Luncurkan Buku, Ketua DPR Motivasi Para Wartawan
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo meluncurkan bukunya berjudul “Dari Wartawan ke Senayan”. Buku tersebut ditulis Wina Armada, Nano Bramono, Heru Subroto dan Bobby Batara yang berisi tentang perjalanan karir Bamsoet, seorang wartawan yang sukses menjadi entrepreneur, lalu beralih menjadi politisi dan akhirnya berhasil dengan mulus memimpin sebuah lembaga legislatif, DPR.
Dia mengaku diyakini oleh Jurnalis Senior Alm Derek Manangka agar kisah perjalanannya ditulis dalam sebuah buku. Derek menilai bahwa kisah ini sangat penting untuk wartawan yang setiap hari sibuk dengan pekerjaannya, sehingga lupa merencanakan masa depan. Sehingga dapat menjadi inspirasi wartawan untuk menjadi apa saja yang diinginkan.
"Karena wartawan punya kesempatan untuk bertemu dengan siapa saja, dari bawah hingga tokoh atas. Oleh karena itu, saya menyarankan wartawan untuk terus menjalin hubungan dengan narasumber yang pernah diwawancarainya," ucap Bamsoet di Gedung DPR, Kamis 25 Oktober 2018.
Dia menceritakan, secara singkat jejak langkahnya hingga menapaki posisi Ketua DPR seperti saat ini. Tak lupa mengungkapkan dua tokoh yang cukup berperan membentuknya seperti saat ini. Dua tokoh tersebut adalah Surya Paloh, politisi senior, sekaligus seniornya saat jadi wartawan plus pemilik Harian Prioritas, tempat Bamsoet pertama kali menjadi wartawan.
"Bang Surya Paloh mengajarkan saya tentang kepemimpinan. Saya sangat ingat ucapannya, bahwa saya tidak takut menghadapi pasukan singa yang dipimpin seekor domba. Namun saya sangat takut sekelompok domba yang dipimpin oleh seekor singa," ungkapnya.
Tokoh kedua yang diakui Bamsoet cukup berperan dalam membentuk dirinya seperti saat ini adalah Japto Soerjosoemarno, seniornya di ormas Pemuda Pancasila (PP). Pada Japto ia belajar keberanian dan keteguhan. Hingga kemudian ada salah satu ucapan Japto yang terus diingatnya hingga hari ini, yakni "Jadilah Singa walaupun cuman satu hari, dan jangan jadi domba seribu hari," tegasnya.
Kedua tokoh tersebut turut hadir. Surya Paloh mengungkapkan pengalaman dan persahabatannya yang sudah terjalin cukup lama dengan Bamsoet. Dia mengatakan memiliki banyak pengalaman bekerja bersama Bamsoet sebagai wartawan dan penggiat media. Perjalanan dan perjuangan menuju kebebasan pers yang lebih baik mereka jalani dengan tidak mudah.
"Dulu saya bersama Bamsoet di Harian Prioritas. Dulu itu wartawan tidak mudah mengeluarkan pendapat. Dulu kita dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Kebebasan pers yang ada saat ini tidak lepas dari kiprah komunitas pers sebelum reformasi," ucapnya. (Baca Juga: Besok, Buku Bamsoet dari Wartawan ke Senayan Diluncurkan
Surya mengatakan, perjalanan hidup Bamsoet yang terangkum dalam buku itu dapat menjadi pemicu semangat bekerja wartawan yang ada saat ini. Kesuksesan Bamsoet melangkah menjadi ketua DPR juga jadi cerminan bagaimana wartawan sudah semakin memiliki tempat di Indonesia. Kebebasan pers sudah dapat diwujudkan dengan tepat.
"Juga harus disadari bahwa pers yang bebas dan kita miliki saat ini, bukan pers dengan kebebasan yang absolut. Tetapi kebebasan pers yang bertanggung jawab. Itu harus terus dipertahankan," ungkapnya.
Dia mengaku diyakini oleh Jurnalis Senior Alm Derek Manangka agar kisah perjalanannya ditulis dalam sebuah buku. Derek menilai bahwa kisah ini sangat penting untuk wartawan yang setiap hari sibuk dengan pekerjaannya, sehingga lupa merencanakan masa depan. Sehingga dapat menjadi inspirasi wartawan untuk menjadi apa saja yang diinginkan.
"Karena wartawan punya kesempatan untuk bertemu dengan siapa saja, dari bawah hingga tokoh atas. Oleh karena itu, saya menyarankan wartawan untuk terus menjalin hubungan dengan narasumber yang pernah diwawancarainya," ucap Bamsoet di Gedung DPR, Kamis 25 Oktober 2018.
Dia menceritakan, secara singkat jejak langkahnya hingga menapaki posisi Ketua DPR seperti saat ini. Tak lupa mengungkapkan dua tokoh yang cukup berperan membentuknya seperti saat ini. Dua tokoh tersebut adalah Surya Paloh, politisi senior, sekaligus seniornya saat jadi wartawan plus pemilik Harian Prioritas, tempat Bamsoet pertama kali menjadi wartawan.
"Bang Surya Paloh mengajarkan saya tentang kepemimpinan. Saya sangat ingat ucapannya, bahwa saya tidak takut menghadapi pasukan singa yang dipimpin seekor domba. Namun saya sangat takut sekelompok domba yang dipimpin oleh seekor singa," ungkapnya.
Tokoh kedua yang diakui Bamsoet cukup berperan dalam membentuk dirinya seperti saat ini adalah Japto Soerjosoemarno, seniornya di ormas Pemuda Pancasila (PP). Pada Japto ia belajar keberanian dan keteguhan. Hingga kemudian ada salah satu ucapan Japto yang terus diingatnya hingga hari ini, yakni "Jadilah Singa walaupun cuman satu hari, dan jangan jadi domba seribu hari," tegasnya.
Kedua tokoh tersebut turut hadir. Surya Paloh mengungkapkan pengalaman dan persahabatannya yang sudah terjalin cukup lama dengan Bamsoet. Dia mengatakan memiliki banyak pengalaman bekerja bersama Bamsoet sebagai wartawan dan penggiat media. Perjalanan dan perjuangan menuju kebebasan pers yang lebih baik mereka jalani dengan tidak mudah.
"Dulu saya bersama Bamsoet di Harian Prioritas. Dulu itu wartawan tidak mudah mengeluarkan pendapat. Dulu kita dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Kebebasan pers yang ada saat ini tidak lepas dari kiprah komunitas pers sebelum reformasi," ucapnya. (Baca Juga: Besok, Buku Bamsoet dari Wartawan ke Senayan Diluncurkan
Surya mengatakan, perjalanan hidup Bamsoet yang terangkum dalam buku itu dapat menjadi pemicu semangat bekerja wartawan yang ada saat ini. Kesuksesan Bamsoet melangkah menjadi ketua DPR juga jadi cerminan bagaimana wartawan sudah semakin memiliki tempat di Indonesia. Kebebasan pers sudah dapat diwujudkan dengan tepat.
"Juga harus disadari bahwa pers yang bebas dan kita miliki saat ini, bukan pers dengan kebebasan yang absolut. Tetapi kebebasan pers yang bertanggung jawab. Itu harus terus dipertahankan," ungkapnya.
(mhd)