Debat Cawapres Dinilai Bisa Pengaruhi Pilihan Swing Voters
A
A
A
JAKARTA - Debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu 17 Maret 2019 lalu dinilai bisa memengaruhi kelompok swing voters pada Pilpres 2019.
Kualitas cawapres dinilai bisa membuat berubah peta suara massa mengambang atau swing voters pada pilpres tahun ini.
Hal itu diungkapkan Ketua Perkumpulan Swing Voters Indonesia, Adhie Massardi saat Diskusi Forum Tebet (Forte) yang bertajuk Menguji Kehebatan Kartu Sakti atau Paradoks Kartu Sakti, di Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/3/2019).
Menurut dia, swing voters juga bisa menjadi penentu kemenangan pada Pilpres 2019. "Wapres perannya cukup penting. Kualitas wapres cukup memengaruhi kelompok swing voters," kata Adhie.
Dia berpendapat, kualitas capres memang paling dominan, yakni sekitar 40%. Sedangkan cawapres 15%. Sebanyak 15% lagi ditentukan oleh tim sukses dan sisanya disebabkan oleh faktor lainnya.
Kendati demikian, sambung dia, saat ini pemilih pemula masih menunggu-nunggu kejutan agar tidak golput.
"Ada apatisme yang besar dari swing voters yang melihat parpol dan tokohnya. Swing voters jika tidak mau menjatuhkan pilihan, maka akan berhubungan dengan angka golput sekitar 25 sampai 28 persen," ujarnya.
Hingga saat ini, kata dia, swing voters masih menunggu janji-janji para calon untuk menentukan pilihannya pada 17 April 2019.
"Apa yang disampaikan Sandiaga Uno bisa di-breakdown, misalnya soal lapangan kerja. Jadi bisa kita baca arahnya ke mana," kata mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini.
Sementara itu, praktisi media, Arief Gunawan mengatakan, pendidikan adalah hal penting untuk pertumbuhan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Pertaruhannya berat. Jadi tidak bisa main-main. Tidak bisa dengan memberikan lolypop atau kembang gula, berupa kartu-kartu seperti itu yang dari mana pembiayaannya juga tidak jelas,” tuturnya.
Kualitas cawapres dinilai bisa membuat berubah peta suara massa mengambang atau swing voters pada pilpres tahun ini.
Hal itu diungkapkan Ketua Perkumpulan Swing Voters Indonesia, Adhie Massardi saat Diskusi Forum Tebet (Forte) yang bertajuk Menguji Kehebatan Kartu Sakti atau Paradoks Kartu Sakti, di Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/3/2019).
Menurut dia, swing voters juga bisa menjadi penentu kemenangan pada Pilpres 2019. "Wapres perannya cukup penting. Kualitas wapres cukup memengaruhi kelompok swing voters," kata Adhie.
Dia berpendapat, kualitas capres memang paling dominan, yakni sekitar 40%. Sedangkan cawapres 15%. Sebanyak 15% lagi ditentukan oleh tim sukses dan sisanya disebabkan oleh faktor lainnya.
Kendati demikian, sambung dia, saat ini pemilih pemula masih menunggu-nunggu kejutan agar tidak golput.
"Ada apatisme yang besar dari swing voters yang melihat parpol dan tokohnya. Swing voters jika tidak mau menjatuhkan pilihan, maka akan berhubungan dengan angka golput sekitar 25 sampai 28 persen," ujarnya.
Hingga saat ini, kata dia, swing voters masih menunggu janji-janji para calon untuk menentukan pilihannya pada 17 April 2019.
"Apa yang disampaikan Sandiaga Uno bisa di-breakdown, misalnya soal lapangan kerja. Jadi bisa kita baca arahnya ke mana," kata mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini.
Sementara itu, praktisi media, Arief Gunawan mengatakan, pendidikan adalah hal penting untuk pertumbuhan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Pertaruhannya berat. Jadi tidak bisa main-main. Tidak bisa dengan memberikan lolypop atau kembang gula, berupa kartu-kartu seperti itu yang dari mana pembiayaannya juga tidak jelas,” tuturnya.
(dam)