BPIP: Semangat Kebangsaan Luntur Jadi Penyebab Sikap Radikal dan Intoleransi
A
A
A
JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menekankan pentingnya pemahaman Pancasila bagi para mahasiswa guna mencegah paham radikalisme, intoleransi dan terorisme.
Hal itu ditegaskan Deputi Pengkajian dan Materi BPIP Adji Samekto, saat memberikan pembekalan tentang Wawasan Kebangsaan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. pada Pembukaan Beasiswa Pelatihan dan Sertifikasi Talenta Digital 2019 yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Institut Sepuluh November (ITS) di Gedung Pusat Robotika ITS, Surabaya.
Dalam kuliah umum yang mengambil tema “Mempromosikan Pancasila untuk Tanggulangi Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme” Adji menyatakan, intoleransi adalah sikap yang tidak bersedia menerima kehadiran kelompok lain yang berbeda dari sisi suku, ras, agama dan aliran politik. Sedangkan, radikalisme merupakan suatu gerakan yang bersumber dari pemikiran atau a set of ideas yang memaksakan perubahan dengan cara ekstrem untuk mencapai tujuannya.
Sementara, terorisme merupakan gerakan yang bersumber dari pemikiran atau a set of ideas yang untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan cara-cara bertentangan dengan nalar dan menimbulkan ketakutan umum.
“Intoleransi, radikalisme dan teroris memerupakan potensi-potensi yang setiap kali kini bisa muncul dalam masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah lunturnya semangat kebangsaan di kalangan masyarakat bangsa Indonesia. Padahal sesungguhnya, kebangsaanlah yang dapat mempersatukan kita sebagai warga Indonesia. Dalam sejarah lahirnya Pancasila pun, Soekarno pada 1 Juni 1945, menyatakan kebangsaan merupakan prinsip penting yang menjadi dasar Negara Indonesia nantinya”, ujar Adji.
Menurut Adji, saat ini upaya mengarus utamakan kebangsaan dihadang oleh sikap-sikap dan budaya baru imbas dari globalisasi dan pasar bebas seperti fundamentalisme pasar, kosmopolitanisme, individualisme, anti-pluralisme, tumbuhnya ideologi transnasional. "Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki dasar negara, pandangan hidup dan ideologi yang mampu menjadi pemersatu bangsa dan menjadi sarana bertahannya bangsa Indonesia yaitu Pancasila," katanya.
Adji menilai, Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup dan ideologi sesungguhnya bukan sekedar penuntun tingkah laku semata, tetapi lebih dari itu. Pancasila menurut pendiri bangsa, merupakan cita-cita bangsa yang harus diwujudkan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. "Upaya mewujudkannya melalui tindakan-tindakan konkret yaitu pembangunan bangsa yang dilaksanakan secara menyeluruh, terencana dan dilakukan bertahap," ucapnya.
Dari beberapa tahapan pembangunan bangsa itu, kata dia, yang utama adalah pembangunan sumber daya manusia meliputi pembangunan mental, kompetensi, dan cara berpikir kreatif dalam mengaktualisasikan gotong-royong di era mendatang.
"Sudah saatnya kita tidak boleh lelah untuk mempromosikan Pancasila di semua elemen bangsa. Untuk kepentingan itu maka upaya objektifikasi atas nilai-nilai Pancasila dan aktualisasi nilai-nilainya menjadi penting dan itu menjadi bagian peran dan tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila," katanya.
Hal itu ditegaskan Deputi Pengkajian dan Materi BPIP Adji Samekto, saat memberikan pembekalan tentang Wawasan Kebangsaan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. pada Pembukaan Beasiswa Pelatihan dan Sertifikasi Talenta Digital 2019 yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Institut Sepuluh November (ITS) di Gedung Pusat Robotika ITS, Surabaya.
Dalam kuliah umum yang mengambil tema “Mempromosikan Pancasila untuk Tanggulangi Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme” Adji menyatakan, intoleransi adalah sikap yang tidak bersedia menerima kehadiran kelompok lain yang berbeda dari sisi suku, ras, agama dan aliran politik. Sedangkan, radikalisme merupakan suatu gerakan yang bersumber dari pemikiran atau a set of ideas yang memaksakan perubahan dengan cara ekstrem untuk mencapai tujuannya.
Sementara, terorisme merupakan gerakan yang bersumber dari pemikiran atau a set of ideas yang untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan cara-cara bertentangan dengan nalar dan menimbulkan ketakutan umum.
“Intoleransi, radikalisme dan teroris memerupakan potensi-potensi yang setiap kali kini bisa muncul dalam masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah lunturnya semangat kebangsaan di kalangan masyarakat bangsa Indonesia. Padahal sesungguhnya, kebangsaanlah yang dapat mempersatukan kita sebagai warga Indonesia. Dalam sejarah lahirnya Pancasila pun, Soekarno pada 1 Juni 1945, menyatakan kebangsaan merupakan prinsip penting yang menjadi dasar Negara Indonesia nantinya”, ujar Adji.
Menurut Adji, saat ini upaya mengarus utamakan kebangsaan dihadang oleh sikap-sikap dan budaya baru imbas dari globalisasi dan pasar bebas seperti fundamentalisme pasar, kosmopolitanisme, individualisme, anti-pluralisme, tumbuhnya ideologi transnasional. "Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki dasar negara, pandangan hidup dan ideologi yang mampu menjadi pemersatu bangsa dan menjadi sarana bertahannya bangsa Indonesia yaitu Pancasila," katanya.
Adji menilai, Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup dan ideologi sesungguhnya bukan sekedar penuntun tingkah laku semata, tetapi lebih dari itu. Pancasila menurut pendiri bangsa, merupakan cita-cita bangsa yang harus diwujudkan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. "Upaya mewujudkannya melalui tindakan-tindakan konkret yaitu pembangunan bangsa yang dilaksanakan secara menyeluruh, terencana dan dilakukan bertahap," ucapnya.
Dari beberapa tahapan pembangunan bangsa itu, kata dia, yang utama adalah pembangunan sumber daya manusia meliputi pembangunan mental, kompetensi, dan cara berpikir kreatif dalam mengaktualisasikan gotong-royong di era mendatang.
"Sudah saatnya kita tidak boleh lelah untuk mempromosikan Pancasila di semua elemen bangsa. Untuk kepentingan itu maka upaya objektifikasi atas nilai-nilai Pancasila dan aktualisasi nilai-nilainya menjadi penting dan itu menjadi bagian peran dan tugas Badan Pembinaan Ideologi Pancasila," katanya.
(cip)