Bencana di Pesisir Selat Sunda

Senin, 24 Desember 2018 - 07:15 WIB
Bencana di Pesisir Selat Sunda
Bencana di Pesisir Selat Sunda
A A A
Duka kembali melanda bangsa ini. Bencana tsunami yang menerjang pesisir Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam menewaskan sedikitnya 222 orang. Bencana datang di saat sejumlah warga sedang menikmati liburan di sejumlah kawasan wisata, antara lain Pantai Anyer dan Tanjung Lesung. Hingga pukul 16.00 WIB kemarin sebanyak 30 orang dilaporkan hilang dan ada 844 yang mengalami luka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah bila melihat parahnya kerusakan akibat terjangan gelombang tinggi ini.

Bencana di pesisir Selat Sunda ini datang tanpa diduga sama sekali. Dugaan sementara, tsunami setinggi hampir satu meter tersebut dipicu longsoran bawah laut akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang tengah erupsi. Namun hingga kemarin koordinasi lembaga terkait masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari tsunami ini.

Kita mengucapkan keprihatinan dan duka mendalam atas musibah ini. Semoga seluruh korban baik yang meninggal dunia maupun yang menderita luka bisa segera dievakuasi dan semua tertangani dengan baik. Kita berharap situasi di kawasan terdampak bencana, terutama di empat kabupaten, yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, dan Tanggamus, juga segera pulih seperti sedia kala.

Ada sejumlah langkah yang seyogianya menjadi prioritas pemerintah dalam upaya membantu korban dan mengatasi dampak bencana ini. Pertama adalah mendahulukan evakuasi terhadap korban, baik yang meninggal dunia maupun yang selamat. Khusus korban luka, mereka harus dipastikan mendapat perawatan medis. Kedua, perlu penyediaan prasarana dan sarana air bersih serta sanitasi bagi warga yang mengungsi. Ada ratusan rumah yang hancur sehingga penghuninya terpaksa tinggal di tenda pengungsian.Para pengungsi ini memerlukan bantuan makanan, obat-obatan, selimut, dan pakaian sesegera mungkin. Ketiga, perlu segera memulihkan infrastruktur jalan agar akses menuju lokasi kembali terbuka. Ini penting agar bantuan untuk para korban bisa tersalurkan dengan baik. Untuk itu ketersediaan alat berat yang cukup untuk menyingkirkan puing-puing reruntuhan bangunan sangat diperlukan. Keempat, segera memulihkan jaringan komunikasi dan listrik yang sempat mati saat bencana terjadi.

Tak kalah penting adalah menyadarkan masyarakat dan wisatawan untuk mewaspadai datangnya tsunami susulan. Warga yang berumah di tepi laut perlu meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Juga perlu diberi pemahaman kepada warga agar tidak mudah termakan informasi sesat atau hoaks dari pihak tak bertanggung jawab. Kawasan pesisir Selat Sunda dinilai masih rawan terjadi tsunami susulan berhubung aktivitas Gunung Anak Krakatau masih terus berlangsung.

Pemerintah layak diapresiasi karena bergerak cepat dalam membantu korban bencana ini. Kemarin Presiden Joko Widodo meminta agar instansi terkait segera melakukan langkah tanggap darurat, mencari dan menemukan korban, serta merawat seluruh korban luka-luka.

Namun ada yang harus menjadi catatan di balik kejadian bencana ini. Salah satu yang diduga penyebab banyaknya jatuh korban jiwa karena ketiadaan early warning system atau peringatan dini saat bencana terjadi. Ini sering menjadi titik lemah setiap kali bencana tiba, terutama tsunami. Ketika tsunami yang dipicu gempa bumi melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu, alat deteksi dini dilaporkan rusak sehingga tak ada alarm peringatan bencana. Akibatnya sirene yang seharusnya mengingatkan warga yang berada di tepi laut untuk segera menyelamatkan diri tidak terdengar.

Kejadian serupa kembali terjadi saat tsunami menerjang pesisir Selat Sunda. Bahkan lebih ironis karena Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofiska (BMKG) mengakui belum memiliki alat pendeteksi dini tsunami yang dikarenakan gempa vulkanik atau aktivitas gunung. Tsunami di pesisir Selat Sunda diduga dipicu longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Oleh karenanya bencana tsunami kemarin sama sekali tidak terdeteksi. BMKG sejauh ini baru memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dikarenakan gempa tektonik. Ke depan diharapkan masalah ini bisa segera teratasi.

Harus ada komitmen kuat pemerintah untuk menjamin keselamatan jiwa warga. Komitmen kuat pemerintah dan DPR ini bisa diwujudkan dengan menyediakan anggaran memadai untuk pengadaan dan pemeliharaan alat deteksi dini bencana di APBN. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat risiko bencana alam yang tinggi sehingga kesiapan alat pendukung keselamatan mutlak diperlukan. Kita jangan saling menyalahkan justru ketika bencana sudah terjadi. Jauh lebih baik menyiapkan semua alat yang diperlukan agar lebih banyak nyawa terselamatkan saat bencana tsunami melanda.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3572 seconds (0.1#10.140)