Jokowi Disarankan Jaga Konsistensi Tak Suka Menyerang
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) disarankan menjaga konsistensinya yang terkenal dengan politik santun, tenang, tidak nyinyir, tidak suka menyerang, tidak menyindir dan tidak menuding. Pasalnya, sejumlah sifat Jokowi tersebut mengantarkannya meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
"Presiden Jokowi mestinya menjaga konsistensinya yang terkenal dengan politik santun, tenang, tidak nyinyir, tidak suka menyerang, tidak menyindir dan tidak menuding," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Kamis (15/11/2018).
Pangi melihat Presiden Jokowi seperti memainkan taktik formasi menyerang pada pilpres kali ini. "Kita tidak melihat Jokowi seperti yang dulu, terjebak pada politik reaktif namun belum masuk ke hal-hal yang lebih substantif," katanya.
Sebab, kata dia, taktik formasi menyerang itu dikhawatirkan membuat Jokowi kalah dalam Pilpres 2019. "Semakin banyak ngomong, semakin banyak salah, blunder dan memantik polemik," ucapnya.
Dia berpendapat Jokowi seharusnya fokus mempromosikan kinerja dan prestasinya ke publik seperti infastruktur menjadi proyek andalannya. "Sehingga masyarakat tahu apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahannya," jelas Pangi.
Sebab, lanjut dia masyarakat akan puas jika mengetahui kerja nyata Jokowi. "Kalau puas maka otomaticly memilih Jokowi dengan sendirinya. Tapi jangan coba-coba buka kotak pandora SARA, menyerang karakter pribadi atau fisik," imbuhnya.
Karena ketika masuk ke wilayah pusaran tersebut, tinggal menunggu waktu tenggelam dengan sendirinya. "Baiknya Jokowi belajar kasus Ahok, dikalahkan oleh kata- kata dan dikalahkan oleh dirinya sendiri," pungkasnya.
"Presiden Jokowi mestinya menjaga konsistensinya yang terkenal dengan politik santun, tenang, tidak nyinyir, tidak suka menyerang, tidak menyindir dan tidak menuding," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Kamis (15/11/2018).
Pangi melihat Presiden Jokowi seperti memainkan taktik formasi menyerang pada pilpres kali ini. "Kita tidak melihat Jokowi seperti yang dulu, terjebak pada politik reaktif namun belum masuk ke hal-hal yang lebih substantif," katanya.
Sebab, kata dia, taktik formasi menyerang itu dikhawatirkan membuat Jokowi kalah dalam Pilpres 2019. "Semakin banyak ngomong, semakin banyak salah, blunder dan memantik polemik," ucapnya.
Dia berpendapat Jokowi seharusnya fokus mempromosikan kinerja dan prestasinya ke publik seperti infastruktur menjadi proyek andalannya. "Sehingga masyarakat tahu apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahannya," jelas Pangi.
Sebab, lanjut dia masyarakat akan puas jika mengetahui kerja nyata Jokowi. "Kalau puas maka otomaticly memilih Jokowi dengan sendirinya. Tapi jangan coba-coba buka kotak pandora SARA, menyerang karakter pribadi atau fisik," imbuhnya.
Karena ketika masuk ke wilayah pusaran tersebut, tinggal menunggu waktu tenggelam dengan sendirinya. "Baiknya Jokowi belajar kasus Ahok, dikalahkan oleh kata- kata dan dikalahkan oleh dirinya sendiri," pungkasnya.
(kri)