Prospek Industri Maritim di Era Revolusi Industri 4.0

Kamis, 10 Januari 2019 - 09:15 WIB
Prospek Industri Maritim di Era Revolusi Industri 4.0
Prospek Industri Maritim di Era Revolusi Industri 4.0
A A A
M Badrus Zaman
Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS Surabaya
Pengurus Pusat Ikatan alumni (IKA) ITS Surabaya
Masyarakat di berbagai sektor di belahan dunia mana pun saat ini sedang mempersiapkan diri atas kedatangan Revolusi Industri 4.0. Persiapan itu meliputi aktivitas untuk penyesuaian dan mengatur strategi. Sebab, hadirnya era revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat di berbagai sektor. Perubahan itu dapat dilihat pada cara kerja, pola pikir, sistem digital yang diaplikasikan, kecepatan mendapatkan hasil berkualitas, dan sebagainya. Maka, kehadirannya harus dijawab dengan kesiapan sumber daya manusia untuk unggul pada berbagai sektor.

Orientasi pada hasil dan berdampak merupakan output yang diharapkan di era ini. Cara kerja juga harus berubah. Jika tidak, tentu akan mengalami ketinggalan dan tidak mampu bersaing dalam menampilkan yang terbaik. Revolusi Industri 4.0 memang memberikan tantangan menarik sekaligus memberikan peluang untuk menciptakan cara baru, sistem baru, dan budaya baru dalam kehidupan. Cara kerja ala 4.0 harus dikelola dengan baik dan mampu menghasilkan output yang diinginkan sesuai perencanaan yang dibuat. Dampak kehadiran Revolusi Industri 4.0 akan tampak jelas pada sektor industri maritim.

Sektor industri maritim saat ini sedang menata diri untuk menyambut kedatangan Revolusi Industri 4.0. Kesiapan industri maritim dalam menata sumber daya manusia dan infrastruktur teknologi informasi tampak di beberapa titik di negeri ini. Bentuk kesiapan inilah yang akan memengaruhi kekuatan persaingan di era global. Bagi yang tidak siap, maka jelas akan berdampak negatif terhadap keberlangsungan industri tersebut.

Agar kesadaran maritim bangsa ini selalu kuat, perlu diingat bahwa hasil Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957 telah menambah luas laut Indonesia. Pada saat itu, Amerika, Australia, Belanda, dan Selandia Baru keras menentang dan tidak mengakui konsepsi Nusantara. Hanya Uni Soviet dan Republik Rakyat China yang menyetujui. Sekadar mengingatkan, tanpa Deklarasi Juanda, perairan Indonesia akan sangat sempit.

Wilayah laut Indonesia hanya meliputi laut sejauh 3 mil dari garis pantai pulau-pulau. Kondisi itu tentu berpotensi jadi ancaman terhadap keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab, dengan garis pantai hanya 3 mil, bakal terdapat laut internasional yang memisahkan satu pulau dengan pulau lain. Alhasil, sebagai negara maritim terbesar di dunia, fakta mengatakan bahwa 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan yang kaya akan sumber daya alam antara lain pertambangan, perikanan, dan pariwisata sehingga memerlukan pengelolaan yang terintegrasi. Maka, kebijakan pemanfaatan serta pengembangannya perlu dilaksanakan secara sinergis dan terkoordinasi.

Bila melihat fakta, tergambar jelas betapa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu mengubah dunia serta mampu membawa kemajuan dan dampak positif bagi kehidupan manusia. Saat era Revolusi Industri 1.0 dimulai, jelas sekali betapa pada Revolusi Industri 1.0 telah mampu membawa perubahan. Saat itu tenaga manusia dan hewan terganti dengan kemunculan mesin uap sekitar abad 18. Kondisi ini tercatat sejarah bahwa sektor perekonomian mampu terangkat secara spektakuler saat itu.
Kemudian pada era Revolusi Industri 2.0, telah terjadi era yang mengejutkan dengan munculnya teknologi pembangkit tenaga listrik. Pada era ini memiliki dampak dengan kemunculan mobil, pesawat terbang, pesawat telepon, dan sebagainya yang mampu mengubah wajah dunia secara dramatis dan mengejutkan. Saat itu masyarakat di dunia sangat menyambut hangat perubahan dan menikmatinya dengan gegap gempita.

Selanjutnya, era Evolusi Industri 3.0 hadir di dunia dengan datangnya teknologi komputer, internet, serta digital yang telah mampu memberi warna beda dan maju dunia. Bahkan mampu mengubah gaya hidup seseorang, cara kerja, dan pola pikir dalam menyelesaikan masalah.Kehadiran revolusi industri ketiga bahkan tidak hanya mampu mengubah dunia industri, namun juga mengubah budaya dan habit generasi secara mendasar dan menyeluruh. Kehadiran revolusi industri keempat atau yang lebih dikenal dengan era industri 4.0 ini diwarnai atau ditandai dengan hadirnya teknologi komputer super serta intelegensi artifisial atau kecerdasan buatan. Pada era ini tentu akan banyak pekerjaan hilang dan digantikan dengan robot atau kecerdasan buatan.

Prospek Industri Maritim
Indonesia sudah mendeklarasikan diri untuk memperkuat tol laut nasional dan menjadi poros maritim dunia. Dengan fakta ini, tentu persiapan yang komprehensif harus dilakukan. Era Revolusi Industri 4.0 jika disiapkan dengan baik dan dimanfaatkan dengan siap justru akan membuka prospek cerah dan membuka peluang baru, bahkan mempermudah proses mengembangkan industri maritim di Indonesia.

Nah, sebagai negara maritim, Indonesia harus mampu merealisasikan program pengembangan industri maritim yang sudah diagendakan. Industri maritim Tanah Air harus semakin kuat. Datangnya Revolusi Industri 4.0 tentu akan menjadi tantangan sekaligus peluang. Ekspansi sistem digital dan perkembangan internet sudah sedemikian meluas dan kuat. Respons industri maritim harus cepat dan perlu mengambil langkah-langkah strategik menyikapinya.

Maka, perlu dilakukan strategi untuk menyikapi era Revolusi Industri 4.0, yaitu, pertama, memperkuat sinergi. Pada konteks ini, sinergi antarpelaku maritim, sektor pendidikan, industri maritim dan penunjang lain, serta pemerintah harus diperkuat. Sinergi ini akan mampu menjaring problem dan menemukan solusi untuk terus berkembang. Di sinilah kebangkitan industri maritim nasional lahir.

Kedua, memperkuat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Pada tahap ini tentu merupakan peluang yang harus direalisasikan. Tahapan-tahapan harus jelas. Sektor maritim jika diperkuat dengan implementasi TKDN akan mampu mengangkat perekonomian nasional bangsa. Saat ini mayoritas komponen penunjang industri kapal misalnya masih impor. Tentu hal ini harus segera dicarikan solusi agar TKDN makin tinggi. Era Revolusi Industri 4.0 membuka peluang besar meningkatkan TKDN.

Ketiga, pacu kerja 4.0. Di sini berarti harus ada kolaborasi, kecepatan kerja, berdampak pada hasil yang berkualitas dan bermanfaat, SDM yang unggul, serta proses digital mewarnai proses produksi, marketing, dan proses kerja. Kerja 4.0 ini akan mampu memberikan solusi untuk selalu fokus pada pengembangan organisasi untuk memproduksi hasil. Industri maritim harus didukung dengan pola kerja 4.0 agar pembangunan industri maritim bisa maju pesat dan sesuai yang dicita-citakan.

Keempat, memperkuat jejaring maritim. Pada tahap ini, jejaring sangat diperlukan sebagai modal untuk memperkuat posisi industri maritim dan pengembangannya. Perubahan yang cepat harus selalu diikuti dan disikapi dengan cepat pula. Sebab, jika tidak, akan mengalami ketertinggalan yang sangat merugikan. Jejaring yang kuat akan mampu memberikan kemudahan dan terbukanya peluang besar. Kebangkitan industri maritim akan mudah jika jejaring kuat.

Empat tahapan di atas merupakan langkah-langkah strategi bagaimana industri maritim berkembang dan memanfaatkan prospek industri maritim untuk mengembangkan industri tersebut. Label Indonesia sebagai negara dengan program maritim harus dijaga dengan baik dalam bentuk partisipasi aktif membangun maritim Indonesia. Kecintaan terhadap industri maritim juga harus dibangun sejak dini agar ada kesinambungan dan sustain untuk terus memajukan industri maritim Indonesia. Semakin maju dan berkembang industri maritim, akan semakin maju pula industri penunjang lainnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1526 seconds (0.1#10.140)