Ramadhan Berkah buat Industri E-commerce
A
A
A
PERKEMBANGAN industri e-commerce di Indonesia semakin tak terbendung. Sejak tiga tahun belakangan ini, e-commerce telah menjadi primadona bagi sebagian masyarakat terutama yang tinggal di wilayah perkotaan untuk berbelanja.
Pola masyarakat dalam berbelanja pun mengalami pergeseran yang ditengarai salah satu penyebab pengunjung sepi pada sejumlah gerai ritel. Memasuki hari kedelapan Ramadhan, transaksi pada platform e-commerce meningkat sekitar tiga hingga lima kali lipat dibanding hari-hari biasa. Bulan Ramadhan memang selalu dibidik oleh para pelaku e-commerce dalam meningkatkan nilai transaksi. Selama Ramadhan tahun lalu, transaksi belanja rata-rata masyarakat Indonesia menembus Rp1,2 juta di platform e-commerce atau meningkat sekitar 74% dibanding 2017.
Pada Ramadhan tahun ini, para pelaku e-commerce optimistis nilai transaksi akan jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir ini, puncak transaksi di platform e-commerce terjadi pada pekan ketiga Ramadhan menyusul pencairan tunjangan hari raya (THR). Berdasarkan survei salah satu pelaku e-commerce yang dilakukan terhadap 6.500 responden pada lima kota besar di Indonesia, meliputi Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar, terungkap sebanyak 53,5% responden menyatakan akan membelanjakan sekitar seperempat dana THR untuk belanja di platform e-commerce.
Adapun yang merangsang konsumen mengalokasikan sebagian THR untuk belanja daring, masih menurut survei tersebut, karena beragam promo diskon dan cashback sekitar 79,4%, lalu harga murah sebesar 8,4%, dan lebih efisien sekitar 4,5%. Aktivitas promo diskon dan cashback memang menjadi senjata utama industri e-commerce nasional dalam memikat konsumen dalam menyiasati persaingan yang semakin sengit.
Untuk pertarungan industri e-commerce di pasar domestik, sebagaimana dipublikasikan situs perbandingan harga produk-produk di marketplace iPrice, platform belanja daring lokal masih menjadi tuan rumah di negeri sendiri atau menempati urutan pertama hingga triwulan pertama 2019. Tokopedia bertengger pada posisi teratas dengan jumlah pengunjung aktif bulanan tertinggi, menyusul Shopee di urutan kedua dan Bukalapak pada level ketiga. Untuk ukuran Asia Tenggara, Tokopedia satu-satunya platform belanja daring yang paling aktif digunakan di negara asalnya. Diikuti Shopee di Singapura dan Tiki.vn di Vietnam.
Perkembangan industri e-commerce yang begitu pesat di Indonesia tak berlebihan dengan klaim pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Faktor geografis, salah satu pemicu utama pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, keberadaan e-commerce semakin mendekatkan konsumen yang berdomisili di luar jangkauan pasar konvensional terhadap produk yang diinginkan. Adapun pertumbuhan rata-rata industri e-commerce di Indonesia di atas 31% dan memiliki ruang bertumbuh masih sangat besar. Potensi pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari kontribusi industri e-commerce terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih di bawah 3%.
Meski demikian, keberlangsungan pertumbuhan industri e-commerce tidak berdiri sendiri, terutama terkait dengan perkembangan industri logistik. Sebagai satu mata rantai, antara industri e-commerce dan industri logistik tak bisa dipisahkan. Pihak Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos, dan Logistik Indonesia mengakui kehadiran industri e-commerce telah berkontribusi positif pada usaha pengiriman yang meningkat signifikan.
Sejak 2012 lalu, perkembangan industri e-commerce sudah menunjukkan titik cerah, bahkan saat ini bukan lagi hanya sebatas marketplace, melainkan juga sudah menjalar ke berbagai segmen bisnis lainnya. Awalnya, orang berpikir bahwa e-commerce hanyalah sebatas membeli barang secara daring di marketplace. Faktanya, sekarang sudah melebar berbagai sektor bisnis yang selama ini tak terbayangkan, mulai e-retail, transportasi, financial technology, healtech, hingga agrotech.
Perkembangan industri e-commerce juga berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan. Data terbaru yang dipublikasikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) terdapat 1.700 startup di Indonesia. Andaikan rata-rata setiap startup merekrut 50 karyawan maka terserap puluhan ribu tenaga kerja.
Melihat potensi perkembangan industri e-commerce yang begitu pesat, wajar saja kalau Indonesia E-commerce Association (idEA) berharap pemerintahan baru hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2019–2024 bisa memberi perhatian maksimal terhadap industri ini, sebab selama ini sejumlah penerapan kebijakan pemerintah dinilai masih sepihak karena tidak melibatkan industri terkait dalam pembuatan kebijakan. Kita berharap industri e-commerce tetap bertumbuh dan meraih transaksi yang tinggi sepanjang Ramadan ini. Ramadhan memang selalu membawa berkah.
Pola masyarakat dalam berbelanja pun mengalami pergeseran yang ditengarai salah satu penyebab pengunjung sepi pada sejumlah gerai ritel. Memasuki hari kedelapan Ramadhan, transaksi pada platform e-commerce meningkat sekitar tiga hingga lima kali lipat dibanding hari-hari biasa. Bulan Ramadhan memang selalu dibidik oleh para pelaku e-commerce dalam meningkatkan nilai transaksi. Selama Ramadhan tahun lalu, transaksi belanja rata-rata masyarakat Indonesia menembus Rp1,2 juta di platform e-commerce atau meningkat sekitar 74% dibanding 2017.
Pada Ramadhan tahun ini, para pelaku e-commerce optimistis nilai transaksi akan jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir ini, puncak transaksi di platform e-commerce terjadi pada pekan ketiga Ramadhan menyusul pencairan tunjangan hari raya (THR). Berdasarkan survei salah satu pelaku e-commerce yang dilakukan terhadap 6.500 responden pada lima kota besar di Indonesia, meliputi Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar, terungkap sebanyak 53,5% responden menyatakan akan membelanjakan sekitar seperempat dana THR untuk belanja di platform e-commerce.
Adapun yang merangsang konsumen mengalokasikan sebagian THR untuk belanja daring, masih menurut survei tersebut, karena beragam promo diskon dan cashback sekitar 79,4%, lalu harga murah sebesar 8,4%, dan lebih efisien sekitar 4,5%. Aktivitas promo diskon dan cashback memang menjadi senjata utama industri e-commerce nasional dalam memikat konsumen dalam menyiasati persaingan yang semakin sengit.
Untuk pertarungan industri e-commerce di pasar domestik, sebagaimana dipublikasikan situs perbandingan harga produk-produk di marketplace iPrice, platform belanja daring lokal masih menjadi tuan rumah di negeri sendiri atau menempati urutan pertama hingga triwulan pertama 2019. Tokopedia bertengger pada posisi teratas dengan jumlah pengunjung aktif bulanan tertinggi, menyusul Shopee di urutan kedua dan Bukalapak pada level ketiga. Untuk ukuran Asia Tenggara, Tokopedia satu-satunya platform belanja daring yang paling aktif digunakan di negara asalnya. Diikuti Shopee di Singapura dan Tiki.vn di Vietnam.
Perkembangan industri e-commerce yang begitu pesat di Indonesia tak berlebihan dengan klaim pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Faktor geografis, salah satu pemicu utama pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, keberadaan e-commerce semakin mendekatkan konsumen yang berdomisili di luar jangkauan pasar konvensional terhadap produk yang diinginkan. Adapun pertumbuhan rata-rata industri e-commerce di Indonesia di atas 31% dan memiliki ruang bertumbuh masih sangat besar. Potensi pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari kontribusi industri e-commerce terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih di bawah 3%.
Meski demikian, keberlangsungan pertumbuhan industri e-commerce tidak berdiri sendiri, terutama terkait dengan perkembangan industri logistik. Sebagai satu mata rantai, antara industri e-commerce dan industri logistik tak bisa dipisahkan. Pihak Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos, dan Logistik Indonesia mengakui kehadiran industri e-commerce telah berkontribusi positif pada usaha pengiriman yang meningkat signifikan.
Sejak 2012 lalu, perkembangan industri e-commerce sudah menunjukkan titik cerah, bahkan saat ini bukan lagi hanya sebatas marketplace, melainkan juga sudah menjalar ke berbagai segmen bisnis lainnya. Awalnya, orang berpikir bahwa e-commerce hanyalah sebatas membeli barang secara daring di marketplace. Faktanya, sekarang sudah melebar berbagai sektor bisnis yang selama ini tak terbayangkan, mulai e-retail, transportasi, financial technology, healtech, hingga agrotech.
Perkembangan industri e-commerce juga berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan. Data terbaru yang dipublikasikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) terdapat 1.700 startup di Indonesia. Andaikan rata-rata setiap startup merekrut 50 karyawan maka terserap puluhan ribu tenaga kerja.
Melihat potensi perkembangan industri e-commerce yang begitu pesat, wajar saja kalau Indonesia E-commerce Association (idEA) berharap pemerintahan baru hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2019–2024 bisa memberi perhatian maksimal terhadap industri ini, sebab selama ini sejumlah penerapan kebijakan pemerintah dinilai masih sepihak karena tidak melibatkan industri terkait dalam pembuatan kebijakan. Kita berharap industri e-commerce tetap bertumbuh dan meraih transaksi yang tinggi sepanjang Ramadan ini. Ramadhan memang selalu membawa berkah.
(thm)