Pengamat: Munculnya Poros Ketiga Berpotensi Belah Narasi Politik
A
A
A
JAKARTA - Poros ketiga diprediksi masih bisa muncul jelang masa pendaftaran bakal pasangan capres dan cawapres yang akan ditutup pada Jumat 10 Agustus mendatang.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad, munculnya poros ketiga ini akan ditentukan oleh kemampuan calon petahana Jokowi dan penantangnya Prabowo Subianto dalam menggaet pasangan mereka. "Kondisi tersebut berlangsung jika MK tidak mengabulkan PT nol persen dan tidak mengabulkan gugatan JK dan Perindo," ujar Nyarwi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/8/2018).
Selain itu, Nyarwi menganggap peluang poros ketiga ini sangat ditentukan oleh dinamika 'Islamic Populist movement' yang berlangsung di kubu Prabowo dan juga kecanggihan kubu Jokowi dalam memilih sosok cawapres yang mampu merespons gelombang popularisme Islam.
Di luar itu, kata dia, soliditas Gerindra dan Demokrat juga bisa menjadi penentu lahirnya poros ketiga tersebut. Sebab, sejauh ini PKS dan PAN yang sudah intim menggarap hubungan dengan Gerindra tetap kekeuh menyodorkan kader-kader terbaik mereka.
Kendati begitu, jika mampu eksis berkembang poros ketiga ini juga akan menghadapi dilema yang lebih berat juga. Poros ini dianggap akan mengalami dilema dalam penentuan cawapres, baik dari partai maupun non partai.
"Poros ketiga ini akan berpotensi membelah narasi politik dalam Pilpres 2019 pada dua kecenderungan polarisasi yaitu nasionalis/kebangsaan di satu sisi dan Islamic Populism di sisi yang lain," tandasnya.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad, munculnya poros ketiga ini akan ditentukan oleh kemampuan calon petahana Jokowi dan penantangnya Prabowo Subianto dalam menggaet pasangan mereka. "Kondisi tersebut berlangsung jika MK tidak mengabulkan PT nol persen dan tidak mengabulkan gugatan JK dan Perindo," ujar Nyarwi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/8/2018).
Selain itu, Nyarwi menganggap peluang poros ketiga ini sangat ditentukan oleh dinamika 'Islamic Populist movement' yang berlangsung di kubu Prabowo dan juga kecanggihan kubu Jokowi dalam memilih sosok cawapres yang mampu merespons gelombang popularisme Islam.
Di luar itu, kata dia, soliditas Gerindra dan Demokrat juga bisa menjadi penentu lahirnya poros ketiga tersebut. Sebab, sejauh ini PKS dan PAN yang sudah intim menggarap hubungan dengan Gerindra tetap kekeuh menyodorkan kader-kader terbaik mereka.
Kendati begitu, jika mampu eksis berkembang poros ketiga ini juga akan menghadapi dilema yang lebih berat juga. Poros ini dianggap akan mengalami dilema dalam penentuan cawapres, baik dari partai maupun non partai.
"Poros ketiga ini akan berpotensi membelah narasi politik dalam Pilpres 2019 pada dua kecenderungan polarisasi yaitu nasionalis/kebangsaan di satu sisi dan Islamic Populism di sisi yang lain," tandasnya.
(kri)