Fahira Idris: Usut Tuntas Aktor di Balik Tabloid Indonesia Barokah
A
A
A
JAKARTA - Peredaran tabloid Indonesia Barokah secara masif di berbagai wilayah di Pulau Jawa terutama di masjid-masjid dinilai harus menjadi perhatian serius penyelenggara pemilu, kepolisian, kedua tim sukses, dan pihak terkait lainnya.
Peredaran tabloid itu membuat tensi Pemilu 2019 terutama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) yang saat ini cukup panas dikhawatirkan semakin mengkristal akibat masifnya penyebaran tabloid yang menyudutkan salah satu pasangan calon.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengungkapkan, kehadiran tabloid Indonesia Barokah tidak hanya mencederai proses demokrasi dan penyelenggaraan Pemilu 2019, tetapi juga merugikan kedua pasangan calon.
Sementara di tataran masyarakat, kata dia, tabloid tersebut menimbulkan keresahan dan berpotensi menjadi sumber kegaduhan dan konflik karena memantik sikap saling curiga di antara pemilih paslon nomor 01 dan 02.
Menurut dia, patut diduga kuat penyebaran tabloid ini ke tengah-tengah masyarakat untuk menyemai konflik dan gesekan.
"Kalau memang isinya memenuhi standar jurnalistik, tidak bernuansa hoaks, tendensius dan tidak berniat mengadu domba kita, pasti mereka mencantumkan penanggung jawab, awak redaksi, termasuk kontak dan alamat redaksi yang benar-benar ada, bukan fiktif atau palsu. Ini kan tidak, makanya harus diusut tuntas siapa ‘otak’ dan ‘aktornya’,” tutur Fahira, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (29/1).
Menurut Fahira, penerbitan dan penyebaran tabloid tersebut tidak boleh dianggap sebatas gerakan biasa atau hanya sebatas penyampaian pendapat.
Jika ditelik dari biaya pengiriman tabloid ini ke berbagai wilayah yang menghabiskan uang miliaran rupiah, kata dia, patut diduga kuat kehadiran tabloid ini ingin memantik kegaduhan dan keresahan menjelang Pemilu 2019. (Baca juga: Dewan Pers Temukan Kejanggan Tabloid Indonesia Barokah )
Kedua pasangan calon, lanjut Fahira, jelas dirugikan oleh tabloid ini. Oleh karena itu, tabloid ini jangan diberi ruang apalagi ditolerir. Karena, jika tabloid ini lepas dari jerat hukum, dapat dipastikan tabloid-tabloid sejenis yang isinya bernuansa hoaks dan menyudutkan salah satu pasangan calon akan membanjiri masyarakat.
“Ingat, Pemilu 2019 pertaruhan besar bagi bangsa ini. Apa jadinya jika ruang-ruang publik kita menjelang 17 April dipenuhi oleh informasi-informasi seperti yang ada di tabloid Indonesia Barokah ini. Pemilu bisa kacau, karena sedikit saja terjadi gesekan, sangat berpotensi melahirkan konflik terutama ditataran masyarakat yang pilihan politiknya berbeda,” tutur Fahira. (Baca juga: Kubu Prabowo Nilai Penyebaran Tabloid Indonesia Barokah Cara Primitif )
Peredaran tabloid itu membuat tensi Pemilu 2019 terutama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) yang saat ini cukup panas dikhawatirkan semakin mengkristal akibat masifnya penyebaran tabloid yang menyudutkan salah satu pasangan calon.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengungkapkan, kehadiran tabloid Indonesia Barokah tidak hanya mencederai proses demokrasi dan penyelenggaraan Pemilu 2019, tetapi juga merugikan kedua pasangan calon.
Sementara di tataran masyarakat, kata dia, tabloid tersebut menimbulkan keresahan dan berpotensi menjadi sumber kegaduhan dan konflik karena memantik sikap saling curiga di antara pemilih paslon nomor 01 dan 02.
Menurut dia, patut diduga kuat penyebaran tabloid ini ke tengah-tengah masyarakat untuk menyemai konflik dan gesekan.
"Kalau memang isinya memenuhi standar jurnalistik, tidak bernuansa hoaks, tendensius dan tidak berniat mengadu domba kita, pasti mereka mencantumkan penanggung jawab, awak redaksi, termasuk kontak dan alamat redaksi yang benar-benar ada, bukan fiktif atau palsu. Ini kan tidak, makanya harus diusut tuntas siapa ‘otak’ dan ‘aktornya’,” tutur Fahira, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (29/1).
Menurut Fahira, penerbitan dan penyebaran tabloid tersebut tidak boleh dianggap sebatas gerakan biasa atau hanya sebatas penyampaian pendapat.
Jika ditelik dari biaya pengiriman tabloid ini ke berbagai wilayah yang menghabiskan uang miliaran rupiah, kata dia, patut diduga kuat kehadiran tabloid ini ingin memantik kegaduhan dan keresahan menjelang Pemilu 2019. (Baca juga: Dewan Pers Temukan Kejanggan Tabloid Indonesia Barokah )
Kedua pasangan calon, lanjut Fahira, jelas dirugikan oleh tabloid ini. Oleh karena itu, tabloid ini jangan diberi ruang apalagi ditolerir. Karena, jika tabloid ini lepas dari jerat hukum, dapat dipastikan tabloid-tabloid sejenis yang isinya bernuansa hoaks dan menyudutkan salah satu pasangan calon akan membanjiri masyarakat.
“Ingat, Pemilu 2019 pertaruhan besar bagi bangsa ini. Apa jadinya jika ruang-ruang publik kita menjelang 17 April dipenuhi oleh informasi-informasi seperti yang ada di tabloid Indonesia Barokah ini. Pemilu bisa kacau, karena sedikit saja terjadi gesekan, sangat berpotensi melahirkan konflik terutama ditataran masyarakat yang pilihan politiknya berbeda,” tutur Fahira. (Baca juga: Kubu Prabowo Nilai Penyebaran Tabloid Indonesia Barokah Cara Primitif )
(dam)