DPK Perbankan Naik

Selasa, 04 September 2018 - 08:00 WIB
DPK Perbankan Naik
DPK Perbankan Naik
A A A
PERTUMBUHAN dana pihak ketiga (DPK) perbankan menunjukkan perkembangan positif. Dalam laporan Bank Indonesia (BI) yang dipublikasi belum lama ini tercatat penghimpunan DPK mencapai Rp5.209 triliun hingga Juli lalu atau tumbuh 6,4% secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK sejalan dengan kenaikan suku bunga untuk kategori simpanan dengan tenor tertentu. Selain itu, dipicu adanya peningkatan proporsi pendapatan konsumen yang dialokasikan pada simpanan.

Lebih rinci, pertumbuhan tabungan sekitar 11,3% (yoy) bersumber dari nasabah korporasi yang ada di Jawa Timur dan DKI Jakarta. Untuk nasabah perorangan kontribusi tertinggi berasal dari DKI Jakarta dan Jawa Barat. Adapun total tabungan rupiah tercatat sebesar Rp1.611,4 triliun, sedang tabungan valuta asiang (Valas) mencapai Rp125,8 triliun pada Juli 2018.
Sebelumnya, indikasi kenaikan DPK sudah tercermin dari publikasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pada Mei lalu, LPS mencatat rekening simpanan mencapai sebanyak 257.422.590 rekening atau naik sekitar 1,30% dibanding posisi jumlah rekening nasabah perbankan sebanyak 254.122.064 rekening per April lalu. Jumlah rekening tersebut berasal dari 115 bank.

Bagaimana dengan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan? Berdasarkan data yang dilansir BI pertumbuhan kredit pada Juli lalu sebesar 11% secara tahunan di tengah tingginya suku bunga acuan bank sentral. Pertumbuhan kredit tersebut sebagaimana dibeberkan Direktur Departemen Komunikasi BI, Agusman bahwa pertumbuhan kredit dikontribusi dari kenaikan kredit modal kerja yang mencapai 11,5% dan kredit konsumsi sekitar 11,3%. Selain itu, kredit properti juga mengalami peningkatan sekitar 15,1% (yoy) dan kredit untuk gedung dan pusat perbelanjaan.

Adapun di balik pertumbuhan kredit modal kerja meliputi sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor pengolahan pada industri kelapa sawit serta pengolahan pupuk dan industri kimia. Dan, pertumbuhan kredit konsumsi dikontribusi dari bisnis kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit multiguna. Sebelumnya, proyeksi BI untuk pertumbuhan kredit perbankan sepanjang tahun ini berada pada kisaran 10% hingga 12%.

Untuk tahun depan, pertumbuhan kredit perbankan diprediksi oleh sejumlah ekonom tidak akan lebih tinggi dari proyeksi tahun ini, pada kisaran level 9% hingga 10% (yoy). Begitupula pertumbuhan DPK juga tidak lebih tinggi dari prediksi tahun ini. Alasannya, sebagaimana diuraikan Ekonom Bank Mandiri, Anton Gunawan, likuiditas perbankan pada tahun depan bakal mengalami risiko mengetat, yang dipicu oleh sisi budget pemerintah yang fokus mempertahankan defisit primer lebih kecil pada tahun depan. Selain itu, suku bunga acuan diprediksi masih terus naik yang bisa berada pada level 6,5%.

Terlepas dari proyeksi penyaluran kredit perbankan pada tahun depan, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat optimistis kinerja perbankan pada semester kedua 2018 akan lebih baik dibanding semseter pertama 2018. Indikatornya, seperti diungkapkan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II OJK, Boedi Armanto bahwa industri perbankan masih menunjukkan kinerja sesuai dengan rencana bisnis yang dilaporkan ke OJK. Pada publikasi laporan keuangan untuk semester pertama 2018, empat bank pelat merah menunjukkan kinerja yang meyakinkan. Pada umumnya selain mencatat kenaikan penyalur­an kredit juga mengantongi laba hingga dua digit.

Total laba bersih bank besar juga tetap bertumbuh, yakni mencapai Rp 47,3 triliun atau naik 15% secara tahunan hingga Juni 2018. Meski indikator kinerja perbankan membaik namun tantangan ke depan masih terbentang luas. Terutama perkembangan nilai tukar rupiah yang semakin menggejolak dan mendekati angka psikologis pada level Rp 15.000 per dolar AS. Dampaknya, membuat pelaku dunia usaha memilih wait and see menunggu kondisi stabil.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6360 seconds (0.1#10.140)