Menebak Politik Simbol 3 Momentum Pertemuan Para Tokoh
A
A
A
JAKARTA - Pekan ini jagad perpolitikan Indonesia kembali ‘bergairah’. Sejumlah momentum diperlihatkan para politisi. Pertemuan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, berkumpulnya empat ketum parpol koalisi Jokowi-KH Ma’ruf Amin, dan pertemuan Surya Paloh-Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memunculkan banyak spekulasi.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago berpandangan, setiap peristiwa politik memiliki kecenderungan akan terhubung dengan manuver bagi-bagi kekuasaan (power sharing). Ada parpol koalisi yang mengklaim merasa tidak terusik dengan manuver Prabowo. Namun ada juga parpol yang merasa terusik karena 'kapling' jatah menteri dan paket parlemen mereka bisa terganggu.
"Tapi apakah betul Prabowo bertemu dengan Jokowi dan Megawati tanpa ada deal politik atau tidak sama sekali membahas kue kekuasaan?" kata Pangi saat dihubungi SINDOnews, Jumat (26/7/2019). "Karena Gerindra mengatakan Pak Prabowo dan Gerindra nggak haus jabatan, apalagi kursi menteri. Hanya bekerja sama untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, rekonsiliasi tidak harus kursi menteri."
Pangi melihat posisi Gerindra saat ini sentral untuk memimpin barisan oposisi. Terlebih, Gerindra merupakan partai utama di barisan pendukung Prabowo-Sandiaga S Uno. Sehingga diharapkan, Gerindra tetap memimpin barisan oposisi untuk penyeimbang demokrasi. (Baca juga: Sekelumit Cerita di Balik Pertemuan Megawati dan Prabowo )
Selain Gerindra, Pangi melihat Partai NasDem juga menarik dicermati karena tengah memainkan manuver politiknya. Dalih perayaan ulang tahun Ketua Umumnya, Surya Paloh, NasDem justru memimpin pertemuan dan buat panggung dengan koalisi pendukung Jokowi, minus PDI Perjuangan. (Baca juga: Pertemuan Empat Petinggi Parpol Isyaratkan Ada Koalisi dalam Koalisi )
Menurut Pangi, langkah Surya Paloh dan tiga ketum lainnya memunculkan pertanyaan publik apakah langkah yang mereka perlihatkan simbol bentuk penolakan partai Gerindra bergabung ke koalisi Jokowi. Apalagi panggung berikutnya, saat Megawati bertemu Prabowo, secara bersamaan Surya Paloh bertemu Anies Baswedan. (Baca juga: Bertemu Surya Paloh, Anies: Kita Berdiskusi Perkembangan Jakarta )
"Boleh jadi sinyal peringatan dini pada Prabowo bahwa NasDem atau Surya Paloh juga bisa bermanuver menganggu Anies. Orang yang selama ini menjadi kader binaan Prabowo ditarik ke NasDem," ungkapnya.
Pangi menganggap, boleh jadi pembicaraan deal politik dan koalisi sudah selesai sebelum silaturahim ‘nasi goreng’ Mega-Prabowo. "Boleh jadi juga Surya Paloh memunculkan simbol menolak sinyal masuknya Gerindra. Sebetulnya Surya Paloh dan parpol koalisi yang bertemu, minus PDIP nngak perlu melakukan manuver tersebut. Itu saja melawan Jokowi dan Megawati secara tak langsung," tandasnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago berpandangan, setiap peristiwa politik memiliki kecenderungan akan terhubung dengan manuver bagi-bagi kekuasaan (power sharing). Ada parpol koalisi yang mengklaim merasa tidak terusik dengan manuver Prabowo. Namun ada juga parpol yang merasa terusik karena 'kapling' jatah menteri dan paket parlemen mereka bisa terganggu.
"Tapi apakah betul Prabowo bertemu dengan Jokowi dan Megawati tanpa ada deal politik atau tidak sama sekali membahas kue kekuasaan?" kata Pangi saat dihubungi SINDOnews, Jumat (26/7/2019). "Karena Gerindra mengatakan Pak Prabowo dan Gerindra nggak haus jabatan, apalagi kursi menteri. Hanya bekerja sama untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, rekonsiliasi tidak harus kursi menteri."
Pangi melihat posisi Gerindra saat ini sentral untuk memimpin barisan oposisi. Terlebih, Gerindra merupakan partai utama di barisan pendukung Prabowo-Sandiaga S Uno. Sehingga diharapkan, Gerindra tetap memimpin barisan oposisi untuk penyeimbang demokrasi. (Baca juga: Sekelumit Cerita di Balik Pertemuan Megawati dan Prabowo )
Selain Gerindra, Pangi melihat Partai NasDem juga menarik dicermati karena tengah memainkan manuver politiknya. Dalih perayaan ulang tahun Ketua Umumnya, Surya Paloh, NasDem justru memimpin pertemuan dan buat panggung dengan koalisi pendukung Jokowi, minus PDI Perjuangan. (Baca juga: Pertemuan Empat Petinggi Parpol Isyaratkan Ada Koalisi dalam Koalisi )
Menurut Pangi, langkah Surya Paloh dan tiga ketum lainnya memunculkan pertanyaan publik apakah langkah yang mereka perlihatkan simbol bentuk penolakan partai Gerindra bergabung ke koalisi Jokowi. Apalagi panggung berikutnya, saat Megawati bertemu Prabowo, secara bersamaan Surya Paloh bertemu Anies Baswedan. (Baca juga: Bertemu Surya Paloh, Anies: Kita Berdiskusi Perkembangan Jakarta )
"Boleh jadi sinyal peringatan dini pada Prabowo bahwa NasDem atau Surya Paloh juga bisa bermanuver menganggu Anies. Orang yang selama ini menjadi kader binaan Prabowo ditarik ke NasDem," ungkapnya.
Pangi menganggap, boleh jadi pembicaraan deal politik dan koalisi sudah selesai sebelum silaturahim ‘nasi goreng’ Mega-Prabowo. "Boleh jadi juga Surya Paloh memunculkan simbol menolak sinyal masuknya Gerindra. Sebetulnya Surya Paloh dan parpol koalisi yang bertemu, minus PDIP nngak perlu melakukan manuver tersebut. Itu saja melawan Jokowi dan Megawati secara tak langsung," tandasnya.
(poe)