Tim Jokowi-Ma'ruf Pertanyakan Kritikan Prabowo tentang Otak Jahat
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, Inas Nasrullah Zubir, mempertanyakan kritikan calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut ada otak jahat berkumpul di dunia intelijen. Inas menilai Prabowo sedang bernostalgia.
"Jangan-jangan Prabowo sedang bernostalgia dengan masa lalunya agar masyarakat menebak sendiri, sejauh mana perbuatan Prabowo di era Orde Baru. Bukankah dia juga ikut berkecimpung di dalam kekejaman dunia intelijen pada masa mertuanya, Soeharto, yang berkuasa secara otoriter di Indonesia?" kata Inas dalam keterangan tertulis, Selasa (5/3/2019).
Inas mendesak Prabowo menjelaskan kepada masyarakat, siapakah yang dimaksud dengan otak jahat dan kejam tersebut.
Inas berpendapat, Prabowo hanya melampiaskan kekecewaan masa lalunya yang terlambat mengudeta pemerintahan yang dipimpin Soeharto.
"Padahal, saat itu, peluang kudeta sangat besar karena perekonomian Indonesia sedang bleeding, dengan inflasi sekitar 78%, pertumbuhan ekonomi -13% dan rupiah terpuruk dari Rp2.500 ke Rp13.000 per dollar AS,” kata Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR itu.
"Prabowo harus menjelaskan kepada rakyat Indonesia, bagaimana cara dia, mantan mertuanya, dan mantan ipar-iparnya memperoleh kekayaan bertriliun-triliun saat Indonesia sedang bleeding di era Orde Baru tersebut,” sambung Inas.
Sebelumnya, dalam acara konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (3/3) lalu, Prabowo menyebut otak-otak jahat banyak yang berkumpul di dunia intelijen.
Prabowo lalu menjelaskan pernyataannya itu dengan mengambil contoh kasus teror. Pelaku kasus teror bisa dicap dari kelompok tertentu padahal hal itu belum bisa dipastikan.
"Jangan-jangan Prabowo sedang bernostalgia dengan masa lalunya agar masyarakat menebak sendiri, sejauh mana perbuatan Prabowo di era Orde Baru. Bukankah dia juga ikut berkecimpung di dalam kekejaman dunia intelijen pada masa mertuanya, Soeharto, yang berkuasa secara otoriter di Indonesia?" kata Inas dalam keterangan tertulis, Selasa (5/3/2019).
Inas mendesak Prabowo menjelaskan kepada masyarakat, siapakah yang dimaksud dengan otak jahat dan kejam tersebut.
Inas berpendapat, Prabowo hanya melampiaskan kekecewaan masa lalunya yang terlambat mengudeta pemerintahan yang dipimpin Soeharto.
"Padahal, saat itu, peluang kudeta sangat besar karena perekonomian Indonesia sedang bleeding, dengan inflasi sekitar 78%, pertumbuhan ekonomi -13% dan rupiah terpuruk dari Rp2.500 ke Rp13.000 per dollar AS,” kata Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR itu.
"Prabowo harus menjelaskan kepada rakyat Indonesia, bagaimana cara dia, mantan mertuanya, dan mantan ipar-iparnya memperoleh kekayaan bertriliun-triliun saat Indonesia sedang bleeding di era Orde Baru tersebut,” sambung Inas.
Sebelumnya, dalam acara konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (3/3) lalu, Prabowo menyebut otak-otak jahat banyak yang berkumpul di dunia intelijen.
Prabowo lalu menjelaskan pernyataannya itu dengan mengambil contoh kasus teror. Pelaku kasus teror bisa dicap dari kelompok tertentu padahal hal itu belum bisa dipastikan.
(maf)