Transportasi Massal, Aman dan Nyaman
A
A
A
PERSOALAN angkutan massal menjadi isu sentral akhir-akhir ini, selain isu politik yang memang tengah musim politik atau tahun politik. Isu transportasi massal yang pertama mungkin moda raya terpadu (MRT) yang akan beroperasi bulan ini. Kehadiran MRT diharapkan mampu mengubah gaya mobilisasi masyarakat Ibu Kota.
Perhatian besar pada MRT ditunjukkan dengan uji coba yang tengah dilakukan. Bukan hanya masyarakat umum yang sudah mencoba MRT dengan rute Lebak Bulus hingga Bundaran HI ini, beberapa pejabat setingkat menteri bahkan presiden pun telah mencoba. MRT menjadi harapan bagi semua pihak untuk menjadi solusi bagi mobilitas masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Transportasi massal lainnya yang menjadi sorotan adalah commuter line. Seperti MRT, commuter line kali ini juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan menaiki commuter line jurusan Bogor dan naik dari Stasiun Tanjung Barat, Presiden Jokowi ingin mendengar dan merasakan langsung keluhan terhadap commuter line. Angkutan massal jenis ini dikeluhkan sangat padat ketika jam berangkat dan pulang kerja. Dan, Presiden Jokowi membenarkan keluhan tersebut.
Persoalannya adalah untuk menambah frekuensi perjalanan sulit dilakukan karena banyak perlintasan sebidang. Jika ditambah perjalanan maka berdampak pada kemacetan jalan raya. Solusi sementara adalah menggunakan jalur rel elevated. Namun, lagi-lagi biaya yang dibutuhkan tidak murah alias sangat mahal.
Isu transportasi massal lain menyedot perhatian adalah tergulingnya rangkaian commuter line di daerah Bogor, Jawa Barat. Akibatnya, tidak hanya perjalanan kereta dari Bogor ke Depok hingga Jakarta Kota ataupun daerah lainnya jadi terganggu, tetapi juga 17 penumpang menjadi korban luka-luka. Bahkan, pihak commuter line menyarankan menggunakan transportasi massal yang lain.
Kejadian ini pun memunculkan kritik, bahwa pengelola kurang teliti dalam mengawasi jalur commuter line. Memang kejadian tersebut disebutkan tiang listrik yang roboh dan menimpa rangkaian. Beberapa pihak meminta agar pihak commuter line benar-benar mensterilkan jalur commuter line. Meski itu bukan pekerjaan yang mudah, mungkin seperti pekerjaan menambah frekuensi perjalanan.
Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa transportasi massal bukan menjadi sekadar keinginan. Transportasi massal benar-benar menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Bahkan jika melihat lebih dalam, transportasi massal yang aman dan layak yang dibutuhkan. Harus diakui, dalam beberapa tahun ini telah terjadi evolusi transportasi massal di Jakarta dan sekitarnya. Commuter line memang menjadi primadona masyarakat greater Jakarta. Pun bus Transjakarta yang mampu memberikan pelayanan kepada mobilitas masyarakat. Namun, transportasi massal yang seperti di atas tidak boleh sekadar ada, tetapi juga harus benar-benar aman dan nyaman.
Sekadar ada saja tidak cukup. Jadi wajar, ketika ada kejadian sedikit saja maka akan menjadi pembicaraan di masyarakat. Dalam hal ini, commuter line masih menjadi andalan masyarakat greater Jakarta. Maka ketika terjadi persoalan sedikit akan menjadi sorotan. Seolah commuter line memikul tanggung jawab sendiri terhadap solusi transportasi massal yang aman dan nyaman.
MRT yang segera hadir dan LRT yang tengah digarap, diharapkan ikut mampu kebutuhan masyarakat ini. Kebutuhan yang bukan sekadar ada, melainkan juga aman dan nyaman. MRT yang sebentar lagi bisa benar-benar digunakan masyarakat harus bisa menjawab kebutuhan transportasi massal yang aman dan nyaman. Mitigasi risiko tentu telah diperhitungkan dengan matang oleh pihak MRT. Namun, tetap harus dicermati karena kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks tentang transportasi massal. Perpanjangan rute dari Bundaran HI hingga Kampung Bandan atau bahkan Ancol akan dilakukan.
LRT yang tengah dibangun dari Bekasi Timur hingga Jakarta, dan Bogor hingga Jakarta juga diharapkan memberikan solusi transportasi yang aman dan nyaman. Kehadiran MRT dan LRT ini diharapkan mengurangi tanggung jawab commuter line untuk memberikan rasa aman dan nyaman ini. Masyarakat akan mempunyai banyak pilihan menggunakan transportasi massal yang aman dan layak. Bisa jadi sebagian persoalan yang sulit dijawab commuter line tentang rasa aman dan nyaman bisa dijawab oleh MRT dan LRT, sehingga masyarakat benar-benar terlayani dengan transportasi massal yang terus digenjot pemerintah ini.
Perhatian besar pada MRT ditunjukkan dengan uji coba yang tengah dilakukan. Bukan hanya masyarakat umum yang sudah mencoba MRT dengan rute Lebak Bulus hingga Bundaran HI ini, beberapa pejabat setingkat menteri bahkan presiden pun telah mencoba. MRT menjadi harapan bagi semua pihak untuk menjadi solusi bagi mobilitas masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Transportasi massal lainnya yang menjadi sorotan adalah commuter line. Seperti MRT, commuter line kali ini juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan menaiki commuter line jurusan Bogor dan naik dari Stasiun Tanjung Barat, Presiden Jokowi ingin mendengar dan merasakan langsung keluhan terhadap commuter line. Angkutan massal jenis ini dikeluhkan sangat padat ketika jam berangkat dan pulang kerja. Dan, Presiden Jokowi membenarkan keluhan tersebut.
Persoalannya adalah untuk menambah frekuensi perjalanan sulit dilakukan karena banyak perlintasan sebidang. Jika ditambah perjalanan maka berdampak pada kemacetan jalan raya. Solusi sementara adalah menggunakan jalur rel elevated. Namun, lagi-lagi biaya yang dibutuhkan tidak murah alias sangat mahal.
Isu transportasi massal lain menyedot perhatian adalah tergulingnya rangkaian commuter line di daerah Bogor, Jawa Barat. Akibatnya, tidak hanya perjalanan kereta dari Bogor ke Depok hingga Jakarta Kota ataupun daerah lainnya jadi terganggu, tetapi juga 17 penumpang menjadi korban luka-luka. Bahkan, pihak commuter line menyarankan menggunakan transportasi massal yang lain.
Kejadian ini pun memunculkan kritik, bahwa pengelola kurang teliti dalam mengawasi jalur commuter line. Memang kejadian tersebut disebutkan tiang listrik yang roboh dan menimpa rangkaian. Beberapa pihak meminta agar pihak commuter line benar-benar mensterilkan jalur commuter line. Meski itu bukan pekerjaan yang mudah, mungkin seperti pekerjaan menambah frekuensi perjalanan.
Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa transportasi massal bukan menjadi sekadar keinginan. Transportasi massal benar-benar menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Bahkan jika melihat lebih dalam, transportasi massal yang aman dan layak yang dibutuhkan. Harus diakui, dalam beberapa tahun ini telah terjadi evolusi transportasi massal di Jakarta dan sekitarnya. Commuter line memang menjadi primadona masyarakat greater Jakarta. Pun bus Transjakarta yang mampu memberikan pelayanan kepada mobilitas masyarakat. Namun, transportasi massal yang seperti di atas tidak boleh sekadar ada, tetapi juga harus benar-benar aman dan nyaman.
Sekadar ada saja tidak cukup. Jadi wajar, ketika ada kejadian sedikit saja maka akan menjadi pembicaraan di masyarakat. Dalam hal ini, commuter line masih menjadi andalan masyarakat greater Jakarta. Maka ketika terjadi persoalan sedikit akan menjadi sorotan. Seolah commuter line memikul tanggung jawab sendiri terhadap solusi transportasi massal yang aman dan nyaman.
MRT yang segera hadir dan LRT yang tengah digarap, diharapkan ikut mampu kebutuhan masyarakat ini. Kebutuhan yang bukan sekadar ada, melainkan juga aman dan nyaman. MRT yang sebentar lagi bisa benar-benar digunakan masyarakat harus bisa menjawab kebutuhan transportasi massal yang aman dan nyaman. Mitigasi risiko tentu telah diperhitungkan dengan matang oleh pihak MRT. Namun, tetap harus dicermati karena kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks tentang transportasi massal. Perpanjangan rute dari Bundaran HI hingga Kampung Bandan atau bahkan Ancol akan dilakukan.
LRT yang tengah dibangun dari Bekasi Timur hingga Jakarta, dan Bogor hingga Jakarta juga diharapkan memberikan solusi transportasi yang aman dan nyaman. Kehadiran MRT dan LRT ini diharapkan mengurangi tanggung jawab commuter line untuk memberikan rasa aman dan nyaman ini. Masyarakat akan mempunyai banyak pilihan menggunakan transportasi massal yang aman dan layak. Bisa jadi sebagian persoalan yang sulit dijawab commuter line tentang rasa aman dan nyaman bisa dijawab oleh MRT dan LRT, sehingga masyarakat benar-benar terlayani dengan transportasi massal yang terus digenjot pemerintah ini.
(kri)