PPIH Serukan Gerakan Minum Air Putih di Tanah Suci
A
A
A
MADINAH - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyerukan gerakan air minum bersama bagi seluruh jamaah haji di Tanah Suci. Gerakan ini agar menjadi pendorong bagi jamaah haji untuk banyak mengonsumsi air putih selama proses berhaji. Seruan ini dilakukan karena sebagian besar jamaah malas mengonsumsi air putih dengan berbagai alasan.
Padahal dengan kondisi suhu tinggi dan tingkat kelembapan rendah, kondisi tubuh rawan menderita dehidrasi. Sejauh ini tercatat dehidrasi menjadi pemicu utama gangguan kesehatan jamaah Indonesia karena bisa menyebabkan gangguan metabolik dan memicu munculnya penyakit kronis.
"Saya meminta bapak dan ibu sering minum air. Sebab air yang berkurang akan menyebabkan gangguan metabolik, keseimbangan karena asupan mineral kurang sehingga seluruh penyakit muncul," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka saat melepas keberangkatan 409 jamaah haji kloter 1 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 1) di Hotel Fairoz Al Khoir Madinah kemarin.
Dalam pelepasan itu juga kembali dicanangkan Gerakan Minum Air Bersama yang dimulai dengan pemberian botol air kepada dua orang jamaah di dalam hotel. Eka berharap jamaah haji JKS 1 menjadi duta Gerakan Minum Air Bersama. "Sebagai duta saya harap bapak ibu menyampaikan kepada kawan-kawannya untuk minum air," katanya.
Minum air bersama, kata Eka, diharapkan bisa menjadi budaya jamaah haji Indonesia. Apalagi cuaca saat ini sangat panas, suhu mencapai 45 derajat Celcius, sehingga harus banyak minum air. "Jangan takut ke toilet. Lebih baik mencegah daripada mengobati," katanya.
Dia mengungkapkan dari hasil kunjungan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), diketahui banyak jamaah haji sakit akibat mengalami dehidrasi. Oleh karena itu jamaah harus saling mengingatkan agar banyak minum air putih meskipun mereka tidak merasa haus dan berada di ruangan tertutup. “Kebutuhan cairan tubuh tidak tergantung kita haus apa tidak, tetapi memang harus dipenuhi dalam ukuran tertentu,” ujarnya.
Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dr Amsyar Akil mengatakan dehidrasi bisa memicu munculnya penyakit kronis. Beberapa di antaranya adalah diabetes melitus (DM) dan gangguan jantung. Kondisi ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Proses dehidrasi jamaah haji, kata Amsyar, sebetulnya dimulai sejak di pesawat. Jamaah malu untuk minta air minum dan menahan kencing selama di perjalanan sehingga tanpa terasa terjadi dehidrasi.
"Ditambah lagi setelah tiba (di Tanah Suci), aktivitas jamaah meningkat yang memperparah dehidrasi sehingga penyakit yang ada muncul," katanya. Karena itu Amsyar meminta jamaah haji selalu memakai perlindungan diri selama berada di Arab Saudi, antara lain dengan mengenakan topi/payung, masker, dan kacamata. Juga selalu membawa air minum dalam aktivitasnya sehingga asupan cairan tubuh terjaga.
Pembina Petugas Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) Mahmudi Affan Rangkuti menambahkan, pihaknya akan meminta seluruh petugas untuk ikut melakukan sosialisasi Gerakan Minum Air Bersama kepada jamaah haji. Petugas akan memberikan pemahaman kepada jamaah untuk mengonsumsi air minum sebelum dahaga untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
"Jamaah haji sehat dan segar menjadi salah satu pintu gerbang menuju kekhidmatan dalam beribadah," katanya. Sementara itu jumlah jamaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci bertambah menjadi enam orang. Teranyar, dua jamaah asal Surabaya dan Batam mengembuskan napas terakhirnya, Senin (15/7), waktu Arab Saudi (WAS).
Keduanya adalah Soeratno G Mangun Wijoto, 73, asal kloter 4 Embarkasi Surabaya (SUB 4) dan Subli bin Nasir, 61, asal kloter 3 Embarkasi Batam (BTH 3). Soeratno wafat pukul 10.26 Waktu Indonesia Barat (WAS) dan Subli meninggal dunia pada pukul 11.30 WAS setelah dirujuk ke Rumah Sakit King Fahd Madinah. Menurut certification of death (CoD/surat kematian) yang dikeluarkan Misi Medis Indonesia di Arab Saudi, Soeratno meninggal akibat gastritis dan dehidrasi akut.
Adapun Subli wafat disebabkan hipertensi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah ke otak. "Pasien Soeratno mengalami peradangan abdomen akut yang disebabkan konsumsi jamu yang tidak diketahui mereknya selama tiga tahun," kata Dr Hendra Praja yang sempat menangani Soeratno di KKHI kepada Tim MCH.
Bandara King Abdulaziz Jeddah Siap Sambut Jamaah Haji Gelombang Dua
Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, siap menerima kedatangan jamaah haji Indonesia gelombang kedua. Sebanyak 122.015 jamaah haji dari 300 kelompok terbang (kloter) akan tiba melalui bandara ini mulai 20 Juli 2019.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Arsyad Hidayat, mengatakan pada awal gelombang kedua juga masih ada jamaah haji yang turun di Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz Madinah, sekitar 1.555 orang yang berasal dari 4 kloter dari Embarkasi Surabaya.
Karena itu nantinya petugas akan dibagi dua untuk melayani jamaah di Bandara Madinah dan Jeddah. "Sekitar 50% lebih petugas akan dipindahkan ke Jeddah untuk menyambut jamaah haji gelombang 2. Sisanya masih di Madinah, dan akan menyusul ke Jeddah setelah 4 kloter terakhir tiba," kata Arsyad di sela mengecek kesiapan di Bandara King Abdulaziz Jeddah kemarin.
Arsyad mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan petugas di Bandara Jeddah karena situasinya akan lebih ramai. Akan banyak jamaah haji dari negara-negara di Asia dan Timur Tengah yang tiba di bandara ini pada saat yang bersamaan. "Petugas lebih cekatan, harus jauh lebih baik, kedatangan bisa bersamaan di lima gate dengan jarak antar-gate cukup jauh," katanya.
Menurut Arsyad, pihaknya telah berkoordinasi dengan Wukala, unit di bawah Pemerintahan Arab Saudi untuk penyambutan kedatangan jamaah haji Indonesia serta bagasi. Sama seperti di Bandara Madinah, bagasi jamaah akan ditangani petugas khusus sehingga jamaah tinggal mengurusi tas/koper kabin. Koper bagasi dari bandara akan langsung diantarkan ke hotel tempat menginap jamaah.
Jamaah haji asal Embarkasi Jakarta-Pondokgede (JKG) dan Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) akan tetap menikmati layanan fast track. Setelah turun pesawat mereka langsung keluar menuju bus tanpa melewati proses Imigrasi. "Yang lain (selain JKG dan JKS) akan melewati proses Imigrasi, tapi waktunya sangat cepat, tidak sampai 5 atau 6 jam," katanya.
Berkaca dari pengalaman tahun lalu, kata Arsyad, jamaah haji yang turun di Bandara Jeddah akan didorong cepat untuk segera keluar dari bandara. Untuk itu, dia mengimbau agar jamaah haji sudah mengenakan kain ihram sejak dari embarkasi. Mereka diminta untuk mengucapkan niat ihram setelah melewati wilayah Ya Lamlam atau 20-15 menit sebelum pesawat landing di Bandara King bin Abdulaziz.
"Sudah tidak ada lagi alokasi waktu transit di Bandara Jeddah. Ini harus jadi perhatian jamaah haji Indonesia gelombang kedua yang berangkat dari 13 embarkasi," katanya. Dalam kunjungannya ke Bandara King Abdulaziz, Arsyad didampingi Kepala Bidang Katering PPIH Abdullah dan Kepala Seksi Katering Daker Bandara Fatmawati mengecek kesiapan dapur yang akan memasok makanan untuk jamaah haji.
Ada dua perusahaan yang melayani, yakni Al Musbah dan Golden Guest Restaurant. "Otoritas Bandara Jeddah sangat strike (ketat) terhadap makanan dari luar. Karena itu dapur berada di dalam kawasan bandara di bawah inspeksi mereka," kata Arsyad. Kepala Bidang Katering PPIH Abdullah menambahkan, dari hasil pengecekan baham baku, sarana prasarana produksi, sumber daya manusia (SDM), semua sesuai dengan rencana.
Dia berharap pelaksanaannya akan lebih baik dari tahun kemarin.
Menurut Abdullah, menu makan yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia telah disesuaikan dengan kebutuhan energi jamaah. Dalam satu boks terdapat 200 gram nasi, 100 gram ayam bros (goreng), dan 80 gram sayuran.
Selain itu juga diberikan 2 botol air mineral ukuran 330 mililiter, 2 saset saus, dan buah/puding. "Kami harap makanan ini segera dikonsumsi agar jamaah kembali mendapat energi sebelum melaksanakan umrah," katanya. Dalam pengecekan ke dapur milik Al Musbah dan Golden Guest Restaurant, proses penyimpanan bahan baku hingga packing makanan cukup higienis.
Bahan baku disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu yang telah disesuaikan standar penyimpanan. Peralatan menggunakan stainless steel. Para juru masak juga mengenakan seragam khusus. "Makanan yang diberikan dalam kondisi fresh dan panas sehingga tahan hingga empat jam," katanya. (Abdul Malik Mubarok)
Padahal dengan kondisi suhu tinggi dan tingkat kelembapan rendah, kondisi tubuh rawan menderita dehidrasi. Sejauh ini tercatat dehidrasi menjadi pemicu utama gangguan kesehatan jamaah Indonesia karena bisa menyebabkan gangguan metabolik dan memicu munculnya penyakit kronis.
"Saya meminta bapak dan ibu sering minum air. Sebab air yang berkurang akan menyebabkan gangguan metabolik, keseimbangan karena asupan mineral kurang sehingga seluruh penyakit muncul," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka saat melepas keberangkatan 409 jamaah haji kloter 1 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 1) di Hotel Fairoz Al Khoir Madinah kemarin.
Dalam pelepasan itu juga kembali dicanangkan Gerakan Minum Air Bersama yang dimulai dengan pemberian botol air kepada dua orang jamaah di dalam hotel. Eka berharap jamaah haji JKS 1 menjadi duta Gerakan Minum Air Bersama. "Sebagai duta saya harap bapak ibu menyampaikan kepada kawan-kawannya untuk minum air," katanya.
Minum air bersama, kata Eka, diharapkan bisa menjadi budaya jamaah haji Indonesia. Apalagi cuaca saat ini sangat panas, suhu mencapai 45 derajat Celcius, sehingga harus banyak minum air. "Jangan takut ke toilet. Lebih baik mencegah daripada mengobati," katanya.
Dia mengungkapkan dari hasil kunjungan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), diketahui banyak jamaah haji sakit akibat mengalami dehidrasi. Oleh karena itu jamaah harus saling mengingatkan agar banyak minum air putih meskipun mereka tidak merasa haus dan berada di ruangan tertutup. “Kebutuhan cairan tubuh tidak tergantung kita haus apa tidak, tetapi memang harus dipenuhi dalam ukuran tertentu,” ujarnya.
Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dr Amsyar Akil mengatakan dehidrasi bisa memicu munculnya penyakit kronis. Beberapa di antaranya adalah diabetes melitus (DM) dan gangguan jantung. Kondisi ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Proses dehidrasi jamaah haji, kata Amsyar, sebetulnya dimulai sejak di pesawat. Jamaah malu untuk minta air minum dan menahan kencing selama di perjalanan sehingga tanpa terasa terjadi dehidrasi.
"Ditambah lagi setelah tiba (di Tanah Suci), aktivitas jamaah meningkat yang memperparah dehidrasi sehingga penyakit yang ada muncul," katanya. Karena itu Amsyar meminta jamaah haji selalu memakai perlindungan diri selama berada di Arab Saudi, antara lain dengan mengenakan topi/payung, masker, dan kacamata. Juga selalu membawa air minum dalam aktivitasnya sehingga asupan cairan tubuh terjaga.
Pembina Petugas Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) Mahmudi Affan Rangkuti menambahkan, pihaknya akan meminta seluruh petugas untuk ikut melakukan sosialisasi Gerakan Minum Air Bersama kepada jamaah haji. Petugas akan memberikan pemahaman kepada jamaah untuk mengonsumsi air minum sebelum dahaga untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
"Jamaah haji sehat dan segar menjadi salah satu pintu gerbang menuju kekhidmatan dalam beribadah," katanya. Sementara itu jumlah jamaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci bertambah menjadi enam orang. Teranyar, dua jamaah asal Surabaya dan Batam mengembuskan napas terakhirnya, Senin (15/7), waktu Arab Saudi (WAS).
Keduanya adalah Soeratno G Mangun Wijoto, 73, asal kloter 4 Embarkasi Surabaya (SUB 4) dan Subli bin Nasir, 61, asal kloter 3 Embarkasi Batam (BTH 3). Soeratno wafat pukul 10.26 Waktu Indonesia Barat (WAS) dan Subli meninggal dunia pada pukul 11.30 WAS setelah dirujuk ke Rumah Sakit King Fahd Madinah. Menurut certification of death (CoD/surat kematian) yang dikeluarkan Misi Medis Indonesia di Arab Saudi, Soeratno meninggal akibat gastritis dan dehidrasi akut.
Adapun Subli wafat disebabkan hipertensi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah ke otak. "Pasien Soeratno mengalami peradangan abdomen akut yang disebabkan konsumsi jamu yang tidak diketahui mereknya selama tiga tahun," kata Dr Hendra Praja yang sempat menangani Soeratno di KKHI kepada Tim MCH.
Bandara King Abdulaziz Jeddah Siap Sambut Jamaah Haji Gelombang Dua
Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, siap menerima kedatangan jamaah haji Indonesia gelombang kedua. Sebanyak 122.015 jamaah haji dari 300 kelompok terbang (kloter) akan tiba melalui bandara ini mulai 20 Juli 2019.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Arsyad Hidayat, mengatakan pada awal gelombang kedua juga masih ada jamaah haji yang turun di Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz Madinah, sekitar 1.555 orang yang berasal dari 4 kloter dari Embarkasi Surabaya.
Karena itu nantinya petugas akan dibagi dua untuk melayani jamaah di Bandara Madinah dan Jeddah. "Sekitar 50% lebih petugas akan dipindahkan ke Jeddah untuk menyambut jamaah haji gelombang 2. Sisanya masih di Madinah, dan akan menyusul ke Jeddah setelah 4 kloter terakhir tiba," kata Arsyad di sela mengecek kesiapan di Bandara King Abdulaziz Jeddah kemarin.
Arsyad mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan petugas di Bandara Jeddah karena situasinya akan lebih ramai. Akan banyak jamaah haji dari negara-negara di Asia dan Timur Tengah yang tiba di bandara ini pada saat yang bersamaan. "Petugas lebih cekatan, harus jauh lebih baik, kedatangan bisa bersamaan di lima gate dengan jarak antar-gate cukup jauh," katanya.
Menurut Arsyad, pihaknya telah berkoordinasi dengan Wukala, unit di bawah Pemerintahan Arab Saudi untuk penyambutan kedatangan jamaah haji Indonesia serta bagasi. Sama seperti di Bandara Madinah, bagasi jamaah akan ditangani petugas khusus sehingga jamaah tinggal mengurusi tas/koper kabin. Koper bagasi dari bandara akan langsung diantarkan ke hotel tempat menginap jamaah.
Jamaah haji asal Embarkasi Jakarta-Pondokgede (JKG) dan Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) akan tetap menikmati layanan fast track. Setelah turun pesawat mereka langsung keluar menuju bus tanpa melewati proses Imigrasi. "Yang lain (selain JKG dan JKS) akan melewati proses Imigrasi, tapi waktunya sangat cepat, tidak sampai 5 atau 6 jam," katanya.
Berkaca dari pengalaman tahun lalu, kata Arsyad, jamaah haji yang turun di Bandara Jeddah akan didorong cepat untuk segera keluar dari bandara. Untuk itu, dia mengimbau agar jamaah haji sudah mengenakan kain ihram sejak dari embarkasi. Mereka diminta untuk mengucapkan niat ihram setelah melewati wilayah Ya Lamlam atau 20-15 menit sebelum pesawat landing di Bandara King bin Abdulaziz.
"Sudah tidak ada lagi alokasi waktu transit di Bandara Jeddah. Ini harus jadi perhatian jamaah haji Indonesia gelombang kedua yang berangkat dari 13 embarkasi," katanya. Dalam kunjungannya ke Bandara King Abdulaziz, Arsyad didampingi Kepala Bidang Katering PPIH Abdullah dan Kepala Seksi Katering Daker Bandara Fatmawati mengecek kesiapan dapur yang akan memasok makanan untuk jamaah haji.
Ada dua perusahaan yang melayani, yakni Al Musbah dan Golden Guest Restaurant. "Otoritas Bandara Jeddah sangat strike (ketat) terhadap makanan dari luar. Karena itu dapur berada di dalam kawasan bandara di bawah inspeksi mereka," kata Arsyad. Kepala Bidang Katering PPIH Abdullah menambahkan, dari hasil pengecekan baham baku, sarana prasarana produksi, sumber daya manusia (SDM), semua sesuai dengan rencana.
Dia berharap pelaksanaannya akan lebih baik dari tahun kemarin.
Menurut Abdullah, menu makan yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia telah disesuaikan dengan kebutuhan energi jamaah. Dalam satu boks terdapat 200 gram nasi, 100 gram ayam bros (goreng), dan 80 gram sayuran.
Selain itu juga diberikan 2 botol air mineral ukuran 330 mililiter, 2 saset saus, dan buah/puding. "Kami harap makanan ini segera dikonsumsi agar jamaah kembali mendapat energi sebelum melaksanakan umrah," katanya. Dalam pengecekan ke dapur milik Al Musbah dan Golden Guest Restaurant, proses penyimpanan bahan baku hingga packing makanan cukup higienis.
Bahan baku disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu yang telah disesuaikan standar penyimpanan. Peralatan menggunakan stainless steel. Para juru masak juga mengenakan seragam khusus. "Makanan yang diberikan dalam kondisi fresh dan panas sehingga tahan hingga empat jam," katanya. (Abdul Malik Mubarok)
(don)