Pilpres 2019, Sekjen PDIP: Jokowi Kuat di Darat, Laut dan Udara
A
A
A
JAKARTA - Beberapa jam menjelang debat ketiga ketiga Pilpres 2019, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merilis hasil temuannya, yakni pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan meraih 70% suara di Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Dari hasil temuan para calon anggota DPR RI, seluruh parpol KIK (Koalisi Indonesia Kerja), para tokoh, dan relawan, kami optimis dapat memenangkan 70% untuk 01," ujar caleg PDIP Esti Wijayanti dalam keterangan resminya, Minggu (17/3/2019).
"Kami jarang bertemu dengan tim Prabowo di lapangan. Teritorial pasangan calon 01 tetap jauh lebih kuat dan setiap hari ada pergerakan. Sementara pasangan calon 02 sepertinya hanya tampak kuat dalam daya gertak, daya serang, dan daya hoax," lanjut Esti Wijayanti.
Mendapat laporan dari Yogyakarta, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto tetap mengingatkan kepada semua anggota partainya untuk terus bekerja keras dan jangan sekali-kali meremehkan kekuatan jaringan tim Prabowo-Sandi.
"Meskipun survei Pak Jokowi-KH Ma'ruf Amin selalu unggul dengan selisih di atas 20 persen, namun upaya untuk mempertebal kemenangan tetap harus dilakukan. Kemenangan itu dimulai dari setiap TPS. Karena itulah persiapkan saksi dengan baik dan terus perkuat pergerakan darat," ujar Hasto
Dia menambahkan, saksi dari parpol KIK (Koalisi Indonesia Kerja) yang jumlahnya sekitar antara 7 sampai 10 tersebut jangan sampai kalah dari kubu Prabowo-Sandi meskipun mereka punya daya gertak yang tampaknya kuat.
Namun hegemoni di langit, udara dan darat, tetap menunjukkan dominasi Jokowi - Ma'ruf Amin.
"Kekuatan langit melalui doa kita yang sangat kuat. Semua lintas agama mendukung pasangan calon 01. Kekuatan udara, kita unggul 63% di media TV, on line, sosmed, dan cetak. Kekuatan teritorial Jokowi paling banyak punya kepala daerah, pimpinan Dewan, anggota dewan hingga caleg. Ini adalah kekuatan dahsyat yang bisa mematahkan daya gertak Prabowo," ungkap Hasto.
Menurut dia, kubu Prabowo-Sandi rajin "menyerang". Bahkan serangan etika dan penuh fitnah. Namun tanpa dukungan kekuatan teritorial, mereka tetap akan kesulitan.
"Sebab mereka terlalu berisik, bagaikan auman singa ompong, keras bunyinya dan tidak punya daya gigitan yang mematikan musuh," tutur Hasto.
"Dari hasil temuan para calon anggota DPR RI, seluruh parpol KIK (Koalisi Indonesia Kerja), para tokoh, dan relawan, kami optimis dapat memenangkan 70% untuk 01," ujar caleg PDIP Esti Wijayanti dalam keterangan resminya, Minggu (17/3/2019).
"Kami jarang bertemu dengan tim Prabowo di lapangan. Teritorial pasangan calon 01 tetap jauh lebih kuat dan setiap hari ada pergerakan. Sementara pasangan calon 02 sepertinya hanya tampak kuat dalam daya gertak, daya serang, dan daya hoax," lanjut Esti Wijayanti.
Mendapat laporan dari Yogyakarta, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto tetap mengingatkan kepada semua anggota partainya untuk terus bekerja keras dan jangan sekali-kali meremehkan kekuatan jaringan tim Prabowo-Sandi.
"Meskipun survei Pak Jokowi-KH Ma'ruf Amin selalu unggul dengan selisih di atas 20 persen, namun upaya untuk mempertebal kemenangan tetap harus dilakukan. Kemenangan itu dimulai dari setiap TPS. Karena itulah persiapkan saksi dengan baik dan terus perkuat pergerakan darat," ujar Hasto
Dia menambahkan, saksi dari parpol KIK (Koalisi Indonesia Kerja) yang jumlahnya sekitar antara 7 sampai 10 tersebut jangan sampai kalah dari kubu Prabowo-Sandi meskipun mereka punya daya gertak yang tampaknya kuat.
Namun hegemoni di langit, udara dan darat, tetap menunjukkan dominasi Jokowi - Ma'ruf Amin.
"Kekuatan langit melalui doa kita yang sangat kuat. Semua lintas agama mendukung pasangan calon 01. Kekuatan udara, kita unggul 63% di media TV, on line, sosmed, dan cetak. Kekuatan teritorial Jokowi paling banyak punya kepala daerah, pimpinan Dewan, anggota dewan hingga caleg. Ini adalah kekuatan dahsyat yang bisa mematahkan daya gertak Prabowo," ungkap Hasto.
Menurut dia, kubu Prabowo-Sandi rajin "menyerang". Bahkan serangan etika dan penuh fitnah. Namun tanpa dukungan kekuatan teritorial, mereka tetap akan kesulitan.
"Sebab mereka terlalu berisik, bagaikan auman singa ompong, keras bunyinya dan tidak punya daya gigitan yang mematikan musuh," tutur Hasto.
(dam)