PDIP Sharing Pengalaman Kepartaian dengan Delegasi Singapura
A
A
A
JAKARTA - DPP PDI Perjuangan menerima kunjungan anggota delegasi Leaders in Administration Programme (LAP) Singapura, program bagi pemimpin sektor publik di Singapura di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (7/11/2018). LAP merupakan organisasi yang diisi petinggi-petinggi publik di Singapura.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Amil Kumar Nayar mengatakan, pihaknya mengaku berterima kasih bisa diterima jajaran pengurus PDIP. Nayar mengaku memiliki pengalaman dengan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu saat kantor partai tersebut diserang tepatnya pada 27 Juli 1996.
"Jadi saya paham benar apa yang terjadi saat itu. Kami paham benar arti kata 'Perjuangan' dari nama PDI Perjuangan saat ini. Bahwa PDIP akan selalu berjuang untuk memperbaiki diri," kata Nayar.
Dijelaskan Nayar, kunjungan para delegasi yang hadir ini memang disiapkan untuk menjadi pemimpin publik di Singapura. Kehadiran mereka telah melalui proses kunjungan ke sejumlah intitusi di negara Indonesia untuk menggali pengalaman tentang pelayanan publik dan politik.
"Dan Indonesia tak boleh dilupakan. Kami memilih PDI Perjuangan, untuk belajar dan mengetahui bagaimana manajemen partai dan pandangan soal isu regional dan Indonesia sendiri," ujarnya.
Nayar juga menyampaikan terima kasih kepada Megawati yang telah memberikan kesempatan kepada delegasi Singapura untuk berbagi pengalaman dengan pengurus PDIP.
Sementara Hasto Kristiyanto, dalam paparannya, menjelaskan sejarah partai itu dari sejak berdiri sebagai Partai Nasionalis Indonesia (PNI) hingga saat ini. PDIP adalah partai kerakyatan, dengan basis pemilih di akar rumput, dan berpegang teguh pada ideologi Pancasila.
Hasto berkisah tentang awal mula dirinya ditugaskan partai menjadi Sekretaris Jenderal Partai. Tugasnya yang utama adalah menjadikan partai yang berbasis nasionalis ini menjadi partai modern. Ia pun mengambil strategi dari buku manajemen 'Good to Great' karya James C. Collins.
"Kami menempatkan partai kami sebagai penjaga keberagaman bangsa berdasarkan Pancasila," ungkapnya.
Sejak memproklamirkan diri sebagai Partai Pelopor, lanjut Hasto, PDIP bertekad menjadi partai yang menerangi kehidupan rakyat, mengkreasi kader yang militan serta progresif revolusioner, dan memperbaiki pelatihan kader dan sekolah partai.
PDIP lalu memperbaiki sistem pendidikan kadernya. Sekolah partai didirikan dan dikomandoi langsung oleh pimpinan pusat partai. PDIP juga memperbaiki mekanisme perekrutan kader dari bawah. Ada berbagai mekanisme yang dilaksanakan dalam proses perekrutan yang melibatkan cara modern dan digital seperti psikotes online.
Hasil kaderisasi ini tampak dari munculnya pemimpin daerah dan nasional yang menonjol. Dari orang seperti Gubernur Ganjar Pranowo, Walikota Tri Rismaharini dan Hasto Wardoyo, hingga Jokowi yang kini menjadi presiden. "Pak Jokowi sendiri mengalami juga proses kaderisasi dari bawah ini," jelasnya.
Selain itu, pria yang menjabat sekrataris Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin menegaskan partainya melakukan ekspansi dengan membangun jaringan kantor di seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua, dari Miangas sampai Pulau Rote. "Kami terus memperbaiki manajemen partai hingga diakui dengan mendapat sertifikasi ISO 9001," ucapnya.
Hasto juga secara khusus menekankan bahwa PDIP kini sedang melakukan proses mengatraksi pemilih muda dan baru, yakni pemilih milenial. "Di sini kami mentransformasikan partai sehingga menjadi digital party di Indonesia," kata Hasto.
Politikus Muda PDIP, Putra Nababan, lalu memberi paparan soal bagaimana karakter milenial yang dikembangkan oleh PDIP. Kata Putra, karakter kelompok milenial adalah inovasi dan kreativitas. Kebanyakan tak mau beraktivitas dengan gaya lama. Maka PDIP mewujudkannya lewat membangun lingkungan yang progresif revolusioner.
Wujudnya, PDIP membangun sistem organisasi digital dalam bentuk penerimaan kader secara digital, psikotes digital, metode pembayaran digital, hingga membangun big data kader, simpatisan, hingga jejaring influencer.
Hadir menerima kunjungan LAP antara lain Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang didampingi sejumlah elite partai. Seperti Juliari Batubara, Heri Akhmadi, Evita Nursanty, Kiki Taher, Emmy Lumban Raja, Budi Sulistyono, Hanjaya Setiawan, Putra Nababan, dan Sudiman Tarigan.
Sementara dari pihak Singapura, rombongan dipimpin Dubes Singapura untuk Indonesia Amil Kumar Nayar. Nama-nama para peserta sengaja tidak dipublikasikan.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Amil Kumar Nayar mengatakan, pihaknya mengaku berterima kasih bisa diterima jajaran pengurus PDIP. Nayar mengaku memiliki pengalaman dengan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu saat kantor partai tersebut diserang tepatnya pada 27 Juli 1996.
"Jadi saya paham benar apa yang terjadi saat itu. Kami paham benar arti kata 'Perjuangan' dari nama PDI Perjuangan saat ini. Bahwa PDIP akan selalu berjuang untuk memperbaiki diri," kata Nayar.
Dijelaskan Nayar, kunjungan para delegasi yang hadir ini memang disiapkan untuk menjadi pemimpin publik di Singapura. Kehadiran mereka telah melalui proses kunjungan ke sejumlah intitusi di negara Indonesia untuk menggali pengalaman tentang pelayanan publik dan politik.
"Dan Indonesia tak boleh dilupakan. Kami memilih PDI Perjuangan, untuk belajar dan mengetahui bagaimana manajemen partai dan pandangan soal isu regional dan Indonesia sendiri," ujarnya.
Nayar juga menyampaikan terima kasih kepada Megawati yang telah memberikan kesempatan kepada delegasi Singapura untuk berbagi pengalaman dengan pengurus PDIP.
Sementara Hasto Kristiyanto, dalam paparannya, menjelaskan sejarah partai itu dari sejak berdiri sebagai Partai Nasionalis Indonesia (PNI) hingga saat ini. PDIP adalah partai kerakyatan, dengan basis pemilih di akar rumput, dan berpegang teguh pada ideologi Pancasila.
Hasto berkisah tentang awal mula dirinya ditugaskan partai menjadi Sekretaris Jenderal Partai. Tugasnya yang utama adalah menjadikan partai yang berbasis nasionalis ini menjadi partai modern. Ia pun mengambil strategi dari buku manajemen 'Good to Great' karya James C. Collins.
"Kami menempatkan partai kami sebagai penjaga keberagaman bangsa berdasarkan Pancasila," ungkapnya.
Sejak memproklamirkan diri sebagai Partai Pelopor, lanjut Hasto, PDIP bertekad menjadi partai yang menerangi kehidupan rakyat, mengkreasi kader yang militan serta progresif revolusioner, dan memperbaiki pelatihan kader dan sekolah partai.
PDIP lalu memperbaiki sistem pendidikan kadernya. Sekolah partai didirikan dan dikomandoi langsung oleh pimpinan pusat partai. PDIP juga memperbaiki mekanisme perekrutan kader dari bawah. Ada berbagai mekanisme yang dilaksanakan dalam proses perekrutan yang melibatkan cara modern dan digital seperti psikotes online.
Hasil kaderisasi ini tampak dari munculnya pemimpin daerah dan nasional yang menonjol. Dari orang seperti Gubernur Ganjar Pranowo, Walikota Tri Rismaharini dan Hasto Wardoyo, hingga Jokowi yang kini menjadi presiden. "Pak Jokowi sendiri mengalami juga proses kaderisasi dari bawah ini," jelasnya.
Selain itu, pria yang menjabat sekrataris Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin menegaskan partainya melakukan ekspansi dengan membangun jaringan kantor di seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua, dari Miangas sampai Pulau Rote. "Kami terus memperbaiki manajemen partai hingga diakui dengan mendapat sertifikasi ISO 9001," ucapnya.
Hasto juga secara khusus menekankan bahwa PDIP kini sedang melakukan proses mengatraksi pemilih muda dan baru, yakni pemilih milenial. "Di sini kami mentransformasikan partai sehingga menjadi digital party di Indonesia," kata Hasto.
Politikus Muda PDIP, Putra Nababan, lalu memberi paparan soal bagaimana karakter milenial yang dikembangkan oleh PDIP. Kata Putra, karakter kelompok milenial adalah inovasi dan kreativitas. Kebanyakan tak mau beraktivitas dengan gaya lama. Maka PDIP mewujudkannya lewat membangun lingkungan yang progresif revolusioner.
Wujudnya, PDIP membangun sistem organisasi digital dalam bentuk penerimaan kader secara digital, psikotes digital, metode pembayaran digital, hingga membangun big data kader, simpatisan, hingga jejaring influencer.
Hadir menerima kunjungan LAP antara lain Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang didampingi sejumlah elite partai. Seperti Juliari Batubara, Heri Akhmadi, Evita Nursanty, Kiki Taher, Emmy Lumban Raja, Budi Sulistyono, Hanjaya Setiawan, Putra Nababan, dan Sudiman Tarigan.
Sementara dari pihak Singapura, rombongan dipimpin Dubes Singapura untuk Indonesia Amil Kumar Nayar. Nama-nama para peserta sengaja tidak dipublikasikan.
(maf)