Bali Democracy Forum, Membangun Demokrasi Menyejahterakan

Rabu, 05 Desember 2018 - 07:36 WIB
Bali Democracy Forum, Membangun Demokrasi Menyejahterakan
Bali Democracy Forum, Membangun Demokrasi Menyejahterakan
A A A
Al Busyra Basnur

Pengamat Internasional (Menulis dari Gambia)

DEMOKRASI penting untuk memajukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena demokrasi adalah alat mencapai keadilan sosial, perdamaian, dan kemakmuran bangsa. Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi ketika berbicara pada Bali Democracy Forum X, 2017. Retno juga mengingatkan bahwa demokrasi harus dimulai dari lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga. Di dalam keluarga nilai-nilai demokrasi harus dilahirkan, diterapkan, dan dikembangkan.

Kita tentu sepakat bahwa rumah adalah istana sekaligus powerhouse demokrasi yang harus dikembangkan dan menyinari bangsa-bangsa dunia menuju sejahtera bersama. Minggu ini, Kamis, dan Jumat, 6–7 Desember 2018, atau sekitar empat bulan sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum Indonesia, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Bali Democracy Forum (BDF) XI di Bali. Forum tahunan yang diselenggarakan sejak 2008 itu mengangkat tema Democracy for Prosperity.

Bersamaan dengan forum tersebut dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari BDF XI diselenggarakan pula Bali Democracy Students Conference II (BDSC II) dengan tema Democracy for Prosperity: Youth Perspective dan Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) 2018 bertema Democracy Disfigured and the Prospect of Prosperity.



Meningkat

BDF adalah forum terbuka dan inklusif. Forum ini bertujuan memperkuat arsitektur dan memajukan demokrasi melalui sharing experience and best practices yang merupakan karakter BDF. Pada forum ini, delegasi negara dan organisasi internasional membicarakan semua hal yang dinilai penting berkaitan dengan upaya-upaya bersama memajukan demokrasi dunia.

Dengan karakteristik demikian, BDF dengan dokumen akhir Chairman Statement itu menjadi forum strategis dan sangat penting bagi pemajuan demokrasi. Jumlah peserta BDF tercatat meningkat pesat dari tahun ke tahun. Pada 2008, BDF dihadiri hanya 40 delegasi, sedangkan pada 2017 sebanyak 106 delegasi berasal dari hampir seluruh kawasan dunia.

BDF tahun ini semakin menarik disimak. Pertama, karena tema yang sangat relevan, aktual, serta menjadi cita-cita universal masyarakat dunia di tengah perkembangan politik dan ekonomi internasional yang sangat dinamis. Kedua, diselenggarakan di tengah Indonesia yang sedang bersiap-siap menyelenggarakan Pemilu 2019. Ketiga, ditemukan tingkat apresiasi rendah terhadap demokrasi di kalangan tertentu di beberapa kawasan.



BDF Chapter

Peran serta dan posisi Indonesia di garda terdepan dalam pemajuan demokrasi kawasan dan dunia tidak semata terlihat di BDF. Selain itu, juga melalui inisiatif dan kerja sama konstruktif antarnegara serta berbagai organisasi dan lembaga internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara Institute for Peace and Democracy (IPD) yang dibentuk Indonesia segera setelah BDF pertama, juga aktif menyelenggarakan pelatihan, lokakarya, dan seminar internasional tentang demokrasi.

Menyadari pentingnya upaya-upaya bersama memajukan demokrasi dan peran BDF yang kian nyata diperlukan masyarakat dunia, Indonesia berkomitmen terus bersama-sama menggelorakan serta memperluas jangkauan esensi, substansi, dan tujuan BDF ke berbagai kawasan dunia.

Benar, Indonesia adalah pencetus BDF. Benar, Indonesia adalah episentrum demokrasi kawasan yang dirujuk banyak negara dan organisasi internasional. Namun, komitmen Indonesia dalam pemajuan demokrasi juga diwujudkan dalam bentuk pelebaran sayap dengan menyelenggarakan forum-forum demokrasi di berbagai kawasan lain dunia.

Pada 2 Oktober 2017 misalnya, Indonesia bekerja sama dengan Tunisia menyelenggarakan BDF Chapter Tunis yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi dan Menteri Luar Negeri Tunisia Khemaies Jhinaoui. Ini merupakan pertama dalam sejarah BDF karena forum yang disemangati dan dijiwai serta mengacu pada BDF tumbuh dan diselenggarakan di luar negeri. Forum ini dihadiri sejumlah negara di kawasan Afrika Utara.

Sementara itu, pada 14 September 2018, Indonesia dan Jerman menyelenggarakan BDF Chapter Berlin dibuka oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Forum tersebut juga dihadiri negara-negara kawasan.BDF Chapter tentu tidak berhenti di Berlin. Kita tunggu chapter-chapter BDF berikut di kawasan yang lain.

Demokrasi

Sejarah mencatat, demokrasi tumbuh dan berkembang cepat di berbagai kawasan dunia. Setelah Reformasi 1998, demokrasi Indonesia berkembang pesat dan membawa Indonesia menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan India.

Menurut Pew Research Center, tahun 2017 ada 6 dari 10 negara di dunia merupakan negara demokrasi. Akhir 2016, 97 dari 167 atau 58% negara di dunia berpenduduk 500.000 ke atas adalah negara demokrasi. Sementara YouGov mengungkap 52% pemuda di Uni Eropa berusia 16–26 menilai demokrasi adalah yang terbaik, sedangkan di Yunani 66% dan Jerman 62%. Di tengah fakta tersebut terdapat kenyataan lain tentang pandangan terhadap demokrasi saat ini, terutama di kalangan pemuda. Muncul keraguan beberapa kalangan terhadap demokrasi sebagai sistem terbaik bagi pemerintahan negara.

Suatu survei mengungkap, di Prancis kepercayaan pemuda terhadap demokrasi hanya 42%, Italia 45%, dan Polandia 42%. Sementara pada 2016, Lowy Institute for International Policy mencatat, hanya 42% pemuda berusia 18–29 tahun menilai demokrasi sebagai the most preferable form of government. Sedangkan The Economist Intelligent Unit dan Freedom House mengakui terjadi penurunan kepercayaan terhadap pemerintah yang demokratis.



Homegrown

Pada April 2019, Indonesia akan menyelenggarakan pemilu, pesta demokrasi yang tentu sangat penting dan bersejarah. Penting karena pemilu tersebut akan menentukan nasib serta arah masa depan bangsa dan negara. Bersejarah karena pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif dilakukan serentak.

Demokrasi Indonesia yang homegrown, tumbuh dan berkembang dari akar budaya bangsa, menjamin bahwa komitmen bangsa Indonesia terhadap penegakan dan pemajuan demokrasi terus tumbuh serta berkembang kuat tanpa ada keraguan sedikit pun.Pemilu juga sebagai ujian bagi demokrasi suatu bangsa dan negara. Sering kali terjadi, rusaknya demokrasi berawal dari pemilu yang cacat. Pemilu cacat bersumber dari terkoyaknya komitmen demokrasi.

Dengan memahami komitmen, perjalanan demokrasi bangsa serta peran internasional Indonesia dalam menegakkan dan mendorong demokrasi di berbagai kawasan tentu kita akan terus memelihara dan menjaga dengan baik. Membangun demokrasi yang telah kita upayakan bersusah payah dan telah diakui dunia. Apalagi BDF ikut berkontribusi memosisikan Indonesia sebagai guru demokrasi masyarakat dunia?
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6094 seconds (0.1#10.140)