. Ini semua karena adanya Pancasila," tandasnya.
Dia menjelaskan, kekuatan Pancasila disusun oleh tokoh-tokoh lokal. Ada dari ulama, akademisi, tokoh politik, hingga kaum muda.
Salah satu target penyebaran paham radikalisme adalah para mahasiswa. Karena itu, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang (OSO) meminta agar kampus bergerak cepat menangkal penyebaran radikalisme.
"Sudah banyak contohnya negara yang hancur akibat ulah sekelompok atau segelintir orang ini," ungkap OSO saat memberikan kuliah umum di Universitas Riau (Unri) di Pekanbaru, Riau, Rabu (7/8/2019).
Menurut OSO, salah satu cara mengantipasi perpecahan yakni dengan berpegang teguh pada ideologi bangsa, Pancasila. OSO pun bercerita mengenai kesaktian Pancasila.
Dia mengungkapkan, Presiden pertama RI Soekarno pernah bertemu Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito. Saat itu, lanjutnya, Bung Karno bertanya kepada Broz Tito ketika meninggal nanti apa yang akan diwariskan kepada rakyatnya.
"Dijawab oleh Broz Tito bahwa dia sudah menyiapkan lahan dan pertahanan yang kuat sehingga rakyat akan aman," ungkap OSO.
Kemudian, Broz Tito kembali bertanya ke Bung Karno hal yang sama. "Dijawab oleh Bung Karno bahwa Indonesia tidak akan mati, sebab dia sudah wariskan sesuatu yang kuat, yakni Pancasila," ujarnya.
Benar saja, lanjutnya, sekarang terbukti. Negara Yugoslavia terbelah-belah dan rakyatnya hidup susah. Sedangkan Indonesia, meski terdiri atas berbagai macam suku, adat, budaya, dan agama sampai saat ini masih bersatu.
"Orang dari Aceh sampai Papua sampai sekarang hidup damai dan tenteram. Ini semua karena adanya Pancasila," tandasnya.
Dia menjelaskan, kekuatan Pancasila disusun oleh tokoh-tokoh lokal. Ada dari ulama, akademisi, tokoh politik, hingga kaum muda.
(dam)