Zohri yang Menginspirasi

Kamis, 25 April 2019 - 08:00 WIB
Zohri yang Menginspirasi
Zohri yang Menginspirasi
A A A
DI tengah hiruk-pikuk suasana Tanah Air pascapemilihan umum, datang kabar mencengangkan sekaligus membanggakan dari Doha, Qatar, Selasa (23/4) dini hari WIB. Sprinter muda nasional Lalu Muhammad Zohri kembali menorehkan prestasi gemilang dengan merebut medali perak di Kejuaraan Asia Atletik 2019 pada nomor bergengsi 100 meter.

Pemuda berusia 18 tahun asal Lombok, Nusa Tenggara Barat ini mencatatkan waktu 10,13 detik. Ini adalah rekor baru nasional sekaligus Asia Tenggara. Pemegang rekor sebelumnya adalah Suryo Agung Wibowo dengan catatan waktu 10,17 detik yang sudah bertahan selama sembilan tahun delapan bulan. Sebelum babak final, pada semifinal yang digelar pada Senin (22/4) malam WIB, Zohri sudah lebih dulu membukukan rekor baru dengan mencatatkan waktu 10,15 detik.

Ini bukan kali pertama pemuda kelahiran 1 Juli 2000 ini memberi kejutan bagi publik Tanah Air. Sebelumnya, pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tampere, Finlandia pada Juli 2018, pria bertinggi badan 172 sentimeter sudah mengibartinggikan sang Merah Putih dengan menjadi yang tercepat di nomor 100 meter. Saat itu catatan waktunya 10,18 detik.

Zohri seorang yatim-piatu yang terlahir dari keluarga miskin. Dia lahir dan tumbuh besar di sebuah desa di NTB dengan segala keterbatasan. Kedua orang tuanya meninggal dunia saat dia masih di bangku SD. Namun, dia berani bermimpi tinggi.

Diawali dengan mengikuti kejuaraan lari saat bersekolah di SMP, bakat cemerlangnya mulai terasah. Dalam usianya yang masih tergolong sangat muda, Zohri berpotensi untuk terus berkembang.

Bukan tidak mungkin nanti kita akan menyaksikan Zohri berlaga di level yang lebih tinggi lagi, yakni Olimpiade. Syaratnya, Zohri harus terus mempertajam catatan waktunya, minimal menjadi 10,05 detik sebagai syarat untuk menembus Olimpiade Tokyo 2020. Bukan hal yang mustahil karena Zohri terus menunjukkan progres yang baik waktu ke waktu.

Berita tentang Zohri dari Doha ini seolah menjadi penyejuk di tengah memanasnya suhu politik Tanah Air pascapemilu. Kerasnya pertarungan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden telah membelah masyarakat ke dalam dua kutub ekstrem.

Suasana kian panas pascapemungutan suara karena kedua kubu sama-sama mengklaim sebagai pemenang. Ironisnya, tidak sedikit orang yang ikut tersedot masuk ke dalam pertarungan pemilihan presiden ini. Meski tidak secara langsung, sikap politik bisa terlihat melalui aktivitas di media sosial.
Dengan mudah, orang bisa mencaci maki, mengolok-olok, bahkan membagikan kabar bohong atau hoaks demi mendegradasi pihak lawan. Pada saat yang sama, segala puja-puji dialamatkan kepada pihak yang didukung. Entah sampai kapan pengkotak-kotakan di masyarakat ini akan berakhir.

Mata dunia saat ini kembali tertuju kepada kita, karena pemilu yang baru selesai ternyata menyisakan kegaduhan. Meski pemilu berjalan aman, isu kecurangan berseliweran dan rawan memantik konflik sosial jika tidak ditangani secara baik.

Namun terlepas dari urusan politik itu, melalui Zohri, kita bisa memberi tahu kepada dunia bahwa masih banyak yang bisa kita banggakan, tidak melulu kabar tentang pertikaian yang dipicu perebutan kekuasaan oleh elite. Melalui Zohri, anak-anak muda di Tanah Air bisa memetik banyak inspirasi.

Bahwa pada dasarnya, siapa pun bisa mengharumkan nama bangsa sesuai dengan bidang yang digeluti. Zohri sudah melakukannya dalam bidang olahraga, sebagaimana juga ditorehkan oleh banyak pemuda Indonesia lainnya di berbagai bidang, baik sains, fashion, musik, maupun kesenian lainnya. Pengorbanan Zohri sungguh luar biasa.

Tidak seperti kebanyakan anak muda, terutama di perkotaan yang banyak dihabiskan dengan hal yang berbau kesenangan dan hiburan, Zohri lebih memilih jalan sunyi. Dia mengorbankan masa mudanya untuk berlatih dan bertanding.

Dia melihat keterbatasan bukan sebagai penghalang, melainkan tantangan untuk ditaklukkan. Zohri juga mengirimkan pesan kepada para anak muda dan orang tua yang saat ini masih ragu untuk menjadikan olahraga sebagai sandaran masa depan.

Semoga dengan prestasi ini, pemerintah makin tergerak untuk mencari dan menemukan talenta-talenta muda potensial. Dengan penduduk 265 juta jiwa, sebenarnya persentase anak muda yang memilih menjadi atlet belum terlalu banyak.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4948 seconds (0.1#10.140)