Kisah Sepak Bola Indonesia

Rabu, 26 September 2018 - 07:02 WIB
Kisah Sepak Bola Indonesia
Kisah Sepak Bola Indonesia
A A A
SEPAK BOLA Indonesia selalu penuh kisah. Terbaru, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menghentikan kompetisi Liga 1 hingga waktu yang tidak ditentukan. Keputusan ini buntut dari tragedi kematian suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla, karena dikeroyok beberapa pendukung Persib Bandung.

Peristiwa ini menjelang laga antara Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Minggu (23/9/2018). Namun, kisah yang paling menyedot perhatian adalah bukan karena penghentian kompetisi, melainkan kematian Haringga yang mengenaskan. Peristiwa ini adalah tindakan biadab, bahkan di luar batas-batas fanatisme dalam mendukung sebuah klub sepak bola.

Apakah peristiwa tersebut adalah wajah suporter sebuah klub sepak bila di Indonesia? Setidaknya itulah sebagian wajah fanatisme suporter sebuah klub sepak bola di Indonesia. Meskipun tidak tepat jika disebut wajah utuh fanatisme suporter sepak bola klub di Tanah Air, masih banyak suporter kita yang beradab. Masih banyak suporter di Indonesia yang mengedepankan fanatisme yang ada batasnya.

Bahwa rivalitas hanya 2x45 menit memang benar. Menjelang atau setelah 2x45 menit meskipun ada nuansa kompetisi pun tetap ada batas-batas yang wajar, sehingga suporter perlu totalitas dalam mendukung klub kesayangannya. Namun, tetap ada batas-batas. Jika etika dan aturan harus tetap ditegakkan maka kemanusiaan yang levelnya di atas etika dan aturan semestinya lebih dijunjung tinggi.

Tentu semua menginginkan peristiwa yang menimpa Haringga tidak terjadi lagi. Lalu, bagaimana biar peristiwa itu tidak terjadi lagi? Nah, pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu muncul ketika peristiwa demi peristiwa ada di sepak bola kita. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi. Tidak hanya itu, dinamika sepak bola bukan hanya terjadi di sekitar suporter, tetapi juga konflik antarpemain atau pemain dengan klub. Juga pemain dengan wasit atau bahkan dengan federasi.

Pernah pula perseteruan antara federasi dan pemerintah hingga berujung sepak bola kita terisolasi dari persepakbolaan dunia. Pelan-pelan memang beberapa persoalan tersebut bisa diselesaikan. Memang masih banyak persoalan yang belum bisa diselesaikan dengan baik. Salah satunya adalah persoalan suporter.

Salah satu solusi agar peristiwa ini tidak terjadi lagi adalah adanya sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat. Bagi para pelaku, tentu hukuman pidana sesuai undang-undang yang berlaku harus benar-benar diterapkan. Jika melihat peristiwanya, tentu hukuman pidana maksimal bisa diberlakukan. Lalu, pihak klub yang menaungi suporter tersebut juga harus menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku di PSSI atau berdasarkan statuta FIFA (bukankah selama ini PSSI selalu berlindung di belakang statuta FIFA?)

Penurunan kasta kompetisi sebuah klub atau dalam jangka tertentu tidak boleh ada pendukung klub yang hadir di stadion ketika bermain di kandang, mungkin bisa menjadi sanksi. PSSI harus berani. Jangan ada kepentingan-kepentingan lain yang bisa mengintervensi pemberian sanksi.

Pemberhentian kompetisi memang sesuatu yang menyakitkan. Bahkan, pemain senior Persija Jakarta Bambang Pamungkas (BP) pun secara tersirat menyetujui itu, meskipun dia mengaku ngilu jika Indonesia tanpa sepak bola. Toh, diyakini BP berpendapat seperti ini agar sepak bola di Tanah Air bisa berjalan dengan baik.

Jika memang keputusan pahit harus diambil demi kebaikan sepak bola Tanah Air, tentu semua pihak harus bisa menerimanya. Pemberian sanksi ini adalah bagian dari dinamika sepak bola kita. Bukan hanya klub dan federasi, kelompok-kelompok suporter juga harus mengoreksi diri fanatisme ini bisa menjadi yang membanggakan bukan yang menyedihkan.

Toh, dinamika sepak bola di Tanah Air adalah untuk meraih prestasi sepak bola, hiburan, dan kebanggaan buat masyarakat Indonesia. Jika ingin sepak bola Indonesia lebih baik, pemberian sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab harus ditegakkan. Kami yakin jika kepentingan demi sepak bola Indonesia lebih baik, keputusan sepahit apa pun harus siap diambil dan dijalani.

Harapannya tentu cukup sederhana, bangsa ini tidak mau ada peristiwa seperti Haringga ini terjadi lagi. Semua menginginkan suporter bisa mendukung klubnya dengan bahagia dan bisa menghibur kita semua. Semoga semua pihak yang terlibat dengan kasus ini menyadari bahwa kejadian Haringga adalah peristiwa kelam dan hitam bagi sepak bola Indonesia.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8747 seconds (0.1#10.140)