Milenial, Antara Sandi atau Erick Thohir

Kamis, 13 September 2018 - 08:00 WIB
Milenial, Antara Sandi...
Milenial, Antara Sandi atau Erick Thohir
A A A
MENARIK mencermati pergerakan dua kubu calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bertarung pada Pemilu 2019. Baik kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kini mulai bersaing dalam merebut hati pemilih.

Persaingan kedua kubu dalam merebut simpati ini akan terus berlangsung hingga hari H pilpres pada 17 April tahun depan. Salah satu segmen pemilih yang mendapat perhatian serius oleh kedua kubu adalah kalangan milenial. Belakangan persaingan merebut segmen pemilih anak muda makin sengit, terutama setelah Jokowi menunjuk Erick Thohir sebagai ketua tim kampanye nasional.

Jokowi selama ini memang sudah cukup mencitrakan diri dekat dengan kaum milenial, tetapi bagaimanapun dia memiliki titik lemah karena cawapresnya, KH Ma’ruf Amin, adalah tokoh yang sudah tidak muda lagi. Keputusan menunjuk Erick sebagai ketua tim kampanye diduga bertujuan menambal kelemahan tersebut. Dengan masuknya Erick, kubu Jokowi kini boleh kembali percaya diri. Erick yang masih muda dan berlatar belakang pengusaha sukses dinilai mampu mengimbangi Sandi yang secara usia dan keseharian memang paling dekat dengan segmen milenial.

Mengapa Sandi selama ini diunggulkan untuk merebut pemilih milenial? Itu tak lepas dari cara berpenampilan dan gaya komunikasi mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini yang dinilai mudah diterima anak muda. Dalam hal mapping elektoral terhadap pemilih anak muda, sementara ini Sandi lebih diunggulkan. Sandi tidak perlu susah payah memaksakan diri bergaya muda karena hobi dan kesehariannya, misalnya olahraga basket dan lari maraton, serta profesinya sebagai entrepreneur muda memang sudah identik dengan kehidupan milenial.

Milenial jadi rebutan tak lain dipicu fakta besarnya segmen pemilih anak muda yang juga sering disebut sebagai generasi Y ini. Pada pemilu mendatang pemilih milenial diperkirakan mendekati angka 50% dari total pemilih yang jumlahnya mencapai lebih 187 juta pemilih. Dengan begitu bisa dikatakan kaum milenial adalah kunci kemenangan.

Pemilih milenial sering dikelompokkan sebagai generasi yang berusia 17-37 tahun. Bencsik, Csikos, dan Juhez (2016) dalam penelitiannya membuat beberapa kategori usia generasi, antara lain generasi X yang lahir pada 1960-1980, generasi Y yang lahir pada 1980-1995, generasi Z yang lahir pada 1995-2010, dan generasi A (Alfa) yang lahir pada 2010 ke atas. Melihat ini, kategori milenial adalah mereka yang lahir awal 1980-an hingga awal 2000-an.

Generasi milenial sangat berbeda dari generasi sebelumnya, terutama dalam penguasaan teknologi. Generasi milenial juga punya kecenderungan minat yang berbeda. Ketertarikan mereka umumnya ha­nya pada tiga bidang, yaitu olahraga, musik dan film, serta teknologi informasi. Lalu siapa yang akan merebut dukungan mayoritas pemilih milenial? Masih sulit diterka sejauh ini. Meski Sandi sering disebut-sebut bakal menarik di mata kaum milenial sehingga potensial menarik massa lebih besar, kehadiran Erick Tohir di kubu Jokowi cukup potensial untuk menarik perhatian anak muda. Presiden klub Serie A Italia Inter Milan ini berpotensi membawa efek elektoral untuk Jokowi-Ma’ruf.

Namun sukses atau tidak dalam merebut suara milenial jangan hanya diukur dengan kemampuan mencitrakan diri sebagai “paling muda”. Akan tetapi kandidat tetap perlu membuat program yang mampu menjawab kebutuhan generasi muda. Yang dibutuhkan generasi milenial antara lain terbukanya ruang dan kesempatan berekspresi, tersedianya wadah untuk berkreativitas di banyak bidang, terutama seni, budaya, dan olahraga, serta terbukanya banyak lapangan kerja, terutama yang berbasiskan teknologi informasi. Hal ini penting untuk diakomodasi kedua kubu capres-cawapres dalam visi-misinya nanti jika ingin mendapat dukungan pemilih milenial.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0659 seconds (0.1#10.140)