Golput Berpotensi Naik karena Minimnya Informasi
A
A
A
JAKARTA - Informasi mengenai pelaksanaan waktu pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 dinilai masih minim. Hal ini terbukti dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 65,2% pemilih yang tahu pemilu akan digelar 17 April mendatang.
Sedangkan sebanyak 29,5% lainnya menyatakan tidak tahu kapan pemilu akan dilaksanakan. Dari mereka yang tahu bahwa pemilu akan di laksanakan April 2019, sebesar 75,8% bisa menjawab dengan benar bahwa tanggal pelaksanaan pilpres adalah 17 April 2019. Dan terdapat 24,2% yang tidak bisa menjawab dengan benar tanggal pelaksanaan pemilu.
“Artinya, jika ditotal secara populasi, hanya 49,4% dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pemilu serentak berlangsung tanggal 17 April mendatang,” ucap peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman saat merilis hasil survei bertajuk “Siapa Dirugikan Golput: Jokowi atau Prabowo?” di Jakarta kemarin.
Ikrama mengatakan, minim informasi waktu pelaksanaan pencoblosan bisa memengaruhi besar-kecilnya partisipasi masyarakat dalam pemilu. Artinya, semakin banyak yang tidak mengerti informasi tentang pelaksanaan pemilu, maka angka masyarakat yang berpotensi menjadi golput atau tidak memilih juga semakin besar.
Survei nasional ini dilakukan pada 18-25 Februari 2019 melalui wawancara tatap muka (face to face interview) menggunakan kuesioner dengan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden. Margin of error sekitar 2,9%. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia.
Menurut Ikrama, mengacu pada data KPU dalam tiga pemilu terakhir, jumlah golput cukup variatif sekitar 23% hingga 30%. Pada Pemilu 2004, jumlah golput sebesar 23,3%. Pada Pemilu 2009 naik menjadi 27,45%. Pada Pemilu 2014 mencapai 30,42%. “Dalam tiga pemilu terakhir, ada kecenderungan kenaikan jumlah mereka yang golput,” ucapnya.
Jika angka golput Pilpres 2019 kurang lebih sama dengan golput pilpres terakhir yaitu 30,42%, siapakah capres yang dirugikan? Ikrama menuturkan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan LSI Denny JA, ada analisis persegmen atau kantong pemilih penting.
Pada segmen pemilih minoritas yang memiliki jumlah populasi sebanyak 12,2%, pasangan Jokowi-Ma’ruf unggul dengan perolehan suara 80,3%, sedangkan Prabawo-Sandiaga 11,6%. Jika segmen pemilih ini golput, maka yang akan dirugikan adalah Jokowi-Ma’ruf. Selanjutnya pada segmen wong cilik, yakni berpenghasilan di bawah Rp2 juta memiliki populasi sebesar 49,8%. Pada segmen ini Jokowi- Ma’ruf juga unggul sebanyak 63,7%, Prabowo-Sandi 27,4%.
“Pada segmen ketiga, pemilih milenial memiliki populasi sebanyak 44,7%. Jokowi unggul dengan perolehan suara sebanyak 56,5%, sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 34,5%,” tandas Ikrama.
Untuk segmen keempat emak-emak memiliki populasi hampir 50%. Jokowi pun masih unggul dengan perolehan suara sebanyak 61% dan Prabowo-Sandiaga 30%. Untuk segmen kelima, yakni pemilih terpelajar yang memiliki populasi sebanyak 10%-15%, Prabowo-Sandiaga lebih unggul perolehan suara 45,4%, sedangkan Jokowi sebanyak 36,1%. Terakhir, pada segmen muslim yang memiliki populasi sebanyak 87,8%, Jokowi-Ma’ruf pun lebih unggul dari Prabowo- Sandiaga Uno dengan selisih sebesar 15%.
“Dari fenomena ini, kalau terjadi di enam segmen, Pak Jokowi dirugikan di lima segmen, di mana pemilih muslim, komunitas NU dan moderat lainnya, di emak-emak, milenial, minoritas, sama di kantong-kantong Jokowi unggul,” ungkap Ikrama.
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi menyatakan golput pada pemilu kali ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, yaitu sekitar 30%, bahkan diprediksi meningkat.
Dia mengatakan, pihaknya sebagai penyelenggara pemilu terus merapikan daftar pemilih tetap (DPT). Pemilih ganda terus disisir, KPU juga melakukan beberapa upaya untuk menekan angka golput. (Abdul Rochim/ Mula Akmal)
Sedangkan sebanyak 29,5% lainnya menyatakan tidak tahu kapan pemilu akan dilaksanakan. Dari mereka yang tahu bahwa pemilu akan di laksanakan April 2019, sebesar 75,8% bisa menjawab dengan benar bahwa tanggal pelaksanaan pilpres adalah 17 April 2019. Dan terdapat 24,2% yang tidak bisa menjawab dengan benar tanggal pelaksanaan pemilu.
“Artinya, jika ditotal secara populasi, hanya 49,4% dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pemilu serentak berlangsung tanggal 17 April mendatang,” ucap peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman saat merilis hasil survei bertajuk “Siapa Dirugikan Golput: Jokowi atau Prabowo?” di Jakarta kemarin.
Ikrama mengatakan, minim informasi waktu pelaksanaan pencoblosan bisa memengaruhi besar-kecilnya partisipasi masyarakat dalam pemilu. Artinya, semakin banyak yang tidak mengerti informasi tentang pelaksanaan pemilu, maka angka masyarakat yang berpotensi menjadi golput atau tidak memilih juga semakin besar.
Survei nasional ini dilakukan pada 18-25 Februari 2019 melalui wawancara tatap muka (face to face interview) menggunakan kuesioner dengan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden. Margin of error sekitar 2,9%. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia.
Menurut Ikrama, mengacu pada data KPU dalam tiga pemilu terakhir, jumlah golput cukup variatif sekitar 23% hingga 30%. Pada Pemilu 2004, jumlah golput sebesar 23,3%. Pada Pemilu 2009 naik menjadi 27,45%. Pada Pemilu 2014 mencapai 30,42%. “Dalam tiga pemilu terakhir, ada kecenderungan kenaikan jumlah mereka yang golput,” ucapnya.
Jika angka golput Pilpres 2019 kurang lebih sama dengan golput pilpres terakhir yaitu 30,42%, siapakah capres yang dirugikan? Ikrama menuturkan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan LSI Denny JA, ada analisis persegmen atau kantong pemilih penting.
Pada segmen pemilih minoritas yang memiliki jumlah populasi sebanyak 12,2%, pasangan Jokowi-Ma’ruf unggul dengan perolehan suara 80,3%, sedangkan Prabawo-Sandiaga 11,6%. Jika segmen pemilih ini golput, maka yang akan dirugikan adalah Jokowi-Ma’ruf. Selanjutnya pada segmen wong cilik, yakni berpenghasilan di bawah Rp2 juta memiliki populasi sebesar 49,8%. Pada segmen ini Jokowi- Ma’ruf juga unggul sebanyak 63,7%, Prabowo-Sandi 27,4%.
“Pada segmen ketiga, pemilih milenial memiliki populasi sebanyak 44,7%. Jokowi unggul dengan perolehan suara sebanyak 56,5%, sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 34,5%,” tandas Ikrama.
Untuk segmen keempat emak-emak memiliki populasi hampir 50%. Jokowi pun masih unggul dengan perolehan suara sebanyak 61% dan Prabowo-Sandiaga 30%. Untuk segmen kelima, yakni pemilih terpelajar yang memiliki populasi sebanyak 10%-15%, Prabowo-Sandiaga lebih unggul perolehan suara 45,4%, sedangkan Jokowi sebanyak 36,1%. Terakhir, pada segmen muslim yang memiliki populasi sebanyak 87,8%, Jokowi-Ma’ruf pun lebih unggul dari Prabowo- Sandiaga Uno dengan selisih sebesar 15%.
“Dari fenomena ini, kalau terjadi di enam segmen, Pak Jokowi dirugikan di lima segmen, di mana pemilih muslim, komunitas NU dan moderat lainnya, di emak-emak, milenial, minoritas, sama di kantong-kantong Jokowi unggul,” ungkap Ikrama.
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi menyatakan golput pada pemilu kali ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, yaitu sekitar 30%, bahkan diprediksi meningkat.
Dia mengatakan, pihaknya sebagai penyelenggara pemilu terus merapikan daftar pemilih tetap (DPT). Pemilih ganda terus disisir, KPU juga melakukan beberapa upaya untuk menekan angka golput. (Abdul Rochim/ Mula Akmal)
(nfl)