Pertemuan IMF-Bank Dunia

Senin, 08 Oktober 2018 - 07:00 WIB
Pertemuan IMF-Bank Dunia
Pertemuan IMF-Bank Dunia
A A A
RANGKAIAN pertemuan tahunan Dana Moneter Interna­sional (IMF)-Bank Dunia di Bali dimulai hari ini. Per­te­mu­an IMF-Bank Dunia akan dihadiri menteri keuangan dan gu­bernur bank sentral dari 189 negara. Tak hanya itu, pe­mangku ke­bi­jakan lain seperti kalangan pengusaha juga bakal me­ra­maikan acara yang akan berlangsung hingga 14 Oktober ini. Pertemuan IMF-Bank Dunia kali ini mencatatkan sejarah lantaran merupakan yang terbesar dari sisi jumlah peserta sejak pertama kali digelar pada 1946. Hingga kemarin persiapan penyelenggaraan acara berjalan baik. Menko Kemaritiman Luhut B Pandjaitan yang juga ketua panitia na­sional pertemuan menyebut bahwa tercatat sudah 34.000 peserta yang mendaftar. Jumlah tersebut jauh melebihi perkiraan panitia sebanyak 22.000 orang.

Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali ini sempat diwarnai pe­no­lakan oleh sejumlah komponen masyarakat, termasuk dari kubu oposisi pe­me­rintah. Alasannya, pertama , acara digelar di tengah situasi Indonesia yang tengah berduka akibat bencana alam gempa bumi di Lombok dan Sulawesi Tengah yang menelan ribuan korban jiwa dan kerugian ma­terial hingga nilainya puluhan triliun. Selain itu dana yang digunakan di­ni­lai fantastis karena mendekati angka Rp1 triliun. Mengenai biaya yang di­­keluarkan, Luhut menyebut bahwa jumlah yang tepat berada di ki­sar­an Rp 850 miliar saja. Bahkan dana hanya dipakai Rp 560-an miliar saja.

Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, pertemuan ta­hunan ini sudah sewajarnya menjadi ajang yang menguntungkan Indo­nesia selaku tuan rumah. Melalui kegiatan ini Indonesia jangan se­kadar mengusung misi untuk menjadi tuan rumah yang baik. Le­bih dari itu Pemerintah Indonesia harus bisa membuktikan bahwa negara ini mampu mengelola negara dengan baik di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Ini kesempatan Indonesia me­nunjukkan berbagai prestasi dan kemajuan bidang ekonomi yang telah dicapai. Indonesia ju­ga bisa menunjukkan secara langsung bah­wa negara ini tempat yang baik untuk investasi. Melalui kegiatan ini pula Indonesia ber­ke­sem­pat­an memasukkan ide-idenya se­hingga aspirasinya akan terdengar oleh seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan komitmen IMF dan Bank Dunia ter­sebut untuk me­ning­katkan peran negara-negara berkembang ter­ma­suk Indonesia. Ada sejumlah isu utama yang diusung Indonesia pada per­temuan ini, antara lain memperkuat sistem moneter internasional, pengem­bang­an dan risiko ekonomi digital, pendanaan untuk biaya pem­ba­ngunan infrastruktur, memperkuat aspek keuangan dan ekonomi syariah serta manajemen risiko bencana dan perubahan iklim.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berharap pertemuan ta­hunan IMF-Bank Dunia ini harus menjadikan Indonesia sebagai so­rotan dunia dari segi ekonomi. Juga sebagai ajang promosi produk Ta­nah Air dan promosi investasi bagi dunia internasional sehingga ha­rus diman­faat­kan dengan sebaik-baiknya.

Kegiatan ini juga akan berdampak langsung terhadap sektor pa­riwisata. Bali dan daerah-daerah sekitarnya pun bisa memperoleh man­faat yang besar karena para delegasi diperkirakan akan menik­mati masa senggang mereka di sela-sela kegiatan hingga akhir pertemuan. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, perhitungan Badan Peren­canaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menye­but­kan pertemuan tahunan itu akan berkontribusi pada pertum­buh­an ekonomi Bali. “Lebih dari 0,6% dari Rp 1,5 triliun,” kata dia.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa akan ada pula penandatanganan pem­biayaan proyek infrastruktur dengan skema kerja sama pe­me­rintah dan badan usaha (KPBU). Dalam skema kali ini, selain dana pemerintah dan swasta, akan ada pendanaan dari filantrop yang turut membiayai proyek tersebut. Daftar proyeknya akan diumum­kan saat peluncuran.

Dia berharap sidang tahunan IMF-Bank Dunia akan melahirkan Inisiatif Bali yang mencakup beberapa poin besar, di antaranya ke­se­pa­katan peningkatan modal Bank Dunia dan International Finance Cor­po­ration sebesar USD 13 miliar. Ini akan meningkatkan kemampuan pen­danaan lembaga keuangan internasional menjadi USD100 miliar per tahun. Kedua, kesepakatan prinsip-prinsip penge­lo­la­an ekonomi digital.

Khusus tema ekonomi digital ini menarik dibahas peserta pada pertemuan ini, terutama perkembangan dan risikonya di masa kini dan nanti. Bagi Indonesia, isu ini penting karena perlu menerima manfaat optimal dari perkembangan ekonomi digital, terutama teknologi, pada startup yang kini tengah berkembang di Tanah Air.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0823 seconds (0.1#10.140)