Muhammadiyah dan Demokrasi Virtual

Jum'at, 16 November 2018 - 08:30 WIB
Muhammadiyah dan Demokrasi...
Muhammadiyah dan Demokrasi Virtual
A A A
Benni Setiawan
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan P-MKU Universitas Negeri Yogyakarta, Peneliti Maarif Institute

SUDAH lebih dari seabad Muhammadiyah berkiprah. Hingga saat ini Muhammadiyah pun tetap berada di rahim Nusantara menjaga kebangsaan dan kenegaraan. Muhammadiyah menjaga Republik Indonesia dengan cara ta’awun untuk negeri. Ta’awun untuk negeri yang menjadi tema perayaan milad tahun ini seakan mengukuhkan peran dan kontribusi Muhammadiyah membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peran dan kontribusi Muhammadiyah sejak tidak hanya sebatas pada pelayanan sosial berupa pendidikan, pelayanan kesehatan, dan penyantunan terhadap kaum miskin, namun berkontribusi dalam bidang politik. Kontribusi itu dapat kita lihat dari peran Ki Bagus Hadikusumo dalam perumusan pandangan kebangsaan Pancasila. Tidak hanya Ki Bagus, ada nama Jenderal Soedirman, Kasman Singodimejo, dan sederet tokoh lain yang tercatat dalam lembaran sejarah menyumbangkan ide dan aksi untuk kegiatan politik kebangsaan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana Muhammadiyah kini berkontribusi dalam bidang politik? Tentu politik di sini harus sesuai dengan fatsun Muhammadiyah, yaitu menjalankan politik tinggi (high politics), sebagaimana khitah perjuangan Muhammadiyah.

Memasuki era demokrasi virtual pertarungan politik sudah mulai berubah. Demokrasi virtual melahirkan partisipasi aktif, interaktif, berjejaring, dan dapat bersifat personal (Kaczmarczyk, 2010). Diskursus politik tidak hanya diperbincangkan di parlemen dan gedung-gedung pemerintah, namun juga menjalar ke media sosial. Media sosial menjadi sarana perbincangan yang dapat memunculkan sentimen dalam menentukan sikap politik.

Oleh karena itu, umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, perlu menguatkan langkah untuk mewarnai era baru ini. Muhammadiyah dapat berperan dalam membangun keadaban di era demokrasi virtual. Demokrasi virtual bukan sarana mengumpat atau mencurahkan emosi jiwa. Demokrasi virtual merupakan wadah untuk berbagi, bersinergi, dan berkreasi.

Era demokrasi virtual menjadi persemaian yang baik bagi penguatan nilai sosial kemanusiaan. Internet menjadi tempat persinggahan siapa saja yang tergerak hatinya untuk mewujudkan keadaban. Seseorang yang menginisiasi kebaikan di sini akan bertemu dengan orang-orang yang mempunyai pandangan yang sama.

Oleh karena itu, jika warga Muhammadiyah bertemu dalam sebuah grup WA, misalnya, perlu menjadikan wadah bertukar informasi dan kegiatan yang baik. Namun, sependek pengetahuan saya, grup WA yang mendasarkan diri pada Persyarikatan lebih banyak diisi dengan hal-hal yang mengandung provokasi dan hoaks. Benarlah apa yang sering disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, grup WA Muhammadiyah sering kali kurang mencerminkan jati diri Persyarikatan.

Kepribadian Muhammadiyah

Salah satu jati diri Persyarikatan Muhammadiyah adalah terumus dalam Kepribadian Muhammadiyah. Ada sepuluh Kepribadian Muhammadiyah yang selayaknya menjadi panduan dalam bersosial, baik di dunia maya dan dunia nyata.

Kepribadian Muhammadiyah (3) Lapang dada, luas pemandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud Ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.

Kepribadian Muhammadiyah ketiga di atas mengajarkan kepada warga Muhammadiyah untuk berlapang dada. Berlapang dada berarti mempunyai kesabaran tingkat Nabi dan Rasul ulul azmi. Sebagaimana firman Allah Surat al-Ahqaf (46: 35)

Saat warga Muhammadiyah kurang bersabar dan cenderung reaktif, maka ia akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Dunia digital bisa “memangsa” siapa saja. Siapa yang tidak siap dan cenderung tergopoh dalam kehidupan sosial politik akan menjadi “jalan” memuluskan kepentingan orang lain. Artinya, saat warga Muhammadiyah tidak mampu menjadi warga bangsa yang terdidik dan mempunyai kekuatan kolektif yang kuat, maka ia akan mudah dicerai-berai—untuk tidak disebut dimangsa kekuatan invisible hand.

Oleh karena itu, bina keumatan di tengah demokrasi virtual saat ini sangat penting. Kekuatan kolektif Muhammadiyah perlu kembali menjadi senjata di tengah semakin mudahnya masyarakat marah. Kemarahan masyarakat karena terpancing berita bohong akan merusak tatanan sosial. Kemarahan di media sosial akan merembet pada alam bawah sadar orang lain. Saat kemarahan bertemu dengan sikap reaktif, maka yang terjadi adalah sikap destruktif (merusak).

Sikap reaktif perlu diobati dengan membangun suasana nyaman di berbagai media sosial. Grup WA Persyarikatan Muhammadiyah selayaknya menjadi tempat tabayun dan menguatkan gerakan jamaah dakwah jamaah (GJDJ). Saat GJDJ menjadi aktivitas keseharian, maka warga Muhammadiyah akan menjadi bagian masyarakat beradab.

Inilah kekuatan sinergi. Sinergi akan menguatkan sikap proaktif warga Persyarikatan dalam sistem demokrasi virtual. Demokrasi virtual tidak akan banyak mengubah kebiasaan warga Muhammadiyah saat mereka mampu saling menguatkan satu sama lain.

Dalam hal pilihan politik misalnya, saat semua sudah saling bersinergi, maka pilihan partai politik (parpol) bukanlah halangan untuk tetap membangun Muhammadiyah. Pilihan parpol merupakan ijtihad, sedangkan menguatkan Muhammadiyah merupakan tugas mulia. Saat semua bermuara pada sendi pemahaman yang sama—yaitu proses memakmurkan bangsa dan negara dengan niatan baik—maka sikap saling menyalahkan akan hilang.

Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi Muhammadiyah bukan organisasi politik. Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik, tetapi apabila soal-soal politik itu masuk dalam Muhammadiyah, atau pun soal-soal politik mendesak-desak urusan Agama Islam, maka Muhammadiyah akan bertindak menurut kemampuan, cara, dan irama Muhammadiyah sendiri (Haedar Nashir, 2017).

Pada akhirnya, Muhammadiyah perlu menjadi pioner dalam menyikapi demokrasi virtual. Sebagai kaum terpelajar warga Muhammadiyah perlu bijak dan menjadi pelopor dalam membincang demokrasi yang sehat dan mencerahkan. Selamat Milad ke-106 Muhammadiyah. Semoga tetap kukuh menjadi organisasi pelopor gerakan pembaruan (tajdid).
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0940 seconds (0.1#10.140)