Pertemuan IMF-Bank Dunia
A
A
A
RANGKAIAN pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali dimulai hari ini. Pertemuan IMF-Bank Dunia akan dihadiri menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara. Tak hanya itu, pemangku kebijakan lain seperti kalangan pengusaha juga bakal meramaikan acara yang akan berlangsung hingga 14 Oktober ini. Pertemuan IMF-Bank Dunia kali ini mencatatkan sejarah lantaran merupakan yang terbesar dari sisi jumlah peserta sejak pertama kali digelar pada 1946. Hingga kemarin persiapan penyelenggaraan acara berjalan baik. Menko Kemaritiman Luhut B Pandjaitan yang juga ketua panitia nasional pertemuan menyebut bahwa tercatat sudah 34.000 peserta yang mendaftar. Jumlah tersebut jauh melebihi perkiraan panitia sebanyak 22.000 orang.
Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali ini sempat diwarnai penolakan oleh sejumlah komponen masyarakat, termasuk dari kubu oposisi pemerintah. Alasannya, pertama , acara digelar di tengah situasi Indonesia yang tengah berduka akibat bencana alam gempa bumi di Lombok dan Sulawesi Tengah yang menelan ribuan korban jiwa dan kerugian material hingga nilainya puluhan triliun. Selain itu dana yang digunakan dinilai fantastis karena mendekati angka Rp1 triliun. Mengenai biaya yang dikeluarkan, Luhut menyebut bahwa jumlah yang tepat berada di kisaran Rp 850 miliar saja. Bahkan dana hanya dipakai Rp 560-an miliar saja.
Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, pertemuan tahunan ini sudah sewajarnya menjadi ajang yang menguntungkan Indonesia selaku tuan rumah. Melalui kegiatan ini Indonesia jangan sekadar mengusung misi untuk menjadi tuan rumah yang baik. Lebih dari itu Pemerintah Indonesia harus bisa membuktikan bahwa negara ini mampu mengelola negara dengan baik di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Ini kesempatan Indonesia menunjukkan berbagai prestasi dan kemajuan bidang ekonomi yang telah dicapai. Indonesia juga bisa menunjukkan secara langsung bahwa negara ini tempat yang baik untuk investasi. Melalui kegiatan ini pula Indonesia berkesempatan memasukkan ide-idenya sehingga aspirasinya akan terdengar oleh seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan komitmen IMF dan Bank Dunia tersebut untuk meningkatkan peran negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ada sejumlah isu utama yang diusung Indonesia pada pertemuan ini, antara lain memperkuat sistem moneter internasional, pengembangan dan risiko ekonomi digital, pendanaan untuk biaya pembangunan infrastruktur, memperkuat aspek keuangan dan ekonomi syariah serta manajemen risiko bencana dan perubahan iklim.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berharap pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini harus menjadikan Indonesia sebagai sorotan dunia dari segi ekonomi. Juga sebagai ajang promosi produk Tanah Air dan promosi investasi bagi dunia internasional sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan ini juga akan berdampak langsung terhadap sektor pariwisata. Bali dan daerah-daerah sekitarnya pun bisa memperoleh manfaat yang besar karena para delegasi diperkirakan akan menikmati masa senggang mereka di sela-sela kegiatan hingga akhir pertemuan. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan pertemuan tahunan itu akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Bali. “Lebih dari 0,6% dari Rp 1,5 triliun,” kata dia.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa akan ada pula penandatanganan pembiayaan proyek infrastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dalam skema kali ini, selain dana pemerintah dan swasta, akan ada pendanaan dari filantrop yang turut membiayai proyek tersebut. Daftar proyeknya akan diumumkan saat peluncuran.
Dia berharap sidang tahunan IMF-Bank Dunia akan melahirkan Inisiatif Bali yang mencakup beberapa poin besar, di antaranya kesepakatan peningkatan modal Bank Dunia dan International Finance Corporation sebesar USD 13 miliar. Ini akan meningkatkan kemampuan pendanaan lembaga keuangan internasional menjadi USD100 miliar per tahun. Kedua, kesepakatan prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi digital.
Khusus tema ekonomi digital ini menarik dibahas peserta pada pertemuan ini, terutama perkembangan dan risikonya di masa kini dan nanti. Bagi Indonesia, isu ini penting karena perlu menerima manfaat optimal dari perkembangan ekonomi digital, terutama teknologi, pada startup yang kini tengah berkembang di Tanah Air.
Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali ini sempat diwarnai penolakan oleh sejumlah komponen masyarakat, termasuk dari kubu oposisi pemerintah. Alasannya, pertama , acara digelar di tengah situasi Indonesia yang tengah berduka akibat bencana alam gempa bumi di Lombok dan Sulawesi Tengah yang menelan ribuan korban jiwa dan kerugian material hingga nilainya puluhan triliun. Selain itu dana yang digunakan dinilai fantastis karena mendekati angka Rp1 triliun. Mengenai biaya yang dikeluarkan, Luhut menyebut bahwa jumlah yang tepat berada di kisaran Rp 850 miliar saja. Bahkan dana hanya dipakai Rp 560-an miliar saja.
Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, pertemuan tahunan ini sudah sewajarnya menjadi ajang yang menguntungkan Indonesia selaku tuan rumah. Melalui kegiatan ini Indonesia jangan sekadar mengusung misi untuk menjadi tuan rumah yang baik. Lebih dari itu Pemerintah Indonesia harus bisa membuktikan bahwa negara ini mampu mengelola negara dengan baik di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Ini kesempatan Indonesia menunjukkan berbagai prestasi dan kemajuan bidang ekonomi yang telah dicapai. Indonesia juga bisa menunjukkan secara langsung bahwa negara ini tempat yang baik untuk investasi. Melalui kegiatan ini pula Indonesia berkesempatan memasukkan ide-idenya sehingga aspirasinya akan terdengar oleh seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan komitmen IMF dan Bank Dunia tersebut untuk meningkatkan peran negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ada sejumlah isu utama yang diusung Indonesia pada pertemuan ini, antara lain memperkuat sistem moneter internasional, pengembangan dan risiko ekonomi digital, pendanaan untuk biaya pembangunan infrastruktur, memperkuat aspek keuangan dan ekonomi syariah serta manajemen risiko bencana dan perubahan iklim.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berharap pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini harus menjadikan Indonesia sebagai sorotan dunia dari segi ekonomi. Juga sebagai ajang promosi produk Tanah Air dan promosi investasi bagi dunia internasional sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kegiatan ini juga akan berdampak langsung terhadap sektor pariwisata. Bali dan daerah-daerah sekitarnya pun bisa memperoleh manfaat yang besar karena para delegasi diperkirakan akan menikmati masa senggang mereka di sela-sela kegiatan hingga akhir pertemuan. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan pertemuan tahunan itu akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Bali. “Lebih dari 0,6% dari Rp 1,5 triliun,” kata dia.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa akan ada pula penandatanganan pembiayaan proyek infrastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dalam skema kali ini, selain dana pemerintah dan swasta, akan ada pendanaan dari filantrop yang turut membiayai proyek tersebut. Daftar proyeknya akan diumumkan saat peluncuran.
Dia berharap sidang tahunan IMF-Bank Dunia akan melahirkan Inisiatif Bali yang mencakup beberapa poin besar, di antaranya kesepakatan peningkatan modal Bank Dunia dan International Finance Corporation sebesar USD 13 miliar. Ini akan meningkatkan kemampuan pendanaan lembaga keuangan internasional menjadi USD100 miliar per tahun. Kedua, kesepakatan prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi digital.
Khusus tema ekonomi digital ini menarik dibahas peserta pada pertemuan ini, terutama perkembangan dan risikonya di masa kini dan nanti. Bagi Indonesia, isu ini penting karena perlu menerima manfaat optimal dari perkembangan ekonomi digital, terutama teknologi, pada startup yang kini tengah berkembang di Tanah Air.
(mhd)