Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Berperan Cegah Terorisme

Rabu, 20 Februari 2019 - 06:40 WIB
Forum Koordinasi Pencegahan...
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Berperan Cegah Terorisme
A A A
JAKARTA - Persoalan terorisme sampai saat ini menjadi masalah sangat kompleks sehingga upaya pencegahannya pun tidak sederhana. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sejak 2012 berperan mencegah aksi teroris dengan cara soft approach.

”Soft approach dalam pencegahan terorisme ini jadi idola dunia, Indonesia jadi contoh. Ini yang akan terus kami kembangkan ssehingga FKPT kami harapkan terus berupaya melakukan pendekatan terhadap kelompok-kelompok yang sebelumnya sudah akan menjadi embrio dari teroris,” ungkap Suhardi Alius saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 32 FKPT se-Indonesia di Jakarta, 18-20 Februari.

Pembentukan FKPT, kata Suhardi, merupakan salah satu upaya yang dilakukan BNPT dalam mencegah terorisme di seluruh Indonesia. FKTP diharapkan bisa menghimpun dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan terorisme dengan berbasiskan penerapan nilai-nilai kearifan lokal dari masing-masing daerah.

“Peran FKPT agar bisa mengatasi kekacauan dalam upaya melunakkan hati nurani dari masing-masing agar tidak lagi merasa perbuatannya benar dalam kehidupan yang nantinya akan menyesatkan diri sendiri,” ujarnya.

Suhardi juga menjelaskan, sesuai dengan UU Antiterorisme yang baru, BNPT akan dikembangkan menjadi enam deputi dan akan menempatkan perwakilan di luar negeri. Pengembangan ini guna menjawab tantangan zaman yang sangat berat. Apalagi, teknologi telah menggerus nilai-nilai moral di tengah masyarakat.

“Perwakilan ini perlu, karena ada kasus-kasus terorisme yang melibatkan WNI. Contoh ISIS. Juga ada list dari Amerika yang mencekal 36.000 orang dari seluruh dunia dan pasti ada WNI-nya. Di situ perlunya perwakilan. Etika sudah tereduksi. Anak SMP bisa seenaknya memukul gurunya, menantang gurunya. Ini berbahaya bagi kehidupan kita. Dari hal-hal kecil, ini bisa muncul bibit radikalisme,” katanya.

Menurut Suhardi, saat inilah momen tepat memformulasikan pencegahan terorisme. Salah satunya sebagai solusi daya tangkal adalah kearifan lokal. “Persoalannya kita tidak punya dokumentasi yang kuat tentang budaya. Padahal, di sana itu ada nilai-nilai filosofis dan moral. Akibatnya, anak-anak muda tidak mengenal lokal genius. Cek saja sejauh mana pengetahuan budaya anak milenial. Sementara di saat yang sama, mereka mengonsumsi atau diterpa budaya luar,” jelasnya.

Pada kesempatan sama, Kepala Subbidang Pembinaan Masyarakat BNPT Andi Intang Dulung menjelaskan, FKTP dalam kerjanya menggunakan komunikasi persuasif yang penyampaian pesan oleh komunikator dengan sadar yang mengandung upaya untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain.

“Pesan yang disampaikan harus mengandung ajakan, imbauan yang dapat membangkitkan, dan meyakinkan kesadaran pribadi disertai dengan rasa senang, sehingga terbentuk perubahan sikap, pendapat, dan perilaku dengan menyentuh aspek-aspek psikologis. Itu agar mereka meninggalkan ideologi radikal,” katanya.

FKPT, kata Andi, juga memiliki fungsi meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa melalui pendidikan formal dan nonformal. Hal ini dalam rangka mengantisipasi tumbuh kembangnya paham-paham radikal.

“Kemudian, FKPT juga meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, meningkatkan partisipasi pemuda, perempuan, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan media massa dalam rangka penguatan ketahanan daerah maupun ketahanan nasional, menyelenggarakan pengkajian dan penelitian mengenai gejala dan potensi terjadinya radikalisme maupun terorisme,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua FKPT Lampung Irwan Sihar Marpaung yang turut hadir mengungkapkan dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan radikal, pihaknya selalu mengikutsertakan tokoh-tokoh agama, ormas-ormas, dan kepala desa.

“Ini memudahkan kami dalam menyosialisasikan pencegahan radikal terorisme agar seluruh orang dapat mencegah bahkan memberantas bibit-bibit pelaku tersebut. Tidak ada dalam semua agama apa pun yang memperbolehkan membunuh satu orang manusia. Apalagi, terorisme ini sangat menyalahi aturan yang telah ditetapkan agama masing-masing,” katanya.

Irwan mengatakan, tokoh agama sangat membantu dalam pelaksanaan sosialisasi pencegahan paham radikalisme. Pasalnya, tokoh agama memberikan pemahaman keagamaan agar tidak terjerumus ke dalam paham radikal.

“Kelompok penyebar ideologi radikal kan seperti memberikan pemahaman keagamaan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah agama yang benar. Jadi, tokoh agama memberi pemahaman keagamaan yang sesuai dengan kaidah agama yang benar, sehingga mereka tidak menyesatkan apalagi hidup di negara yang berdasarkan Pancasila,” tegasnmya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6842 seconds (0.1#10.140)