Ini Cerita di Balik Berdirinya Museum Islam yang Diresmikan Jokowi
A
A
A
JOMBANG - Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari di kawasan Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, usai diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (18/12/2018). Dalam peresmian itu, Jokowi juga didampingi Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah).
Dalam sambutannya, Gus Sholah menceritakan bagaimana awal mula didirikannya Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari. Ketika itu pada Maret 2010, Gus Sholah bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Baca juga: Resmikan Museum Islam Indonesia, Jokowi Ingatkan Pentingnya Persatuan)
Saat itu, Gus Sholah menceritakan kondisi makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang selalu 'dibanjiri' peziarah. Sehingga membuat akses di depan Pesantren Tebuireng dipenuhi kendaraan.
"Karena Gus Dur adalah Presiden Republik Indonesia maka saya berPikir wajar kalau pemerintah membangun tempat parkir di situ. Kemudian Presiden SBY mengutus Bapak Agung Laksono sebagai Menko Kesra untuk menangani permohonan yang disetujui oleh Presiden (SBY)," ujar Gus Sholah.
Proses perundingan pun dimulai. Gus Sholah bersama Agung Laksono kemudian bertemu dengan Pemprov Jatim dan Pemkab Jombang. Dalam rapat itu, Gus Sholah kemudian mengusulkan kepada Menteri Agung Laksono untuk mendirikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari.Permintaan itu mengundang pertanyaan dari Agung Laksono. Hingga akhirnya cucu pendiri Nadhlatul Ulama (NU) itu memberikan penjelasan panjang lebar perihal pentingnya pembangunan museum tersebut.
Kepada Agung Laksono, Gus Sholah menyampaikan jika ke depan Indonesia akan menghadapi masalah yang tidak ringan berkaitan dengan kelompok-kelompok Islam yang berbeda dengan NU dan Muhammadiyah serta ormas lainnya. Maka itu perlu mendirikan museum yang menyajikan informasi kepada masyarakat, bagaimana Islam datang ke Nusantara.
Bagaimana tokoh-tokoh Islam terlibat dalam proses diskusi untuk merumuskan bangsa seperti apa yang ingin diwujudkan, negara yang seperti apa yang ingin didirikan. Semua itu tercatat dalam sejarah bagaimana proses itu hingga akhirnya Indonesia menjadi negara yang sangat baik ini, seperti kondisi saat ini.
"Kelompok seperti pengikutnya Abu Bakar Ba'asyir, Majelis Mujahidin ataupun Jamaah Anshorut Tauhid dan juga kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menyatakan bahwa Indonesia tidak sesuai dengan ajaran Islam, Indonesia adalah negara thogut, kita sampaikan kepada masyarakat bahwa tidak betul itu," paparnya.
Menurut Gus Sholah, untuk melawan kelompok-kelompok radikal yang berupaya memecah belah bangsa Indonesia tidak perlu menggunakan cara-cara yang arogan maupun kekerasan. Cukup menggunakan karya nyata dan pemberian informsai kepada masyarakat secara luas. Salah satunya dengan mendirikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari ini.
"Biar masyarakat yang ke sini tahu kemudian memberikan masukan kepada kawan-kawannya. Nggak bener omongane Ustad Abu Bakar Ba'asyir, iku sing bener yo NU, Muhammadiyah sak piturute. Jadi kita membantah tidak perlu dengan adu mulut. Kita membantah dengan menyampaikan fakta-fakta," jelas adik kandung Gus Dur itu.
Gus Sholah pun mengaku pernah diundang Abu Bakar Ba'asyir ke Solo. Dalam pertemuan itu, Gus Sholah juga terlibat dalam diskusi dengan anggota-anggota MMI. Ketika itu Gus Sholah menyatakan bahwa apa yang diinginkan para pengikut Abu Bakar Ba'asyir itu sudah diperjuangkan oleh NU-Muhammadiyah dan lain-lain melalui Partai Masyumi dan Partai NU. Ternyata itu tidak berhasil.
"Saya pikir inilah bentuk terbaik bagi Indonesia," tutur Gus Sholah.
Ke depannya, lanjut Gus Sholah, Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari tidak hanya menampilkan tokoh-tokoh zaman dulu melainkan tokoh-tokoh sekarang. Tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi Bangsa Indonesia. Seperti Presiden RI ke-3, BJ Habibie.
"Ke depan kita tampilkan Pak Habibie yang betul-betul bisa menyampaikan Islam dengan teknologi. Kemudian Gus Dur, Cak Nur (Nurkholis Majid) dan tokoh-tokoh lainnya yang mengisi kemerdekaan dengan cara masing-masing. Mudah-mudahan museum ini bisa memberi sumbangsih yang besar bagi kemajuan Bangsa Indonesia," tukasnya.
Dalam sambutannya, Gus Sholah menceritakan bagaimana awal mula didirikannya Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari. Ketika itu pada Maret 2010, Gus Sholah bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Baca juga: Resmikan Museum Islam Indonesia, Jokowi Ingatkan Pentingnya Persatuan)
Saat itu, Gus Sholah menceritakan kondisi makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang selalu 'dibanjiri' peziarah. Sehingga membuat akses di depan Pesantren Tebuireng dipenuhi kendaraan.
"Karena Gus Dur adalah Presiden Republik Indonesia maka saya berPikir wajar kalau pemerintah membangun tempat parkir di situ. Kemudian Presiden SBY mengutus Bapak Agung Laksono sebagai Menko Kesra untuk menangani permohonan yang disetujui oleh Presiden (SBY)," ujar Gus Sholah.
Proses perundingan pun dimulai. Gus Sholah bersama Agung Laksono kemudian bertemu dengan Pemprov Jatim dan Pemkab Jombang. Dalam rapat itu, Gus Sholah kemudian mengusulkan kepada Menteri Agung Laksono untuk mendirikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari.Permintaan itu mengundang pertanyaan dari Agung Laksono. Hingga akhirnya cucu pendiri Nadhlatul Ulama (NU) itu memberikan penjelasan panjang lebar perihal pentingnya pembangunan museum tersebut.
Kepada Agung Laksono, Gus Sholah menyampaikan jika ke depan Indonesia akan menghadapi masalah yang tidak ringan berkaitan dengan kelompok-kelompok Islam yang berbeda dengan NU dan Muhammadiyah serta ormas lainnya. Maka itu perlu mendirikan museum yang menyajikan informasi kepada masyarakat, bagaimana Islam datang ke Nusantara.
Bagaimana tokoh-tokoh Islam terlibat dalam proses diskusi untuk merumuskan bangsa seperti apa yang ingin diwujudkan, negara yang seperti apa yang ingin didirikan. Semua itu tercatat dalam sejarah bagaimana proses itu hingga akhirnya Indonesia menjadi negara yang sangat baik ini, seperti kondisi saat ini.
"Kelompok seperti pengikutnya Abu Bakar Ba'asyir, Majelis Mujahidin ataupun Jamaah Anshorut Tauhid dan juga kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menyatakan bahwa Indonesia tidak sesuai dengan ajaran Islam, Indonesia adalah negara thogut, kita sampaikan kepada masyarakat bahwa tidak betul itu," paparnya.
Menurut Gus Sholah, untuk melawan kelompok-kelompok radikal yang berupaya memecah belah bangsa Indonesia tidak perlu menggunakan cara-cara yang arogan maupun kekerasan. Cukup menggunakan karya nyata dan pemberian informsai kepada masyarakat secara luas. Salah satunya dengan mendirikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari ini.
"Biar masyarakat yang ke sini tahu kemudian memberikan masukan kepada kawan-kawannya. Nggak bener omongane Ustad Abu Bakar Ba'asyir, iku sing bener yo NU, Muhammadiyah sak piturute. Jadi kita membantah tidak perlu dengan adu mulut. Kita membantah dengan menyampaikan fakta-fakta," jelas adik kandung Gus Dur itu.
Gus Sholah pun mengaku pernah diundang Abu Bakar Ba'asyir ke Solo. Dalam pertemuan itu, Gus Sholah juga terlibat dalam diskusi dengan anggota-anggota MMI. Ketika itu Gus Sholah menyatakan bahwa apa yang diinginkan para pengikut Abu Bakar Ba'asyir itu sudah diperjuangkan oleh NU-Muhammadiyah dan lain-lain melalui Partai Masyumi dan Partai NU. Ternyata itu tidak berhasil.
"Saya pikir inilah bentuk terbaik bagi Indonesia," tutur Gus Sholah.
Ke depannya, lanjut Gus Sholah, Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari tidak hanya menampilkan tokoh-tokoh zaman dulu melainkan tokoh-tokoh sekarang. Tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi Bangsa Indonesia. Seperti Presiden RI ke-3, BJ Habibie.
"Ke depan kita tampilkan Pak Habibie yang betul-betul bisa menyampaikan Islam dengan teknologi. Kemudian Gus Dur, Cak Nur (Nurkholis Majid) dan tokoh-tokoh lainnya yang mengisi kemerdekaan dengan cara masing-masing. Mudah-mudahan museum ini bisa memberi sumbangsih yang besar bagi kemajuan Bangsa Indonesia," tukasnya.
(kri)