Ini Upaya Kemensos Bantu Pulihkan Korban Tsunami Selat Sunda
A
A
A
JAKARTA - Bencana tsunami terjadi di Selat Sunda, Sabtu 22 Desember 2018 malam. Dampak bencana meliputi daerah pesisir di pantai barat Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, dan di pantai selatan Provinsi Lampung meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawaran.
Ketinggian tsunami bervariasi sehingga membuat kerusakan tiap wilayah berbedabeda. Tinggi tsunami kemungkinan mencapai 5 meter.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dampak tsunami Selat Sunda per 30 Desember 2018 pukul 13.00 WIB telah menelan korban meninggal 430 jiwa, korban hilang 23 jiwa, korban luka berat/rawat inap 7.202 jiwa.
Tsunami juga merusak 1.296 rumah dan 34.817 jiwa mengungsi.
Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan status tanggap darurat terhitung mulai 22 Desember 2018 hingga 31 Maret 2019.
Kabupaten Lampung Selatan menetapkan status tanggap darurat mulai 23-29 Desember 2018 kemudian diperpanjang menjadi 30 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019.
Sementara Kabupaten Pandeglang menetapkan status tanggap darurat mulai 23 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Hikmat menjelaskan, tiga langkah yang dilakukan pada masa tanggap darurat bencana adalah pengerahan Tim Penanganan Terpadu, pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan, dan pemberian santunan ahli waris.
"Tim Penanganan Terpadu bertugas melakukan proses pendampingan dan verifikasi data korban, pengerahan personel Tagana (Taruna Siaga Bencana) dan relawan lain dari kabupaten dan provinsi lain untuk membantu Tagana lokal yang telah beraktivitas lebih awal, dan mengaktivasi klaster nasional bidang pengungsian dan perlindungan," tutur Harry, Selasa (1/1/2019).
Total Tagana yang bertugas di lokasi terdampak tsunami adalah 744 personel. Rinciannya, 552 personel dikerahkan untuk wilayah Banten terdiri atas Tagana Kota Serang, Kota Cilegon, Pandeglang, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan 165 personel dikerahkan untuk beroperasi di wilayah Provinsi Lampung, yakni Tagana dari Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kendaraan siaga bencana yang diterjunkan sebanyak 21 rescue tactical unit RTU), delapan mobil dapur umum, dan tiga truk.
Kemudian pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan, pemerintah mendistribusikan tenda serba guna keluarga dan tenda gulung sebanyak 332 unit, Velbed, Selimut dan Kasur Busa sebanyak 1.600 Unit, Pembagian perlengkapan keluarga dan anak-anak sebanyak 400 paket.
"Untuk Pemberian santunan ahli waris telah diberikan kepada ahli waris korban meninggal sebanyak lima jiwa di Banten dan empat jiwa di Lampung. Selebihnya masih proses pendataan dan verifikasi untuk disalurkan kepada ahli waris korban meninggal," kata Harry.
Dalam setiap kejadian bencana alam, pemerintah dalam hal ini Kemensos hadir di tengah lokasi bencana memberikan perlindungan sosial korban bencana alam.
Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam meliputi tiga tahap, yakni prabencana saat bencana dan pascabencana.
Pada tahap prabencana, Kementerian Sosial (Kemensos) membangun sistem kesiapsiagaan dan mitigasi bencana meliputi penyiapan bufferstock logistik, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan Tagana, Kampung Siaga Bencana (KSB) dan petugas lainnya.
Pada saat bencana mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk penanggulangan bencana alam secara terpadu.
Sistem itu adalah klaster nasional yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana Kementerian Sosial bertugas dalam klaster perlindungan dan pengungsian, dan klaster logistik.
"Fokus penanganan adalah evakuasi pengungsi ke tempat aman, serta kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya," kata Agus.
Pada saat terjadinya bencana dan pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat, Kemensos mengerahkan seluruh potensi penanggulangan bencana alam, yakni pengerahan personel Tagana dan Sahabat Tagana, KSB, kendaraan siaga bencana, barang persediaan, alat evakuasi, alat dan sistem komunikasi, dan kerja sama lembaga pemerintah dengan LSM.
"Barang persediaan terdiri atas makanan, sandang, kebutuhan keluarga dan anak, kebutuhan khusus untuk penyandang disabilitas. Ini adalah kebutuhan mendesak yang diperlukan warga terdampak bencana," tutur Mensos.
Selain pemenuhan kebutuan makanan, perlindungan sosial korban bencana alam juga memprioritaskan tersedianya alat evakuasi terdiri atas tenda pengungsi, tenda dapur umum, tenda keluarga di lokasi pengungsian.
Kemensos, kata dia, juga memiliki alat evakuasi berupa perahu karet, perahu seafrog polytheline, perahu doplhin, kapal cepat evakuasi dan logistik yang siap digunakan bila diperlukan.
"Kendaraan siaga bencana juga wajib siap 24 jam sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya mobil dapur umum lapangan, mobil rescue tactical unit (RTU), truk bak kayu, mobil tangki air, motor trail," tuturnya.
Seluruh barang persediaan dan alat evakuasi disimpan di gudang logistik terdiri atas satu gudang pusat, dua gudang regional, 34 lokasi gudang provinsi, dan 514 lokasi gudang kabupaten dan kota.
Gudang Pusat berada di Bekasi, Jawa Barat dan dua gudang regional meliputi gudang regional timur di Makassar dan gudang regional barat di Palembang.
Selanjutnya, untuk mempercepat penanganan korban bencana alam, Kemensos bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, empat lembaga PBB, 12 LSM Internasional dan lebih dari 100 LSM, serta peran dunia usaha melalui corporate responsibility social (CSR) mereka.
"Terakhir atau tahap ketiga, setelah masa tanggap darurat bencana selesai adalah melakukan pemulihan dan penguatan korban," katanya.
Tahap itu meliputi pemberian bantuan pemulihan sosial terdiri atas jaminan hidup, BBR, santunan dan isi hunian tetap, serta yang sangat penting adalah layanan dukungan psikososial (LDP).
"Layanan LDP ini bahkan telah kami mulai sehari setelah bencana terjadi untuk memberikan kekuatan dan pendampingan kepada warga terdampak bencana," tutur Agus.
Ketinggian tsunami bervariasi sehingga membuat kerusakan tiap wilayah berbedabeda. Tinggi tsunami kemungkinan mencapai 5 meter.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dampak tsunami Selat Sunda per 30 Desember 2018 pukul 13.00 WIB telah menelan korban meninggal 430 jiwa, korban hilang 23 jiwa, korban luka berat/rawat inap 7.202 jiwa.
Tsunami juga merusak 1.296 rumah dan 34.817 jiwa mengungsi.
Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan status tanggap darurat terhitung mulai 22 Desember 2018 hingga 31 Maret 2019.
Kabupaten Lampung Selatan menetapkan status tanggap darurat mulai 23-29 Desember 2018 kemudian diperpanjang menjadi 30 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019.
Sementara Kabupaten Pandeglang menetapkan status tanggap darurat mulai 23 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Hikmat menjelaskan, tiga langkah yang dilakukan pada masa tanggap darurat bencana adalah pengerahan Tim Penanganan Terpadu, pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan, dan pemberian santunan ahli waris.
"Tim Penanganan Terpadu bertugas melakukan proses pendampingan dan verifikasi data korban, pengerahan personel Tagana (Taruna Siaga Bencana) dan relawan lain dari kabupaten dan provinsi lain untuk membantu Tagana lokal yang telah beraktivitas lebih awal, dan mengaktivasi klaster nasional bidang pengungsian dan perlindungan," tutur Harry, Selasa (1/1/2019).
Total Tagana yang bertugas di lokasi terdampak tsunami adalah 744 personel. Rinciannya, 552 personel dikerahkan untuk wilayah Banten terdiri atas Tagana Kota Serang, Kota Cilegon, Pandeglang, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan 165 personel dikerahkan untuk beroperasi di wilayah Provinsi Lampung, yakni Tagana dari Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kendaraan siaga bencana yang diterjunkan sebanyak 21 rescue tactical unit RTU), delapan mobil dapur umum, dan tiga truk.
Kemudian pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan, pemerintah mendistribusikan tenda serba guna keluarga dan tenda gulung sebanyak 332 unit, Velbed, Selimut dan Kasur Busa sebanyak 1.600 Unit, Pembagian perlengkapan keluarga dan anak-anak sebanyak 400 paket.
"Untuk Pemberian santunan ahli waris telah diberikan kepada ahli waris korban meninggal sebanyak lima jiwa di Banten dan empat jiwa di Lampung. Selebihnya masih proses pendataan dan verifikasi untuk disalurkan kepada ahli waris korban meninggal," kata Harry.
Dalam setiap kejadian bencana alam, pemerintah dalam hal ini Kemensos hadir di tengah lokasi bencana memberikan perlindungan sosial korban bencana alam.
Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam meliputi tiga tahap, yakni prabencana saat bencana dan pascabencana.
Pada tahap prabencana, Kementerian Sosial (Kemensos) membangun sistem kesiapsiagaan dan mitigasi bencana meliputi penyiapan bufferstock logistik, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan Tagana, Kampung Siaga Bencana (KSB) dan petugas lainnya.
Pada saat bencana mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk penanggulangan bencana alam secara terpadu.
Sistem itu adalah klaster nasional yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana Kementerian Sosial bertugas dalam klaster perlindungan dan pengungsian, dan klaster logistik.
"Fokus penanganan adalah evakuasi pengungsi ke tempat aman, serta kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya," kata Agus.
Pada saat terjadinya bencana dan pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat, Kemensos mengerahkan seluruh potensi penanggulangan bencana alam, yakni pengerahan personel Tagana dan Sahabat Tagana, KSB, kendaraan siaga bencana, barang persediaan, alat evakuasi, alat dan sistem komunikasi, dan kerja sama lembaga pemerintah dengan LSM.
"Barang persediaan terdiri atas makanan, sandang, kebutuhan keluarga dan anak, kebutuhan khusus untuk penyandang disabilitas. Ini adalah kebutuhan mendesak yang diperlukan warga terdampak bencana," tutur Mensos.
Selain pemenuhan kebutuan makanan, perlindungan sosial korban bencana alam juga memprioritaskan tersedianya alat evakuasi terdiri atas tenda pengungsi, tenda dapur umum, tenda keluarga di lokasi pengungsian.
Kemensos, kata dia, juga memiliki alat evakuasi berupa perahu karet, perahu seafrog polytheline, perahu doplhin, kapal cepat evakuasi dan logistik yang siap digunakan bila diperlukan.
"Kendaraan siaga bencana juga wajib siap 24 jam sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya mobil dapur umum lapangan, mobil rescue tactical unit (RTU), truk bak kayu, mobil tangki air, motor trail," tuturnya.
Seluruh barang persediaan dan alat evakuasi disimpan di gudang logistik terdiri atas satu gudang pusat, dua gudang regional, 34 lokasi gudang provinsi, dan 514 lokasi gudang kabupaten dan kota.
Gudang Pusat berada di Bekasi, Jawa Barat dan dua gudang regional meliputi gudang regional timur di Makassar dan gudang regional barat di Palembang.
Selanjutnya, untuk mempercepat penanganan korban bencana alam, Kemensos bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, empat lembaga PBB, 12 LSM Internasional dan lebih dari 100 LSM, serta peran dunia usaha melalui corporate responsibility social (CSR) mereka.
"Terakhir atau tahap ketiga, setelah masa tanggap darurat bencana selesai adalah melakukan pemulihan dan penguatan korban," katanya.
Tahap itu meliputi pemberian bantuan pemulihan sosial terdiri atas jaminan hidup, BBR, santunan dan isi hunian tetap, serta yang sangat penting adalah layanan dukungan psikososial (LDP).
"Layanan LDP ini bahkan telah kami mulai sehari setelah bencana terjadi untuk memberikan kekuatan dan pendampingan kepada warga terdampak bencana," tutur Agus.
(dam)